LEADER ITU TAK CUKUP HANYA PINTER TAPI HARUS BENER
Demak, 15 Oktober 2019 hari Selasa pukul 12.00 WIB.
Sosok leader di era millenial sekarang ini sudah mulai luntur karena leader sekarang cenderung hanya berbicara masalah intelektual ketimbang masalah attitude. Sehingga yang terjadi banyak leader yang mampu berbicara secara konseptual A-Z tapi dalam apilikasinya ternyata nol dan terlebih lagi mereka hanya bisa mencari kesalahan karena merasa anak buahnya tidak sesuai dengan konsep teori yang telah dipelajarinya. Padahal seorang pemimpin itu tak cukup hanya berbicara masalah intelektual yang akhirnya mengarah pada predikat pinter padahal kalau hanya pintar istilah jawa bisa membawa orang “keblinger”.
Leader itu harus mampu menjadi seorang coach, mentor bagi anak buahnya terlebih leader harus mampu menjadi teladan atau panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Karna leader dalam rumah tangga layaknya orang tua bagi anak-anaknya sehingga style leader itupun sebenarnya sama dengan style orang tua dalam mendidik anak-anak. Style orang tua dalam mendidik anak-anak meliputi: Berwibawa (authoritative), Otoriter (authoritarian), permisif, dan cuek (uninvolved) gaya itulah yang disadur oleh leader dalam organisasi.
Seorang leader kapanpun dan dimanapun dia akan menjadi soroton dalam segala ucapan dan tindakannya untuk itu dia haruslah senantiasa berhati-hati agar apapun yang dia lakukan tidak menjadi kontroversi. Seorang leader yang cuma bermodal pinter dia akan berbicara kesana kemari sesuai teori yang dia miliki tanpa berpikir tentang perasaan siapa yang dia ajak berbicara yang terpenting apapun bisa tersampaikan dan sesuai dengan teori yang ada. Jika model pemimpin yang ada seperti itu tentunya bannyak dari pekerjanya yang merasa tidak nyaman terhadapnya. Sikap pemimpin yang utama adalah mampu mengayomi siapapun yang ada disekitarnya tidak hanya mementingkan pimpinan yanng diatasnya lagi.
Tak ada manusia yang sempurna tapi setidaknya jadilah manusia yang tak pernah menyakiti siapa saja mampu menjaga hati dan perasaan siapapun yang ada disekitarnya karena itulah sebaik-baik manusia yang ada didunia. Orang pintar hampir ada dilingkungan sekitar tapi pintar juga belumlah cukup, jadilah orang pintar yang senantiasa mampu memberi sinar sehingga siapapun yang ada disekitar menjadi lebih berbinar karena pantulan sinarnya yang begitu cetar.
OLEH NUR CHASANAH, S.Psi
Sosok leader di era millenial sekarang ini sudah mulai luntur karena leader sekarang cenderung hanya berbicara masalah intelektual ketimbang masalah attitude. Sehingga yang terjadi banyak leader yang mampu berbicara secara konseptual A-Z tapi dalam apilikasinya ternyata nol dan terlebih lagi mereka hanya bisa mencari kesalahan karena merasa anak buahnya tidak sesuai dengan konsep teori yang telah dipelajarinya. Padahal seorang pemimpin itu tak cukup hanya berbicara masalah intelektual yang akhirnya mengarah pada predikat pinter padahal kalau hanya pintar istilah jawa bisa membawa orang “keblinger”.
Leader itu harus mampu menjadi seorang coach, mentor bagi anak buahnya terlebih leader harus mampu menjadi teladan atau panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Karna leader dalam rumah tangga layaknya orang tua bagi anak-anaknya sehingga style leader itupun sebenarnya sama dengan style orang tua dalam mendidik anak-anak. Style orang tua dalam mendidik anak-anak meliputi: Berwibawa (authoritative), Otoriter (authoritarian), permisif, dan cuek (uninvolved) gaya itulah yang disadur oleh leader dalam organisasi.
Seorang leader kapanpun dan dimanapun dia akan menjadi soroton dalam segala ucapan dan tindakannya untuk itu dia haruslah senantiasa berhati-hati agar apapun yang dia lakukan tidak menjadi kontroversi. Seorang leader yang cuma bermodal pinter dia akan berbicara kesana kemari sesuai teori yang dia miliki tanpa berpikir tentang perasaan siapa yang dia ajak berbicara yang terpenting apapun bisa tersampaikan dan sesuai dengan teori yang ada. Jika model pemimpin yang ada seperti itu tentunya bannyak dari pekerjanya yang merasa tidak nyaman terhadapnya. Sikap pemimpin yang utama adalah mampu mengayomi siapapun yang ada disekitarnya tidak hanya mementingkan pimpinan yanng diatasnya lagi.
Tak ada manusia yang sempurna tapi setidaknya jadilah manusia yang tak pernah menyakiti siapa saja mampu menjaga hati dan perasaan siapapun yang ada disekitarnya karena itulah sebaik-baik manusia yang ada didunia. Orang pintar hampir ada dilingkungan sekitar tapi pintar juga belumlah cukup, jadilah orang pintar yang senantiasa mampu memberi sinar sehingga siapapun yang ada disekitar menjadi lebih berbinar karena pantulan sinarnya yang begitu cetar.
OLEH NUR CHASANAH, S.Psi