Berlakukan New Normal, Indonesia Diharap Melihat Swedia
Menanggapi adanya wacana untuk membuka kembali roda perekonomian dan
transportasi secara bertahap, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Kewaspadaan
dan Kesiagaan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi
Djoerban angkat bicara.
Dia menuturkan, sebelum membulatkan keputusan tersebut, pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan langkah tersebut, dengan melihat akan kasus-kasus negara lain yang sebelumnya telah melakukan pelonggaran aktivitas perekonomian.
"Itu mah bukan new normal. Takutnya ke arah Herd Imunity (kekebalan alami). Imunitas alami itu sebetulnya sudah ada contoh. Jadi mohon dipelajari kebijakan itu mencontoh pengalaman Swedia," kata Zubairi kepada RRI, Senin (25/5/2020).
"Kematian di swedia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika yang salah satunya memiliki angka kematian yang tinggi," tambahnya.
Sebab menurut dia, adanya wacana untuk membuka kembali transportasi dan aktivitas perekonomian di tengah pandemi itu hampir memiliki kesamaan akan adanya pelonggran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Herd Imunity seperti yang telah dialami Swedia.
"Melihat pengalaman Swedia dalam 1-2 hari terakhir ini. Walaupun judulnya bukan Hert Imunity, kalo PSBB buru-buru dilonggarkan itu plus minus hampir sama (Hert Imunity)," tuturnya lagi.
Akan tetapi, ia juga berharap adanya langkah pemerintah untuk tetap bisa menjalankan roda perekonomian dan transportasi di tengah pandemi COVID-19 itu, bukan merupakan bagian keputusan yang mengarah pada pemberlakuan Hert Imunity.
Zubairi masih positif bahwa apa yang dimaksudkan pemerintah bakal tetap mengarah kepada Pembatasan Sosial Berskala Besar.
"Jadi pengalaman baru di Swedia ini, saya kira pemerintah kita tidak akan (belum) ke arah Hert Imunity melainkan lebih mendekatkan PSBB sampai puncaknya terlewati," kata Zubairi Djoerban.
sumber rri.co.id
Dia menuturkan, sebelum membulatkan keputusan tersebut, pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan langkah tersebut, dengan melihat akan kasus-kasus negara lain yang sebelumnya telah melakukan pelonggaran aktivitas perekonomian.
"Itu mah bukan new normal. Takutnya ke arah Herd Imunity (kekebalan alami). Imunitas alami itu sebetulnya sudah ada contoh. Jadi mohon dipelajari kebijakan itu mencontoh pengalaman Swedia," kata Zubairi kepada RRI, Senin (25/5/2020).
"Kematian di swedia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika yang salah satunya memiliki angka kematian yang tinggi," tambahnya.
Sebab menurut dia, adanya wacana untuk membuka kembali transportasi dan aktivitas perekonomian di tengah pandemi itu hampir memiliki kesamaan akan adanya pelonggran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Herd Imunity seperti yang telah dialami Swedia.
"Melihat pengalaman Swedia dalam 1-2 hari terakhir ini. Walaupun judulnya bukan Hert Imunity, kalo PSBB buru-buru dilonggarkan itu plus minus hampir sama (Hert Imunity)," tuturnya lagi.
Akan tetapi, ia juga berharap adanya langkah pemerintah untuk tetap bisa menjalankan roda perekonomian dan transportasi di tengah pandemi COVID-19 itu, bukan merupakan bagian keputusan yang mengarah pada pemberlakuan Hert Imunity.
Zubairi masih positif bahwa apa yang dimaksudkan pemerintah bakal tetap mengarah kepada Pembatasan Sosial Berskala Besar.
"Jadi pengalaman baru di Swedia ini, saya kira pemerintah kita tidak akan (belum) ke arah Hert Imunity melainkan lebih mendekatkan PSBB sampai puncaknya terlewati," kata Zubairi Djoerban.
sumber rri.co.id