Impor Barang dan Jasa Terkontraksi 2.19 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) saat menggelar acara jumpa pers via YouTube Channel di Jakarta melaporkan terkait perkembangan impor barang dan jasa terkontraksi 2.19 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY).
Kepala BPS Pusat, Suhariyanto mengatakan meski begitu kontraksinya jauh lebih baik dari kontraksi di kuartal I-2019 yang sebesar 7.47 persen YoY.
"BPS mencatat kontraksi impor barang dan jasa disebabkan oleh impor barang dan impor jasa yang masing-masing mengalami kontraksi, tapi impor jasa terkontraksi lebih dalam," kata Suhariyanto di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Dirinya menjelaskan impor barang tercatat kontraksi 1.00 persen YoY, meski begitu kontraksinya membaik dari kuartal pertama tahun 2019 yang mencapai 8,42 persen YoY.
Berdasarkan data BPS, Impor barang non minyak dan gas (migas) tercatat mengalami kontraksi 3.81 persen YoY atau membaik dari kontraksi kuartal I-2019 yang sebesar 5.35 persen YoY. Hal ini terjadi seiring dengan penurunan impor besi dan baja, plastik, barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Menurut BPS, impor migas tercatat tumbuh positif 15,93 persen YoY seiring dengan peningkatan nilai dan volume impor migas di kuartal I-2020. Padahal, di kuartal pertama tahun lalu, impor migas terkontraksi 23.34 persen YoY.
“Selain itu, penurunan harga minyak dunia di bulan Maret 2020 juga mempengaruhi peningkatan volume impor migas," jelasnya.
Sementara itu impor jasa tercatat mengalami kontraksi 9.57 persen YoY. Penurunan ini jauh lebih dalam dari kontraksi di kuartal I-2019 yang sebesar 1.14 persen YoY. Capaian ini sejalan dengan menurunnya jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri.
“Penyebab utamanya adalah adanya pelarangan Umroh sejak Februari 2020 akibat Covid-19 yang mulai mewabah masif dan penutupan pintu masuk di beberapa negara yang melakukan lockdown sehingga jumlah perjalanan ke luar negeri turun," pungkas Suhariyanto.
sumber rri.co.id