China Temukan Hubungan Intim Bisa Tularkan Corona
Para peneliti di China menemukan ada virus
corona baru pada sel sperma sejumlah pria yang terinfeksi COVID-19.
Dikutip dari The Guardian pada Jumat (8/5/2020) para peneliti mengatakan
bahwa ada kemungkinan COVID-19 dapat ditularkan melalui hubungan
seksual.
Para peneliti juga telah
meneliti sperma dari 38 pria pasien COVID-19 di RS Kota Shangqiu, Cina.
Ke enam dari 38 pasien pria, spermanya mengandung SARS-CoV-2.
Temuan
baru itu adalah tahap awal dan hanya berdasarkan pada sejumlah kecil
pria yang terinfeksi. Menurut para peneliti, diperlukan lebih banyak
penelitian lebih dalam untuk melihat apakah penularan seksual berperan
dalam pandemi Covid-19.
“Penelitian
lebih lanjut diperlukan, sehubungan dengan informasi terperinci tentang
pelepasan virus, waktu bertahan hidup, dan konsentrasi dalam sperma,”
tulis tim Peneliti dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam
Journal of American Medical Association.
"Jika
dapat dibuktikan bahwa Sars-CoV-2 dapat ditularkan secara seksual, itu
mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan. Mengingat fakta bahwa
Sars-CoV-2 terdeteksi di sperma pasien yang telah pulih," sambungnya.
Pakar independen mengatakan temuan itu menjadi menarik, tetapi harus dikaji dengan hati-hati dan mendalam.
Sebelumnya,
sebuah studi kecil pada bulan Februari dan Maret di Cina telah menguji
sampel sperma dari 12 pasien Covid-19, uji sampel tersebut menemukan
hasil negatif untuk Sars-CoV-2.
Allan
Pacey, seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield di Inggris,
mengatakan studi itu tidak boleh dilihat sebagai hal yang konklusif,
karena ada beberapa kesulitan teknis dalam pengujian sperma untuk virus
COVID-19.
Dia mengatakan kehadiran
Sars-CoV-2 dalam sperma tidak menunjukkan apakah virus itu aktif dan
mampu menyebabkan infeksi COVID-19.
"Namun,
kita tidak perlu heran jika virus yang menyebabkan Covid-19 ditemukan
dalam sperma beberapa pria, karena ini telah ditunjukkan dengan banyak
virus lain seperti Ebola dan Zika," katanya.
Sheena
Lewis, seorang profesor kedokteran reproduksi di Queen's University
Belfast juga menekankan bahwa ini adalah "studi yang sangat kecil
kemungkinannya".
Ia juga mengatakan temuannya ini menunjukkan rendah atau tidak ada Sars-CoV-2 dalam tes sampel sperma.
"Namun, efek jangka panjang Sars-CoV-2 pada reproduksi pria belum diketahui," tutupnya.
sumber rri.co.id