Highlight

Inovasi Metode Pembelajaran Efektif Saat Normal Baru

Dampak yang ditimbulkan pandemi COVID-19 sangat luas dan bersifat multi dimensi, tanpa terkecuali di bidang pendidikan keagamaan.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebutkan, lembaga yang bertanggung jawab di bidang pendidikan perlu berinovasi, dalam mencari solusi secara bersama bagi metode pembelajaran bagi para murid dan santri yang lebih efektif terlebih dalam memasuki masa Tatanan Kehidupan Baru (New Normal). 
“Kita mengajak pengelola pesantren, guru, orang tua, santri dan calon santri, para pakar pendidikan dan perlindungan anak agar diperoleh solusi terbaik untuk pendidikan anak. Misalnya dengan inovasi bentuk pembelajaran kelompok-kelompok kecil dan penyesuaian kurikulum dengan format pembelajaran jarak jauh. Hal ini perlu dilakukan karena adanya perbedaan karakter antara belajar tatap muka dengan belajar jarak jauh,” ujar Wapres pada Seminar Nasional Virtual bertajuk “Madrasah Diniyah Takmiliyah : Hambatan dan Harapan Menghadapi New Normal” yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKTD) dan ditayangkan secara langsung melalui aplikasi zoom dan kanal Youtube FKTD Pusat, Rabu (24/06/2020).
Lebih lanjut Wapres menyampaikan bahwa hal ini perlu dilakukan mengingat ilmu agama tidak bisa hanya didekati semata dengan cara mengalihkan pengetahuan ke peserta didik (transfer of knowledge), tetapi juga perlu ditekankan pada internalisasi dan penanaman nilai kepada peseta didik.
“Ilmu agama yang berupa pengetahuan dapat dicarikan solusinya dengan belajar di rumah melalui internet. Namun hal itu tidak bisa menjadi solusi untuk internalisasi dan penanaman nilai keagamaan, karena memerlukan tatap muka langsung (muwajahah/mushafahah) dan keteladanan (uswah hasanah) dari pembimbing rohani (mursyid/murabbi),” ungkap Wapres.
Wapres menekankan pentingnya melindungi dan menjamin hak para peserta didik.
Hal ini dikarenakan jumlah peserta didik Madrasah Diniyah Takmiliyah sangatlah besar yakni sebanyak 6.369.382 orang santri dari 86.390 lembaga di seluruh Indonesia.
Dengan jumlah tenaga pendidik hanya sebesar 451.823 orang, pastinya diperlukan perhatian yang serius dari seluruh pihak terkait.
“Besarnya jumlah tersebut menuntut perhatian kita semua dalam menjamin dan melindungi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal serta berupaya mematuhi protokol kesehatan di masa New Normal ini agar terhindar penularan virus Covid-19,” tekan Wapres.
Wapres juga mengatakan bahwa penerapan tantanan normal baru memiliki tantangan tersendiri bagi pesantren dan sekolah keagamaan berbasis asrama.
“Pembukaan kegiatan sekolah/madrasah dan perlindungan kesehatan menjadi dilema yang sangat sulit bagi Pemerintah. Hasil studi di beberapa negara menunjukkan bahwa gangguan pada pendidikan dapat menyebabkan dampak jangka panjang terutama bagi kelompok rentan. Bagi kelompok ini, pendidikan tidak hanya memberikan keamanan dan perlindungan tetapi yang lebih penting adalah juga harapan untuk masa depan,” terangnya.
Di sisi lain, Wapres mengatakan bahwa selama ini belajar di rumah masih menimbulkan persoalan ketidaksetaraan dimana banyak rumah tangga yang tidak dapat memiliki akses terhadap internet.
Menurut SUSENAS-BPS tahun 2018, ada sekitar 61% anak tidak memiliki akses internet di rumahnya.
“Untuk itu, perlu disiapkan bagaimana belajar di rumah dapat tetap efektif dan anak dapat terlayani pendidikannya dengan menyesuaikan kondisi anak, ketersediaan koneksi internet, infrastruktur, dan fasilitas untuk belajar berbasis daring, terutama di wilayah yang akses internet sangat terbatas. Dalam hal ini, pemerintah sedang menyiapkan kebijakan dan langkah untuk memberikan fasilitas yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh,” paparnya.
sumber rri.co.id