Ketidakjujuran Pasien Positif Corona Berdampak Tingginya Potensi Penularan
Kasihan juga pengelola Rumah Sakit Dokter Soedjati Soemodiardjo Purwodadi harus secara mendadak melakukan rapid test bagi 76 orang yang diduga berinteraksi dengan seorang pasien di rumah sakit tersebut.
Wakil Direktur RS di Purwodadi, Titik Wahyuningsih yang mengungkapkan adanya seorang pasien telah memberikan informasi bohong kepada petugas medis mengenai kondisi kesehatannya dan interaksi serta perjalannanya pernah ke zona merah.
Informasi bohong semacam ini sangat menyesatkan dan ternyata lebih membahayakan lagi.
Kejadian serupa juga terjadi di Jakarta. Ada seorang pasien perempuan hendak melahirkan dan tidak menginformasikan bahwa dirinya positif virus Corona. Para tenaga medis tidak menggunakan APD lengkap, namun belakangan baru mengetahui bahwa pasien tersebut positif Corona.
Dapat dibayangkan, berapa orang telah berinteraksi dengan pasien tersebut, mulai petugas jaga, petugas pendaftaran, perawat umum, dokter, bidan, bagian perawatan, hingga pasien lain yang dekat denganya. Ini adalah perilaku mengkhawatirkan belakangan ini.
Alasan bohong bisa jadi bermacam-macam, utamanya karena stigma masyarakat sangat berlebihan sehingga pasien khawatir tidak ada yang mau membantu atau merawatnya, namun pastinya potensi menularkan lebih massif. Dan lebih bahayanya, itu dilakukan di rumah sakit bukan rujukan.
Ketika tenaga medis, dokter, perawat dan sebagainya lebih banyak terpapar virus Corona akibat kebohongan semacam itu, maka ini jelas sangat berbahaya.
Fenomena ini, ternyata juga terjadi di Sarawak Malaysia. Menurut media Sin Chew Dailiy, menteri setempat sampai mencurahkan kekesalanya terhadap pasien bohong ini di laman facebooknya. Prihatinnya, belum ada sanksi jelas atas perilaku semacam ini.
Berbohong, mungkin menguntungkan bagi diri pasien, karena ia dilayani normal, akan tetapi tidak bagi orang lain, apalagi bagi tenaga medis. Jujur tentang kondisi kesehatan memang tidak enak, apalagi itu positif Corona, karena pasti akan diisolasi, tapi itu menghindarkan petaka yang lebih luas.
Komentar disusun dan disampaikan oleh redaktur senior RRI, Widhie Kurniawan.
sumber rri.co.id