Dampak Negatif Sampah Plastik, Kesehatan Hingga Lingkungan
Sudah bukan rahasia lagi bahwa penggunaan plastik berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan. Plastik yang sudah tidak terpakai akan menjadi sampah plastik, dan jumlahnya tidak sedikit di bumi ini.
Mulai
esok hari, Rabu (1/7/2020) penggunaan plastik sudah dilarang melalui
Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban
Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan.
Berbeda
dengan sampah lain yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme
dalam tanah, sampah plastik memiliki rantai karbon yang panjang sehingga
membutuhkan waktu ratusan, bahkan ribuan tahun agar dapat hancur secara
alami.
Selama itu pula sampah plastik akan tetap menjadi sampah yang mencemari bumi.
Jenis-jenis plastik yang akan menjadi sampah plastik
Berikut beberapa jenis plastik yang umumnya mengotori lingkungan:
1. Polyethylene Terephthalate (PET atau PETE atau Polyester)
PET
sebagian besar digunakan untuk keperluan kemasan makanan dan minuman
karena kemampuannya yang kuat untuk mencegah oksigen masuk dan merusak
produk di dalamnya.
Meskipun PET
biasanya dapat didaur ulang untuk digunakan kembali, namun PET masih
dianggap berbahaya bagi kesehatan dalam penggunaannya. Jenis plastik ini
mengandung antimon trioksida yang bersifat karsinogen sehingga dapat
menyebabkan kanker pada jaringan hidup.
Jika terpapar panas, senyawa tersebut dapat dilepaskan ke dalam isi yang ada di dalamnya dan berbahaya untuk kita konsumsi.
2. High-Density Polyethylene (HDPE)
HDPE
umumnya digunakan sebagai kantong keresek untuk belanja, wadah susu,
jus, botol sampo, dan botol obat. HDPE dianggap sebagai pilihan yang
lebih aman untuk penggunaan makanan dan minuman karena struktur
pembentuknya dianggap lebih stabil daripada PET.
Meskipun
begitu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa HDPE dapat
melepaskan bahan kimia serupa estrogen yang dapat mengganggu sistem
hormon.
3. Polivinil Klorida (PVC)
PVC
biasanya digunakan dalam mainan, kemasan blister, pembungkus plastik,
atau botol deterjen. PVC atau vinil sempat menjadi plastik yang paling
banyak digunakan kedua di dunia setelah golongan plastik polyethylene.
Namun kemudian diketahui bahwa PVC menyebabkan risiko kesehatan yang
serius.
Pasalnya, plastik ini
mengandung berbagai bahan kimia beracun, seperti bisphenol A (BPA),
ftalat, timbal, dioksin, merkuri, dan kadmium yang dapat memicu kanker.
Masalah lain seperti gejala alergi pada anak-anak dan gangguan sistem
hormon manusia juga mungkin timbul. PVC sulit untuk didaur ulang, jadi
sebaiknya penggunaan plastik ini harus dihindari sama sekali.
4. Low-Density Polyethylene (LDPE)
Polyethylene
adalah golongan plastik yang paling banyak digunakan di dunia. Jenis
plastik ini memiliki struktur kimia paling sederhana sehingga sangat
mudah dan murah untuk diproses.
Meskipun
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa LDPE juga dapat memberikan
pengaruh pada sistem hormon manusia, namun LDPE dianggap sebagai pilihan
plastik yang lebih aman untuk penggunaan makanan dan minuman.
Sayangnya, jenis plastik ini cukup sulit untuk didaur ulang.
5. Polypropylene (PP)
Jenis
plastik ini lebih kaku dan tahan terhadap panas, PP banyak digunakan
untuk wadah makanan panas. Kualitas kekuatannya berada di antara LDPE
dan HDPE. PP banyak digunakan sebagai bungkus makanan, sebagai bahan
dalam popok, dan pembalut wanita sekali pakai.
Sama
seperti LDPE, PP dianggap sebagai opsi plastik yang lebih aman untuk
penggunaan makanan dan minuman. Meskipun memiliki banyak kelebihan, PP
tidak dapat didaur ulang dan juga diyakini dapat menyebabkan gangguan
asma dan hormon pada manusia.
6. Polystyrene (PS)
Polystyrene
adalah styrofoam yang biasa kita temui sebagai wadah makanan, karton
telur, wadah makan sekali pakai, dan juga helm sepeda. Ketika terpapar
dengan makanan panas dan minyak, PS dapat melepaskan styrene yang
dianggap sebagai racun pada otak dan sistem saraf.
Senyawa
tersebut juga dapat memengaruhi gen, paru-paru, hati, dan sistem
kekebalan tubuh manusia. PS juga memiliki tingkat daur ulang yang
rendah.
Indonesia Menjadi Salah Satu Penyumbang Sampah Plastik Terbesar
Dalam
studi yang dilakukan oleh UN Environment Programme (UNEP) berjudul
“Single-Use Plastics: A Roadmap for Sustainabil-ity” pada tahun 2018
mengungkapkan, bahwa sampah plastik berupa kantong dan styrofoam
memerlukan ribuan tahun untuk bisa terurai.
Sedangkan
penelitian Jenna R. Jambeck dari Georgia University pada 2010
menyebutkan, ada sekitar 275 juta ton sampah plastik yang tersebar di
seluruh dunia, dengan sekitar 4,7 hingga 12,7 juta ton sampah berada di
lautan. Ini artinya, setiap satu menit, sampah plastik yang dibuang ke
laut setara dengan satu truk penuh.
Di
tahun 2010 pula Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah
plastik terbesar ke lautan dunia, setelah China. Indonesia tercatat
telah menghasilkan sampah plastik sebesar 3,22 ton, dengan sekitar
0,48-1,29 juta ton di antaranya mencemari lautan.
Menurut
Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS), 65
persen konsumsi plastik nasional masih didominasi oleh plastik kemasan.
Dari total permintaan plastik kemasan, sekitar 60 persen diserap oleh
industri makanan dan minuman.
Menurut
Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS), 65
persen konsumsi plastik nasional masih didominasi oleh plastik kemasan.
Dari total permintaan plastik kemasan, sekitar 60 persen diserap oleh
industri makanan dan minuman.
Dampak Sampah Plastik, Mulai Dari Kesehatan Hingga Tercemarnya Lingkungan.
1. Plastik berbahaya bagi kesehatan manusia
Bahan
kimia yang keluar dari plastik ditemukan dalam darah dan jaringan tubuh
dari hampir semua manusia hidup. Adapun, manusia yang terpapar oleh
plastik berisiko lebih besar untuk mengalami kanker, cacat lahir,
gangguan imunitas, gangguan endokrin dan penyakit berbahaya lainnya.
Dilansir
dari Arizona State University Biodesign Institute, terdapat dua kelas
bahan kimia yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu BPA
(bisphenol-A) dan phthalates (aditif yang digunakan untuk menyintesis
plastik).
2. Plastik mengancam kelestarian satwa liar
Sekarang
ini, kehidupan satwa liar telah menyatu dengan sampah plastik. Mereka
pun salah mengira plastik sebagai makanan mereka dan memberikannya
kepada anak-anak mereka. Bahkan, sampah plastik pun telah mencemari
daerah-daerah terpencil dari bumi. Di laut sendiri, sampah plastik telah
melebih jumlah zooplankton dengan perbandingan 36:1.
Dilansir
dari Biological Sciences, lebih dari 260 spesies, antara lain
invertebrata, kura-kura, ikan, burung laut dan mamalia yang telah
tercemar sampah plastik sehingga mereka mengalami gangguan makan dan
pergerakan. Plastik pun mengancam reproduksi, laserasi (luka-luka pada
kulit dan daging), bisul hingga kematian.
3. Plastik sendiri gak bisa hilang
Plastik
adalah material yang mampu bertahan selamanya. Mirisnya, 33 persen
bahan plastik hanya dipakai sekali lalu dibuang, seperti botol air
kemasan, kantong plastik dan sedotan. Plastik sendiri gak bisa terurai
dan hanya menjadi potongan yang lebih kecil dan kecil lagi.
Dilansir dari Chemistry & Biology 2009, membuang material plastik bisa bertahan hingga 2.000 tahun, bahkan bisa lebih lama.
4. Plastik merusak air tanah bumi
Di
Amerika Serikat terdapat ribuan tempat pembuangan sampah. Adapun,
sampah-sampah plastik yang terkubur memiliki bahan kimia berbahaya yang
mengalir keluar dan meresap hingga ke air tanah. Nantinya, air tersebut
akan mengalir ke danau dan sungai.
Dilansir
dari Biological Sciences, ada risiko jangka panjang dari kontaminasi
tanah dan air oleh beberapa aditif dan pemecahan plastik, yaitu bisa
mencemari alam secara berkesinambungan.
5. Plastik bisa menarik polutan (bahan yang mengakibatkan polusi) lain
Bahan
kimia yang terkandung dalam plastik memberikan sifat kaku atau
fleksibel, tahan api, bisphenol, phthalates dan bahan kimia berbahaya
lainnya. Adapun, racun tersebut bersifat menolak air dan akan menempel
pada benda-benda berbasis minyak, seperti sampah plastik. Dengan begini,
bahan kimia beracun yang terkandung dalam plastik akan terakumulasi
dengan plastik lain dan akan mencemari samudera di seluruh dunia.
Dilansir
dari Scientific Reports 2013, ikan di dunia terpapar campuran
polietilena dan bioakumulasi polutan kimia dari laut sehingga keracunan
dan terjangkit berbagai penyakit.
6. Sampah plastik menumpuk dan menggunung di bumi
Dilansir
dari PLoS One, lebih dari 5 triliun potongan plastik seberat lebih dari
250.000 ton mengapung di laut. Amerika sendiri membuang lebih dari 30
juta ton plastik per tahun, Sementara, hanya delapan persen plastik yang
didaur ulang. Selebihnya berakhir di pembuangan sampah, dibakar, atau
menjadi sampah sembarangan.
7. Plastik meracuni rantai makanan
Bahkan
makhluk terkecil seperti plankton pun makan plastik berukuran mikro dan
menyerap bahan kimia berbahaya. Pada akhirnya plankton ini akan dimakan
oleh makhluk yang lebih besar darinya dan seterusnya. Dilansir dari
Marine Pollution Bulletin 2011, plastik yang mengontaminasi laut akan
mencemari jaringan makanan laut yang ada.
8. Plastik merugikan berbagai sektor kehidupan manusia
Pada
akhirnya, penggunaan plastik yang gak bertanggung jawab kembali lagi
akan merugikan manusia. Beberapa contohnya, seperti sektor pariwisata,
rekreasi, bisnis, dan kesehatan manusia serta hewan. Dilansir dari
United Nations Environment Programme, sampah plastik menyebabkan
kerugian finansial mencapai US$13 miliar untuk sektor kelautan.
sumber rri.co.id