APBN 2020 Defisit Meningkat Hingga 5,07 Persen Dari PDB
APBN 2020 adalah instrumen sangat penting dan vital dalam menghadapi ancaman Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa tekanan terhadap APBN 2020 akan menghasilkan defisit meningkat yang diperkirakan mencapai 5.07% dari PDB. Hal tersebut ia sampaikan melalui postingannya di Instagram pribadinya pada Rabu (8/4/2020).
"Kebutuhan belanja negara meningkat signifikan untuk menangani masalah kesehatan akibat Covid19 (pengadaan alat kesehatan, APD, insentif tenaga medis,kesiapan rumah sakit dll).Selain itu APBN juga memberikan bantuan sosial yang diperluas, dengan melindungi UMKM dan dunia usaha," tulis Sri melalui akun Instagram pribadinya, Rabu (8/4/2020).
Sri juga mengungkapkan bahwa penerimaan negara pun mengalami tekanan karena kondisi dunia usaha dan harga komoditas merosot. Defisit tadi akan terus dimonitor dan dikendalikan melalui disiplin belanja yang tidak prioritas.
Sementara sumber pembiayaan defisit akan dijaga agar memiliki resiko dan biaya terkecil meski dalam situasi pasar keuangan global yang sangat bergejolak, termasuk penggunaan saldo aggaran lebih (SAL), dana-dana abadi, dan dana yang dikelola badan layanan umum (BLU).
"Pemerintah juga menggunakan sumber pembiayaan yang berasal dari lembaga bilateral dan multilateral untuk memperbaiki portofolio resiko utang negara," tulisnya kembali.
Pembiayaan dari pasar obligasi baik dalam maupun luar negeri (global ) dilakukan dengan kehati-hatian tinggi dan bersifat oportunistik terutama dalam kondisi pasar yang sangat tidak stabil.
Dalam konteks ini, Sri menginformasikan bahwa kemarin pemerintahan telah berhasil menerbitkan Global Bonds sebesar 4,3 miliar USD dengan 3 jenis tenor yaitu 10.5 tahun, 30,5 tahun dan untuk pertama kalinya diterbitkan tenor 50 tahun.
"Komposisi instrumen ini memberikan keuntungan karena kurva yield yang cenderung landai dalam jangka panjang, dan memperbaiki profil jatuh tempo surat utang Indonesia," tulisnya.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang mampu menerbitkan Global Bonds sejak terjadinya pandemic Covid-19.
Ini menunjukkan masih adanya kepercayaan pasar keuangan global atas pengelolaan kebijakan APBN yang prudent dan kebijakan makro yang baik (sound).
Sri Mulyani juga menegaskan Kementerian Keuangan terus berkomitmen untuk menjaga prinsip kehati-hatian, akuntabilitasb dan transparansi dalam menjawab APBN yang sustainabel.
sumber rri.co.id