Penanganan Covid-19 Dinilai Belum Memuaskan
Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan
Konflik (PUSPEK) Universitas Airlangga ((Unair) Surabaya kembali
melakukan survei (studi) tentang tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja pemerintah dalam menangani situasi krisis pandemi Covid-19.
Hasil
survei tersebut disampaikan melalui acara konferensi pers via aplikasi
Zoom dan melalui keterangan tertulis yang disampaikan kepada media hari
ini, Selasa (14/7/2020).
“Adapun
fokus studi adalah untuk mengukur respon masyarakat terhadap: (1)
implementasi kebijakan pemerintah dalam sistem penanganan Covid-19; (2)
efektivitas kebijakan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah; (3) kondisi
struktural pemerintahan dalam situasi krisis pandemi; (4) komunikasi
kebijakan pemerintah; dan (5) dukungan politik masyarakat kepada
presiden,” kata Dr. Tuti Budirahayu sebagai Koordinator Survei, Selasa
(14/7/2020).
“Metode survei dan
pengolahan data secara kuantitatif digunakan dalam studi ini. Populasi
target adalah penduduk di seluruh wilayah di Indonesia. Atas dasar
proporsi jumlah penduduk yang diambil dari data BPS tahun 2019 maka
populasi survei atau sampel yang ditetapkan adalah sebesar 800
responden. Sampel diambil dengan cara cluster random sampling,” jelas
Tuti.
“Strategi pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mendata terlebih dahulu kelompok-kelompok
masyarakat (cluster) yang menjadi afiliasi dari Pusat Kajian Pembangunan
dan Pengelolaan Konflik, Universitas Airlangga (PUSPEK) yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia,” terang Tuti.
Khusus di
tujuh kepulauan (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua). Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner onlineyang dikirim melalui dua media sosial utama (whatsapp
dan email) ke sejumlah responden berdasarkan kerangka sampel (sampling
frame) di kluster-kluster wilayah yang telah ditetapkan.
Penelitian
dilakukan pada tanggal 3 hingga 18 Juni 2020. Tingkat kepercayaan yang
ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 95 persen (alpha 0,05) dengan
derajat kesalahan (margin of error) sebesar 3,4 persen. Secara
metodologi studi ini memiliki kelemahan, yaitu: (1) teknik sampling yang
digunakan masih belum mencerminkan populasi masyarakat Indonesia secara
ideal, karena keterbatasan akses dan data untuk mendapatkan kerangka
sampling pendudukan di seluruh propinsi di Indonesia; (2) pengumpulan
data hanya menggunakan kuesioner online.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat tentang:
(1)
implementasi kebijakan pemerintah dalam sistem penanganan covid-19
menunjukkan arah kecenderungan yang hampir berimbang antara sedang (45,3
persen) dan tinggi (46,8 persen).
Jika data
dipilah berdasarkan respon masyarakat di wilayah Jawa dan Luar Jawa,
maka terlihat adanya perbedaan, di mana respon masyarakat di Jawa
cenderung sedang, yaitu sebesar 51 persen; sedangkan di Luar Jawa
menunjukkan respon yang tinggi, yaitu sebesar 56,40 persen.
(2)
efektivitas kebijakan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah menurut
masyarakat di Jawa berada pada respon sedang 48,3 persen, dan masyarakat
di luar Jawa menunjukkan respon yang cukup tinggi, yaitu 62,8 persen.
Secara nasional respon masyarakat terhadap indikator ini cenderung tinggi, yaitu 51,8 persen.
(3)
kondisi struktural pemerintah dalam situasi krisis pandemi di Jawa
menunjukkan kecenderungan sedang (42,10 persen), namun yang merespon
rendah juga relatif cukup besar yaitu 24, 10 persen, sedangkan di Luar
Jawa respon masyarakat cenderung tinggi yaitu sebesar 57,30 persen, dan
di tingkat nasional perbandingan antara yang merespon sedang (40,10
persen) hampir seimbang dengan yang merespon tinggi (42,80 persen).
(4)
komunikasi kebijakan pemerintah dalam situasi pandemi di Jawa cenderung
sedang yaitu 41,7 persen, dan yang merespon rendah juga relatif cukup
banyak, yaitu 19,10 persen.
Sedangkan
di luar Jawa menunjukkan kecenderungan tinggi, yaitu 57,30 persen, dan
di tingkat nasional masih relatif tinggi yaitu 47,10 persen.
(5)
dukungan politik masyarakat kepada presiden di Jawa menunjukkan
kecenderungan tinggi yaitu 76,5 persen, sedangkan di luar Jawa sebesar
89 persen, dan secara keseluruhan di tingkat nasional sebesar 82 persen.
Kesimpulan
umum dari studi ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap: (1)
implementasi kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi covid-19 di
tingkat nasional berada di rentang sedang (Jawa) dan agak sedikit tinggi
(luar Jawa); (2) efektivitas kebijakan PSBB di tingkat nasional
menunjukkan respon yang cukup tinggi.
Di
Pulau Jawa menunjukkan respon yang sedang, dan di luar Jawa respon
masyarakat cenderung tinggi; (3) kondisi struktural pemerintah dalam
situasi krisis di tingkat nasional cenderung berimbang antara yang
merespon sedang dan tinggi, di mana untuk masyarakat di Jawa lebih
merespon sedang dan rendah.
Sedangkan
masyarakat di luar Jawa merespon tinggi; (4) komunikasi kebijakan
pemerintah dalam situasi krisis dalam skala nasional menunjukkan rentang
sedang di Jawa dan tinggi di luar Jawa; (5) dukungan politik kepada
presiden menunjukkan respon yang relatif sangat tinggi di tingkat
nasional, baik di Jawa maupun luar Jawa.
Memperhatikan
sebaran data pada lima faktor di atas, nampak bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat pada pemerintah dalam menangani krisis pandemi covid 19,
kecuali pada variabel dukungan politik kepada presiden, masih belum
menunjukkan hasil yang memuaskan bagi masyarakat (khususnya di Jawa).
Meskipun
masyarakat di luar Jawa cenderung menunjukkan respon yang positif pada
kualitas kinerja pemerintah. Hal ini dapat diinterpretasikan, khususnya
bagi masyarakat di Jawa.
Bahwa dukungan
politik yang sangat besar kepada Presiden tidak selalu berbanding lurus
dengan persepsi masyarakat terhadap performa/kinerja pemerintah.
Artinya,
secara tidak langsung, data yang tersaji dalam lima variabel itu
menyiratkan bahwa tidak sepenuhnya variabel performa/kinerja Presiden
diterjemahkan secara konsisten baik oleh pemerintah di level pusat
maupun daerah.
Perbandingan
Indikator Variabel pertamaditurunkan menjadi sembilan indikator,
sebagaimana bisa dilihat di lampiran rilis ini. Secara umum responden
dari Jawa dan Luar Jawa menampilkan respon yang relatif konsisten,
kecuali pada tiga indikator, yaitu: (a) Bantuan sosial yang diberikan
oleh pemerintah tersosialisasi secara baik; (b) Bantuan sosial tepat
sasaran; dan (c) Program kartu pekerja meningkatkan ekonomi masyarakat.
Pada
indikator bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah tersosialisasi
secara baik memperlihatkan bahwa responden Jawa berkebalikan dengan Luar
Jawa. Hal ini nampak dari 41,30% responden dari Jawa menyatakan tidak
setuju dengan pernyataan indikator tersebut.
Sementara
49,80% responden dari Luar Jawa menyatakan setuju. Pun pada indikator
bantuan sosial tepat sasaran, yakni 46,10% responden dari Jawa tidak
setuju dengan pernyataan indikator tersebut, sementara 43,50% responden
Luar Jawa menyatakan setuju.
Meski
begitu, hanya dua indikator ini yang direspon setuju dengan prosentase
di bawah 50% oleh responden Luar Jawa dibanding seluruh indikator lain,
bahkan di luar variabel implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Penangan
Covid-19.
Begitupun pada indikator
program kartu pekerja meningkatkan ekonomi masyarakat, walaupun tidak
sekontras indikator bantuan sosial tepat sasaran.
Responden
dari Jawa yang menyatakan setuju (38,40%) dengan indikator itu hanya
sedikit lebih banyak dibanding yang tidak setuju (37,70%).
Sementara
responden dari Luar Jawa merespon tinggi (setuju sebanyak 57,60%)
dibanding yang rendah (tidak setuju sebanyak 20,70%).
Variabel Kedua diturunkan
menjadi empat indikator. Indikator tentang “Penegakkan hukum pelanggar
PSBB di beberapa daerah sudah tepat” disangkal oleh 34,90 persen
responden di Jawa (mereka menyatakan tidak setuju bahwa penegakkan hukum
bagi pelanggar PSBB sudah tepat).
Sementara
di luar Jawa, Indikator tentang “Penegakkan hukum pelanggar PSBB di
beberapa daerah sudah tepat” disangkal oleh 19,20 persen responden
(mereka menyatakan tidak setuju bahwa penegakkan hukum bagi pelanggar
PSBB sudah tepat).
Secara
keseluruhan, respon terhadap efektivitas kebijakan PSBB memperlihatkan
positif, baik dari responden Jawa maupun Luar Jawa, kecuali satu
indikator, yaitu penegakan hukum pelanggar PSBB di beberapa daerah sudah
tepat.
Sebanyak 35,70% responden
Jawa menyatakan setuju dengan indikator itu, hanya sedikit lebih banyak
dibanding yang tidak setuju (34,90%). Sementara responden Luar Jawa
merespon positif, yakni 59,90% dan 19,20% menyatakan tidak setuju.
Variabel ketiga
diturunkan menjadi lima indikator. Secara umum respon terhadap kondisi
struktural pemerintah menunjukkan bahwa persepsi responden di Jawa
kurang begitu meyakinkan dibanding Luar Jawa, yakni tidak terlalu besar
selisihnya antara yang setuju dengan tidak setuju.
Tiga
indikator tersebut adalah: (a) upaya penanganan pandemi Covid-19 antara
pemerintah pusat dan daerah tidak bertentangan, (b) terdapat kesesuaian
informasi tentang perkembangan pandemi Covid-19 antara pemerintah pusat
dan daerah, dan (c) masyarakat memahami seluruh program yang
dikeluarkan oleh kementerian dan lembaga untuk penanganan pandemi
Covid-19.
Yang terakhir ini bahkan
menunjukkan lebih banyak yang tidak setuju (37,70%) ketimbang yang
setuju (30,20%). Artinya, pemerintah kiranya perlu berikhtiar lebih
keras untuk memperbaiki tiga indikator tersebut sehingga persepsi
masyarakat menjadi lebih meyakinkan.
Sementara
responden Luar Jawa secara keseluruhan menampakkan respon yang relatif
meyakinkan. Variabel keempat diturunkan menjadi tujuh indikator yang
secara keseluruhan menampilkan respon yang meyakinkan, baik dari
responden Jawa maupun Luar Jawa.
Terkecuali
hanya satu indikator, yakni informasi perkembangan Covid-19 tidak
menyebabkan kepanikan masyarakat, bagi responden Jawa. Respon setuju
sebanyak 39,30%, sedikit lebih banyak dibanding yang tidak setuju, yakni
32,00%.
Variabel kelima diturunkan
menjadi delapan indikator yang secara keseluruhan menunjukkan persepsi
yang meyakinkan, baik bagi responden Jawa maupun Luar Jawa.
Responden
di Jawa memperlihatkan bahwa seluruh indikator dari variabel dukungan
politik bagi Presiden ini berada di atas 40%, kecuali dua indikator yang
bahkan di atas 50%, yaitu: Masyarakat mendukung Presiden dalam
penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia (50,60% setuju) dan Presiden
menjalankan kewajibannya sebagai kepala negara dan pemerintahan untuk
menanggulangi pandemi Covid-19 di Indonesia (56,50%).
Sementara
responden dari luar Jawa secara keseluruhan menunjukkan tingginya
dukungan politik kepada Presiden, yakni di atas 60% menyatakan setuju.
sumber rri.co.id