Highlight

Jamaah Tabligh Vs COVID-19


Jamaah Tabligh dan COVID-19 sangat berbanding terbalik hakikat tabiatnya. Keberadaan Jamaah Tabligh cenderung selalu membangun semangat ukhuwah islamiyah dengan kebersamaan dalam halaqah jamaah, COVID-19 justru membawa pesan agar menghindari pertemuan lebih dari 5 orang, kalau tidak ingin terpapar infeksi yg bisa berujung maut.

Memang agak sulit untuk meredam keinginan jamaah Tabligh untuk melakukan pertemuan-pertemuan besar yang rutin mereka lakukan, padahal dengan pertemuan tersebut ancaman sebaran COVID-19 tidak terelakkan. Itulah yg terjadi di New Delhi, India. 

Pertemuan besar Jamaah Tabligh di Markaz New Delhi India, awal Maret lalu,  mengumpulkan ribuan orang, 250 orang diantaranya dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Kyrgistan hingga Arab Saudi. Hingga pada 24 Maret lalu, kemudian India memutuskan untuk melakukan lockdown demi mengatasi sebaran corona, ribuan jamaah Tabligh masih belum bubar, sebagian tak bisa kembali ke tanah airnya karena sarana transportasi sudah tidak berjalan normal. 

Gampang ditebak, puluhan jamaah Tabligh kemudian terinfeksi virus corona, 7 orang meninggal dunia. 

Di India, keberadaan  jamaah Tabligh lalu dicari dan dikumpulkan di satu tempat, hingga virus COVID-19 tidak menyebar kemana-mana. 

Lebih dari itu kemudian muncul persepsi bahwa Jamaah Tabligh menjadi penyumbang tingginya jumlah korban COVID-19 di India. 

Kebiasaan organisasi bentukan Maulana Muhammad Ilyas Kadhlawi ini untuk berkumpul, tetap melakukan pertemuan-pertemuan besar dalam kondisi darurat COVID-19 seperti saat ini memang tidak menguntungkan. 

Bukan di Delhi saja, pasca pertemuan Jamaah Tabligh di Malaysia, menyebabkan angka mereka yang terinfeksi virus COVID-19 juga meningkat. Ketika kemudian  dirancang lagi pertemuan Jamaah Tabligh  di Gowa, Indonesia, untungnya kemudian bisa diantisipasi, tidak dilanjutkan alias dibubarkan.

Agak tidak nyaman memang untuk memposisikan pertemuan jamaah Tabligh berhadapan dengan sebaran virus COVID-19. 

Tak ada yang salah dengan kebiasaan halaqah Jamaah Tabligh tersebut. Hanya saja dalam kondisi seperti sekarang, ketika angka kematian akibat COVID-19  terus meningkat di seluruh dunia, selain Tiongkok yang menyatakan sebaran infeksi COVID-19 di wilayahnya sudah 0 persen saat ini, maka sepatutnya semua orang bisa menahan diri. 

Otoritas setempat pun kiranya bisa mengambil posisi yang tepat untuk mengantisipasi. Rezeki, pertemuan, ajal atau maut memang ditangan Allah, namun ikhtiar menjauh dari wabah dan marabahaya, selayaknya menjadi tanggungjawab kita.
sumber rri.co.id