Kemendikbud Selenggarakan Webinar Asesmen dan Pembelajaran Literasi Numerasi di Masa Pandemi
Badan Pengembangan dan Penelitian dan Perbukuan (Balitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan seminar virtual
atau webinar dengan tema “Asesmen dan Pembelajaran Literasi Numerasi di
Masa Pandemi”. Webinar yang ditayangkan secara langsung melalui kanal
Youtube “Balitbang Kemendikbud” ini diselenggarakan pada Jum’at,
(10/7/2020). Webinar dibagi menjadi dua sesi, dan dibuka oleh Kepala
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Asrijanty.
Sesi pertama dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan narasumber pertama yaitu Guru Besar Bidang Ilmu Pengembangan Kurikulum UPI, Dinn Wahyudin. Dinn membahas mengenai pentingnya asesmen diagnosis di awal pembelajaran untuk mengetahui kelemahan para siswa dalam pembelajaran serta faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat diatasi. Sesi berikutnya dilanjutkan oleh narasumber kedua, yaitu Rahmawati, dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendibud. Rahmawati mengatakan, asesmen diagnostik seharusnya dilakukan secara berkala untuk mengetahui dampak pembelajaran di masa pandemi terhadap siswa. Hal ini dapat didukung dengan adanya aplikasi ‘Bangun Desa dengan Matematika (Destika)’, yaitu sebuah aplikasi permainan yang dibuat untuk membantu anak-anak dalam memahami pembelajaran dengan menyenangkan.
Pada pukul 13.30 WIB, sesi kedua dimulai dengan materi mengenai bagaimana melaksanakan kegiatan literasi melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang dipaparkan oleh Susanti Sufyadi, dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran. Dalam pemaparannya, Susanti menekankan pada pemerataan perangkat ajar yang ideal untuk didistribusikan oleh guru kepada para orang tua siswa sebagai fasilitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengenai literasi dan numerasi yang memerlukan pendampingan orang tua atau orang dewasa. Perangkat ajar ini berupa buku, tematik, kumpulan materi, atau modul pada situs web dan juga video pembelajaran interaktif yang tersedia secara daring.
Narasumber selanjutnya pada sesi kedua yaitu Sofie Dewayani, dari Satgas Gerakan Literasi Sekolah. Sofie memaparkan mengenai penguatan koneksi antara guru dan orang tua dalam kegiatan pembelajaran literasi di mana orang tua dengan guru juga harus memiliki ikatan yang kuat. “Karena dalam pembelajaran jarak jauh dari rumah, orang tua berperan bukan sebagai pengganti guru, melainkan mitra guru yang terintegrasi sehari-hari dengan siswa dalam rutinitas keluarga,” katanya. Selain itu, orang tua pun dapat berkonsultasi kepada guru mengenai perangkat ajar atau modul yang akan digunakan dalam proses kegiatan literasi.
Sementara itu Fourgelina dari Yayasan Literasi Anak Indonesia memaparkan tentang “Pentingnya Kegiatan Literasi Bermakna”. Menurutnya, kegiatan literasi bermakna sangat penting untuk diterapkan agar siswa lebih memahami apa yang mereka pelajari dan sesuai dengan setiap tingkatan kelas, serta karakteristik dan kesiapan siswa. “Dengan orang tua mendampingi proses belajar siswa di rumah, maka orang tua sebagai mitra guru akan mengetahui kegiatan apa yang akan dilakukan selanjutnya dan tujuan apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut,” tutur Fourgelina.
Tak hanya literasi, numerasi juga penting sebagai pembelajaran siswa. Hal tersebut diungkapkan Dicky Susanto dari Calvin Institute of Technology yang tampil sebagai narasumber terakhir di sesi kedua. Dicky mengatakan, numerasi dan matematika merupakan dua hal yang berbeda. “Numerasi merupakan sesuatu yang kontekstual dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan matematika tidak,” ujarnya.
Webinar Asesmen dan Pembelajaran Literasi Numerasi di Masa Pandemi kemudian ditutup dengan ringkasan pertanyaan dari peserta yang kemudian dijawab oleh para narasumber. Webinar kemudian ditutup dengan penyampaian kesimpulan oleh host.
sumber kemdikbud.go.id
Sesi pertama dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan narasumber pertama yaitu Guru Besar Bidang Ilmu Pengembangan Kurikulum UPI, Dinn Wahyudin. Dinn membahas mengenai pentingnya asesmen diagnosis di awal pembelajaran untuk mengetahui kelemahan para siswa dalam pembelajaran serta faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat diatasi. Sesi berikutnya dilanjutkan oleh narasumber kedua, yaitu Rahmawati, dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendibud. Rahmawati mengatakan, asesmen diagnostik seharusnya dilakukan secara berkala untuk mengetahui dampak pembelajaran di masa pandemi terhadap siswa. Hal ini dapat didukung dengan adanya aplikasi ‘Bangun Desa dengan Matematika (Destika)’, yaitu sebuah aplikasi permainan yang dibuat untuk membantu anak-anak dalam memahami pembelajaran dengan menyenangkan.
Pada pukul 13.30 WIB, sesi kedua dimulai dengan materi mengenai bagaimana melaksanakan kegiatan literasi melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang dipaparkan oleh Susanti Sufyadi, dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran. Dalam pemaparannya, Susanti menekankan pada pemerataan perangkat ajar yang ideal untuk didistribusikan oleh guru kepada para orang tua siswa sebagai fasilitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengenai literasi dan numerasi yang memerlukan pendampingan orang tua atau orang dewasa. Perangkat ajar ini berupa buku, tematik, kumpulan materi, atau modul pada situs web dan juga video pembelajaran interaktif yang tersedia secara daring.
Narasumber selanjutnya pada sesi kedua yaitu Sofie Dewayani, dari Satgas Gerakan Literasi Sekolah. Sofie memaparkan mengenai penguatan koneksi antara guru dan orang tua dalam kegiatan pembelajaran literasi di mana orang tua dengan guru juga harus memiliki ikatan yang kuat. “Karena dalam pembelajaran jarak jauh dari rumah, orang tua berperan bukan sebagai pengganti guru, melainkan mitra guru yang terintegrasi sehari-hari dengan siswa dalam rutinitas keluarga,” katanya. Selain itu, orang tua pun dapat berkonsultasi kepada guru mengenai perangkat ajar atau modul yang akan digunakan dalam proses kegiatan literasi.
Sementara itu Fourgelina dari Yayasan Literasi Anak Indonesia memaparkan tentang “Pentingnya Kegiatan Literasi Bermakna”. Menurutnya, kegiatan literasi bermakna sangat penting untuk diterapkan agar siswa lebih memahami apa yang mereka pelajari dan sesuai dengan setiap tingkatan kelas, serta karakteristik dan kesiapan siswa. “Dengan orang tua mendampingi proses belajar siswa di rumah, maka orang tua sebagai mitra guru akan mengetahui kegiatan apa yang akan dilakukan selanjutnya dan tujuan apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut,” tutur Fourgelina.
Tak hanya literasi, numerasi juga penting sebagai pembelajaran siswa. Hal tersebut diungkapkan Dicky Susanto dari Calvin Institute of Technology yang tampil sebagai narasumber terakhir di sesi kedua. Dicky mengatakan, numerasi dan matematika merupakan dua hal yang berbeda. “Numerasi merupakan sesuatu yang kontekstual dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan matematika tidak,” ujarnya.
Webinar Asesmen dan Pembelajaran Literasi Numerasi di Masa Pandemi kemudian ditutup dengan ringkasan pertanyaan dari peserta yang kemudian dijawab oleh para narasumber. Webinar kemudian ditutup dengan penyampaian kesimpulan oleh host.
sumber kemdikbud.go.id