Highlight

Tidak Siap Hamil, Berisiko Alami Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum merupakan kondisi mual dan muntah berlebihan yang dialami ibu hamil (bumil) di trimester atau tiga bulan pertama. 
Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil memiliki tiga tingkatan, yakni grade 1, 2, dan 3.
Dr. Imami Nur Rachmawati, SKp, MSc (Dok. Istimewa/Pribadi)
Grade 3 merupakan yang paling buruk yang ditandai dengan kondisi lemah, kesadaran turun, sudah tidak muntah, nadi lebih cepat dan kecil, tensi turun drastis, suhu meningkat, komplikasi hati, perubahan mental.
Hingga kini ahli belum dapat memastikan penyebab dari Hiperemesis Gravidarum, hanya baru dapat menduga, lebih karena faktor hormonal.
Dimana hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) atau hormon kehamilan yang tinggi, pada hamil anggur atau kembar.
Selain itu dugaan lain karena dipicu kadar histamin yang tinggi, villi korialis yang masuk ke sirkulasi maternal dianggap benda asing, reaksi imunologik atau ambivalensi terhadap kehamilan dan faktor psikologis.
"Villi korialis itu bagian plasenta atau ari-ari yang menghadap janin. Ibu hamil ada hormon HCG, dan peningkatan hormon estrogen, yang kemungkinan memengaruhi susunan saraf pusat sehingga pengosongan lambung lambat yang memicu muntah. Pada dasarnya, ibu hamil asam lambung memang meningkat," kata Pakar Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI), Dr. Imami Nur Rachmawati, SKp, MSc, kepada RRI, Selasa (2/6/2020).
Penyebab lainnya kata Imami Nur, lebih ke faktor psikologi ibu hamil.

"Kalau saya melihatnya lebih ke arah psikologis. Ketidaksiapan untuk hamil, kurang dukungan keluarga, cemas yang berlebihan dengan mekanisme koping yang tidak efektif," sebutnya.
Sebelumnya, Imami Nur Rachmawati menjelaskan, karena Hiperemesis Gravidarum terjadi pada trimester (tiga bulan) pertama, sehingga dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit, metabolik dan nutrisi, hingga penurunan berat badan yang berlangsung lebih dari empat bulan.
Dirinya menyebutkan, muntah yang berlangsung terus pada ibu hamil dapat menyebabkan beberapa dampak, seperti kehabisan cadangan karbohidrat dan lemak, karena digunakan untuk sumber energi.
Selain itu, juga dapat membuat oksidasi lemak menjadi tidak sempurna, akhirnya darah mengandung asam aseto asetat, asam hidroksi butirat dan aseton (ketosis), lalu dehidrasi.
"Darah jadi mengental, sirkulasi darah terganggu, zat kalium dalam darah juga menurun," pungkasnya.