Kemenperin Terapkan Industri 4.0 di Sektor IKM Gula Palma
Kementerian
Perindustrian mendorong industri kecil menengah (IKM) untuk menerapkan
penggunaan teknologi industri 4.0 guna memacu produktivitas dan daya
saingnya. Hal ini sejalan program prioritas Making Indonesia 4.0, dengan
sasaran utamanya adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10
negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
“Kami
sedang mendorong agar sektor IKM gula palma dapat mengimplementasikan
industri 4.0. Hal ini dilaksanakan untuk dapat meningkatkan efisiensi
proses produksi gula palma,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil,
Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (24/6).
Gati
mengemukakan, pihaknya melalui Direktorat IKM Pangan, Barang dari Kayu
dan Furnitur berupaya menjadikan salah satu koperasi penghasil gula
palma di Kabupaten Banyumas, yakni Koperasi Nira Satria sebagai contoh
sektor IKM yang akan menerapkan teknologi industri 4.0. Upaya ini
dilakukan secara bertahap mulai dari pembangunan sistem informasi,
bantuan sarana pendukung, hingga pendampingan.
“Langkah ini dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing IKM gula palma Indonesia di pasar global, utamanya dalam efisiensi dan traceability. Melalui penerapan sistem informasi terpadu pada proses bisnis, baik itu dari internal (vertical integration) maupun eksternal (horizontal integration), diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan telusur,” paparnya.
Koperasi
Nira Satria yang telah memaniskan pasar gula organik dunia dari
kelapa-kelapa lokal olahan para penderes di berbagai desa di Kabupaten
Banyumas ini telah dirintis sejak tahun 2008. “Koperasi ini mampu
menyerap produk gula palma dari 1.074 penderes di Banyumas dan sudah
mengharumkan nama Banyumas sebagai penghasil gula kristal organik
berkualitas ke pasar Jerman, Eropa, Amerika dan China,” ungkap Gati.
Adapun output dari implementasi industri 4.0 pada Koperasi Nira Satria, antara lain adalah traceability
dari level pengepul ke koperasi serta dibuatnya beberapa aplikasi
berbasis website pada proses bisnis gula palma seperti input data gula,
sistem informasi, rekam data ekspor, dan prediksi bisnis ekspor.
Selain itu, adanya otomatisasi pada timbangan digital yang terintegrasi secara real time ke cloud database berbasis IoT, penggunaan aplikasi warehouse management system di level pengepul dan koperasi, adanya real time data collector untuk mesin oven dan monitoring mesin oven berbasis IoT, serta optimalisasi konfigurasi data mesin oven berbasis machine learning.
“Implementasi industri 4.0 ini juga akan menghasilkan real time tracking distribusi gula palma dari pengepul ke koperasi dan control tower
untuk beberapa koperasi gula palma. Dengan adanya implementasi industry
4.0 pada IKM gula palma seperti Nira Satria, dapat menjadi percontohan
bagi pengembangan IKM makanan lainnya,” imbuh Gati.
Gula
palma merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan oleh IKM
dalam negeri. Indonesia merupakan negara pengekspor utama gula palma di
dunia, diikuti Filipina dan Kamboja. Selain pasar ekspor, pasar dalam
negeri juga dinilai sama-sama menjanjikan.
Lebih
lanjut, gula palma yang berbahan dasar gula kelapa atau gula aren
merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan terus
meningkat, yakni pada 2017 ekspor gula palma mencapai 25 ribu ton dengan
nilai 42,6 juta dolar AS dan pada 2018 ekspor gula palma meningkat
menjadi 35 ribu ton dengan nilai 52,5 juta dolar AS.
“Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan efisiensi dan traceability
dalam proses bisnis gula palma, dapat meningkatkan daya saing gula
palma Indonesia di pasar global, yang berarti juga meningkatkan
pendapatan devisa negara, membuka lapangan kerja dan meningkatkan
kemandirian masyarakat,” tutur Gati.
Menurutnya,
pemanfataan teknologi industri 4.0 menjadi lompatan besar bagi sektor
industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan
sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga diseluruh
rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan
basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk
yang lebih baik.
Dirjen
IKMA berharap, sektor manufaktur nasional termasuk IKM semakin siap
menuju perubahan dalam menghadapi transformasi industri 4.0 yang
mengintegrasikan semua lini produksi secara digital. Industri makanan
dan minuman merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur yang
menjadi fokus untuk penerapan awal industri 4.0. IKM di sektor tersebut
didorong untuk mengadopsi teknologi di sepanjang rantai nilai untuk
meningkatkan hasil produksi dan pangsa pasar mereka.
Ditjen
IKMA telah menggelar kegiatan Workshop Pengembangan IKM Gula Palma
Berbasis Sistem Informasi Terpadu di Purwokerto, dengan tujuan untuk
mengenalkan transformasi industri 4.0 kepada IKM gula palma. Kegiatan
tersebut bertujuan memberikan gambaran tentang transformasi industri 4.0
kepada IKM gula palma, sehingga dapat menghadapi tantangan dan
memanfaatkan peluang pada era industri 4.0, termasuk tren pasar produk
pangan di pasar regional dan global.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
sumber kemenperin.go.id