Atrial Fibrillation, Epidemi Global Perusak Kualitas Hidup
Atrial fibrillation (AF) adalah kelainan irama jantung yang paling
banyak diderita manusia. Bahkan saking banyaknya kejadian AF akhirnya
menjadi epidemi global.
AF terutama didapatkan pada orang tua, baik dengan atau tanpa kelainan jantung struktural. AF yang didapatkan pada jantung yang normal disebut sebagai lone AF, dan cukup sering didapatkan pada orang muda.
Akhir-akhir ini terdapat peningkatan kejadian lone AF, terutama di daerah perkotaan.
AF ditandai dengan denyut jantung yang irreguler, dengan frekuensi denyut bisa lambat (kurang dari 60 kali/menit), normal (antara 60 – 100 kali/menit) atau cepat (lebih dari 100 akli/menit).
Umumnya pasien merasakan berdebar dan mudah lelah. Berdebar semakin terasa pada saat peningkatan aktivitas fisik. Denyut jantung yang tidak teratur menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman dan mengganggu.
Iregularitas denyut jantung ini akan membawa konsekuensi klinis yang sangat penting, karena menyebabkan kecenderungan terjadinya bekuan darah di dalam jantung.
Bekuan darah yang terbentuk di dalam jantung sangat berisiko pindah ke organ lain pada saat jantung berdenyut. Jika gumpalan tersebut pindah ke daerah otak, dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah di otak, dan ini dapat menimbulkan bahaya stroke.
Sumbatan oleh bekuan darah di tempat lain juga mengakibatkan keadaan yang berbahaya, seperti kegawatan perut bila terjadi sumbatan pembuluh darah ke perut, gagal ginjal jika pembuluh darah ke ginjal yang tersumbat.
Berdasarkan kemungkinan pengembalian ke irama normal (irama sinus), AF dapat dibedakan menjadi paroxysmal, persistent, dan permanent.
Paroxysmal AF adalah bentuk yang paling ringan, dimana AF hilang dan timbul secara spontan. Sedangkan Persistent AF hanya dapat dikembalikan ke irama sinus dengan pemberian obat atau dengan tindakan medis tertentu.
Tarakhir, untuk Permanent AF, masuk klasifikasi tidak dapat lagi disembuhkan. Oleh karena itu penting mengetahui AF lebih dini agar keadaan permanent dapat dicegah.
Ada dua hal yang penting dalam pengobatan AF, yaitu mengobati kelainan iramanya itu sendiri dan pencegahan komplikasi pembentukan bekuan darah. Untuk yang disebut terakhir dapat dilakukan dengan minum obat-obat antikoagulan, yaitu obat yang mencegah terbentuknya bekuan darah.
Pemberian obat semacam ini memerlukan kontrol tingkat keenceran darah yang baik, melalui pemeriksaan laboratorium berkala. Irama AF-nya sendiri dapat dikelola dengan 2 (dua) macam pendekatan, yaitu dengan mencegah supaya frekuensi jantung tetap normal walaupun tidak reguler dan yang kedua dengan cara mengubah kembali irama AF menjadi irama sinus.
Keduanya dapat dilakukan dengan obat-obatan. Akan tetapi jika gagal dengan obat, tindakan ablasi merupakan pilihan. Ablasi adalah tindakan invasif untuk memperbaiki sistem listrik jantung yang terganggu pada kelainan irama jantung/aritmia.
Irama jantung yang merupakan hasil akhir dari kerja sistem listrik jantung akan kembali normal setelah tindakan ablasi. Pemasangan alat pacu jantung sering diperlukan pada AF dengan frekuensi jantung yang terlalu lambat.
Beberapa keadaan dapat memicu terjadinya AF pada orang yang memiliki kecenderungan ke arah itu, yakni ketika dalam keadaan stres, kebanyakan cafein, obat-obatan tertentu, dan penyakit tiroid.
Hipertensi merupakan penyakit penyerta (komorbid) yang paling sering didapatkan pada penderita AF, dan kontrol tekanan darah yang baik terbukti menurunkan kejadian AF.
Jadi perlu diingat bahwa AF adalah masalah kesehatan jantung yang ada di hadapan seluruh umat manusia dan membawa konsekuensi klinis yang cukup besar. Mengenali, mencegah, dan mengobati AF dengan benar akan membawa pada perbaikan kualitas hidup.
Sumber: Dr. Yoga Yuniadi, SpJP - Spesialis Jantung & Elektrofisiologi - mitrakeluarga
AF terutama didapatkan pada orang tua, baik dengan atau tanpa kelainan jantung struktural. AF yang didapatkan pada jantung yang normal disebut sebagai lone AF, dan cukup sering didapatkan pada orang muda.
Akhir-akhir ini terdapat peningkatan kejadian lone AF, terutama di daerah perkotaan.
AF ditandai dengan denyut jantung yang irreguler, dengan frekuensi denyut bisa lambat (kurang dari 60 kali/menit), normal (antara 60 – 100 kali/menit) atau cepat (lebih dari 100 akli/menit).
Umumnya pasien merasakan berdebar dan mudah lelah. Berdebar semakin terasa pada saat peningkatan aktivitas fisik. Denyut jantung yang tidak teratur menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman dan mengganggu.
Iregularitas denyut jantung ini akan membawa konsekuensi klinis yang sangat penting, karena menyebabkan kecenderungan terjadinya bekuan darah di dalam jantung.
Bekuan darah yang terbentuk di dalam jantung sangat berisiko pindah ke organ lain pada saat jantung berdenyut. Jika gumpalan tersebut pindah ke daerah otak, dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah di otak, dan ini dapat menimbulkan bahaya stroke.
Sumbatan oleh bekuan darah di tempat lain juga mengakibatkan keadaan yang berbahaya, seperti kegawatan perut bila terjadi sumbatan pembuluh darah ke perut, gagal ginjal jika pembuluh darah ke ginjal yang tersumbat.
Berdasarkan kemungkinan pengembalian ke irama normal (irama sinus), AF dapat dibedakan menjadi paroxysmal, persistent, dan permanent.
Paroxysmal AF adalah bentuk yang paling ringan, dimana AF hilang dan timbul secara spontan. Sedangkan Persistent AF hanya dapat dikembalikan ke irama sinus dengan pemberian obat atau dengan tindakan medis tertentu.
Tarakhir, untuk Permanent AF, masuk klasifikasi tidak dapat lagi disembuhkan. Oleh karena itu penting mengetahui AF lebih dini agar keadaan permanent dapat dicegah.
Ada dua hal yang penting dalam pengobatan AF, yaitu mengobati kelainan iramanya itu sendiri dan pencegahan komplikasi pembentukan bekuan darah. Untuk yang disebut terakhir dapat dilakukan dengan minum obat-obat antikoagulan, yaitu obat yang mencegah terbentuknya bekuan darah.
Pemberian obat semacam ini memerlukan kontrol tingkat keenceran darah yang baik, melalui pemeriksaan laboratorium berkala. Irama AF-nya sendiri dapat dikelola dengan 2 (dua) macam pendekatan, yaitu dengan mencegah supaya frekuensi jantung tetap normal walaupun tidak reguler dan yang kedua dengan cara mengubah kembali irama AF menjadi irama sinus.
Keduanya dapat dilakukan dengan obat-obatan. Akan tetapi jika gagal dengan obat, tindakan ablasi merupakan pilihan. Ablasi adalah tindakan invasif untuk memperbaiki sistem listrik jantung yang terganggu pada kelainan irama jantung/aritmia.
Irama jantung yang merupakan hasil akhir dari kerja sistem listrik jantung akan kembali normal setelah tindakan ablasi. Pemasangan alat pacu jantung sering diperlukan pada AF dengan frekuensi jantung yang terlalu lambat.
Beberapa keadaan dapat memicu terjadinya AF pada orang yang memiliki kecenderungan ke arah itu, yakni ketika dalam keadaan stres, kebanyakan cafein, obat-obatan tertentu, dan penyakit tiroid.
Hipertensi merupakan penyakit penyerta (komorbid) yang paling sering didapatkan pada penderita AF, dan kontrol tekanan darah yang baik terbukti menurunkan kejadian AF.
Jadi perlu diingat bahwa AF adalah masalah kesehatan jantung yang ada di hadapan seluruh umat manusia dan membawa konsekuensi klinis yang cukup besar. Mengenali, mencegah, dan mengobati AF dengan benar akan membawa pada perbaikan kualitas hidup.
Sumber: Dr. Yoga Yuniadi, SpJP - Spesialis Jantung & Elektrofisiologi - mitrakeluarga