Rugi Triliunan, Pertamina Fokus Garap Sektor Hilir
Untuk menghindari kerugian berulang sepertinya yang dialami pada semester pertama tahun 2020 yakni Rp11 triliun, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengusulkan, agar Pertamina fokus menggarap sektor hilir usaha migas. Sementara sektor hulu berupa eksplorasi dan sejenisnya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara Khusus (BUMN-K) yang akan dibentuk.
Mulyanto menyebut, tanpa ada pemisahan bidang kerja antara sektor hulu dan sektor hilir, sulit bagi Pertamina menjadi perusahaan minyak besar dunia. Sebab semua pendapatan dan pengeluaran Pertamina akan selalu terkonsolidasi dengan kondisi keuangan anak usahanya di sektor hulu. Padahal kondisi keuangan perusahaan di sektor hulu ini yang diduga bermasalah.
"PKS mendesak Pertamina untuk dapat menjelaskan kepada publik, pada bagian mana pada proses bisnisnya yang mengalami kerugian utama. Apakah pada bisnis bagian hulu, bagian pengolahan atau pada bagian hilir atau retail-nya?" kata Mulyanto, Selasa (1/9/2020).
"Saat anjlok BBM dunia di bawah 20/barel USD, harga BBM di hilir tidak ikut turun, padahal sesuai aturan meskinya harga BBM Indonesia mengikuti harga global," tambahnya.
Mulyanto menambahkan, selisih harga ini semestinya melipatgandakan keuntungan Pertamina. Apalagi dalam kesempatan sebelumnya disebutkan bahwa salah satu strategi Pertamina saat krisis minyak adalah mengimpor secara massif minyak mentah untuk memenuhi tangki-tangki Pertamina.
Bahkan saat itu, ungkap dia, akan dilakukan pula peminjaman tangki-tangki cadangan untuk menampung minyak impor, saat harganya sedang anjlok. Tapi nyatanya Pertamina tetap rugi.
"Disegerakan saja pembentukan BUMN-K ini. Apalagi sudah ada putusan MK yang mengamanahkan pembentukan lembaga baru itu. Semakin cepat, semakin baik. Agar Pertamina bisa lebih leluasa memaksikalkan pendapatan di sektor hilir," pungkasnya.
sumber rri.co.id