Pegawai Melek Teknologi dan Produktif Jadi Kebutuhan di Era New Normal
Sejak arahan Pemerintah mengenai Tatanan Normal Baru atau populer dengan istilah “New Normal”
digaungkan, seluruh sektor termasuk Instansi Pemerintahan bergerak
menciptakan sistem kerja pegawai yang tetap produktif di tengah adaptasi
tatanan baru. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Bima Haria
Wibisana secara khusus menggambarkan bagaimana sistem kerja Aparatur
Sipil Negara (ASN) dalam tatanan normal baru dan dampaknya terhadap
kebutuhan kompetensi pegawai ke depan.
sumber www.bkn.go.id
Hal itu dipaparkan Bima saat menjadi salah satu keynote speaker
dalam webinar yang digelar Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan tajuk
“Agenda Kebijakan dan Pelayanan Publik di Era New Normal” pada Selasa,
(16/6/2020) secara daring. Bima menekankan adaptasi kerja ASN pada
tatanan normal baru tidak hanya berdampak pada sistem kerja yang berubah
menjadi kombinasi kerja dari rumah (WFH) dan kerja dari kantor (WFO),
tetapi juga pada kebutuhan pegawai yang benar-benar diperlukan dalam
situasi yang “memaksa” serba digital saat ini. “Dengan mengadopsi sistem
kerja tatanan baru ini kita bisa memilah kebutuhan pegawai. Bahwa kita
kini makin butuh kompetensi pegawai yang melek teknologi sekaligus bisa
tetap produktif melakukan pekerjaan new normal, ini jadi evaluasi untuk rekrutmen ASN ke depan, khususnya persoalan kompetensi yang diperlukan,” imbuhnya.
Dari aspek pelayanan publik di tengah
tatanan normal baru bagi seluruh Instansi Pemerintah, Bima menguraikan
beberapa hal yang perlu dilakukan setiap Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK), yakni mencakup perlunya regulasi internal instansi terkait
adaptasi new normal yang juga mengacu pada Surat Edaran Menteri
PANRB 58/2020, melakukan pemetaan jenis pekerjaan yang bisa dilakukan
secara WFH atau WFO, penggunaan teknologi informasi dalam lini
pelayanan, monitoring ouput pekerjaan pegawai yang WFH
dan WFO, melakukan analisis jabatan (Anjab) dan analisis beban kerja
(ABK) untuk menyusun kebutuhan pegawai pada tatanan normal baru,
presensi online, memantau posisi pegawai dan kondisi
kesehatannya, dan Instansi harus ikut mencegah dan mengendalikan
penyebaran untuk mengurangi risiko Covid-19 di lingkungannya.
Sementara untuk penilaian kinerja ASN,
Bima mengatakan bahwa BKN sudah memiliki sistem penilaian kinerja yang
bisa dimanfaatkan secara nasional namun belum semua instansi
menggunakannya. “Yang menarik, ada sejumlah ASN yang justru mengalami overload
pekerjaan ketika WFH dibanding saat WFO. Di samping sebagian besar
pekerjaan pegawai berjalan seperti biasa dengan memanfaatkan teknologi”.
Bima mengakui bahwa seluruh sektor masih harus terus mengadaptasi
proses bisnis pada tatanan normal baru sekaligus memastikan tugas fungsi
berjalan dengan baik sesuai target kinerja Instansi.
Terakhir Bima menyampaikan soal strategi
Anjab ABK di lingkup ASN dalam menyikapi situasi tatanan normal baru.
Menurutnya perlu dilakukan penyusunan ulang seluruh Anjab ABK
masing-masing Instansi dengan mengacu pada sistem kerja baru, misalnya
dengan memetakan jenis jabatan yang masih relevan dengan kebutuhan saat
ini dan jenis jabatan yang perlu dipertimbangkan kembali. “Tentukan
konsep new normal masing-masing Instansi seperti apa baru kemudian bisa dihitung ulang kebutuhan SDM nya,” tutup Bima.sumber www.bkn.go.id