Menteri Tjahjo Dorong ASN Putus Rantai Radikalisme
Penanganan aparatur sipil negara (ASN) yang terlibat radikalisme menjadi perhatian Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo. Ia menginginkan ASN memililiki cara dan inovasi untuk memerangi paham radikalisme.
“Masalah
kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah adanya paham
radikalisme,” ujar Menteri PANRB Tjahjo Kumolo dalam Seminar Rancangan
Proyek Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I
Angkatan XLV Tahun 2020 secara virtual, pada Kamis (11/06).
Setiap
lulusan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat I dituntut untuk
memiliki inovasi melalui proyek perubahan. Proyek perubahan terkait
penanganan radikalisme dinilai diperluas dan beradaptasi menggunakan
platform digital. Untuk itu, salah satu proyek perubahan yang ditawarkan
adalah dengan melakukan pembangunan aplikasi ‘ASN No Radikal’. Aplikasi
ini sebagai optimalisasi portal aduanasn.id mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah.
Menteri
Tjahjo menyambut baik ide proyek perubahan tersebut. Ia menekankan bahwa
integrasi sistem adalah hal yang patut diperhatikan dalam membangun
aplikasi ini. “Yang perlu menjadi perhatian kedepannya adalah integrasi
sistem dan data aplikasi dari kedua sistem, baik yang akan dibangun
maupun yang ada di situs aduanasn.id, sehingga tidak terjadi silo-system dalam penanganan radikalisme,” tegasnya.
Senada
dengan hal tersebut, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Adi
Suryanto juga menyampaikan bahwa dalam pengembangannya, aplikasi ini
memerlukan untuk menggandeng dan berkolaborasi dengan stakeholder
lainnya. Kolaborasi tersebut menjadi perwujudan dari pemerintah yang
terbuka dan menjadi pembelajaran untuk mengesampingkan ego sektoral
untuk menjadikan produk bersama yang nantinya bisa dirasakan manfaatnya.
Menurut
Adi, tidak hanya pengembangan aplikasi yang membutuhkan perhatian, tapi
juga bagaimana ‘menjual’ aplikasi tersebut kepada stakeholder.
Ia mengimbau agar pemerintah memperhatikan cara berkomunikasi yang
digunakan saat memperkenalkan aplikasi ini. “Kadang inovasi sudah bagus,
tapi jika cara ‘menjual’ kurang baik, maka hasilnya akan jadi tidak
maksimal,” imbuhnya.