Highlight

PENTINGNYA RESILIENSI SAAT PANDEMI



Saat ini kita memasuki gelombang kedua corona, karena kran new normal yang telah dibuka lebar tanpa disertai adanya kesadaran dari masyarakat luas. Kondisi tersebut memberikan efek korban yang terkapar corona mencapai angkai ribuan tiap harinya. Tidak dipungkiri bahwa corona membawa dampak yang sungguh luar biasa hebatnya tidak hanya dari segi kesehatan melainkan juga dari segi ekonomi. Efek WFH dan lock down bagi banyak orang orang yang harus bekerja diluar rumah tentunya sangat berat sekali, hingga akhirnya bagi mereka yang tidak memiliki keahlian bekerja dari rumah akan merasakan dampak yang sungguh maha dasyat ini.
Sesungguhnya kondisi sulit ini tidak menyerang semua orang, ada golongan tertentu yang mungkin mereka harus bekerja diluar rumah dan itu menjadi satu-satunya mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan keluarga akan tetapi dia tidak merasakan efek dari corona. Golongan tersebut menikmati saja dengan kondisi yang ada sekarang dan berusaha untuk memutar pikiran bagaimana kebutuhan keluarga dapat tercukupkan. Alhasil mereka berusaha dan bekerja keras mengenali passion dan bakat yang ada dalam dirinya.
Semula bagi mereka mungkin terasa berat tapi karena kondisi yang memaksa agar mampu bertahan hidup dengan cara-cara yang halal, maka merekapun terus berusaha. Hingga akhirnya mereka menumukan jalan keluar untuk mampu bertahan hidup pada situasi yang sulit ini. Golongan orang yan demikian karena mereka memiliki resiliensi. Mereka belajar untuk melepas segala penat dan beban berat berganti dengan strategi-strategi yang tepat.
Resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu menunjukan fungsi adaptif dalam mengahadapi adversity yang berperan penting bagi dirinya. Secara umum, resiliensi ditandai oleh sejumlah karakteristik, yaitu adanya kemampuan dalam menghadapi kesulitan, ketangguhan dalam mengahadapi stres ataupun bangkit dari trauma yang dialami, Revich dan Shatte. Ada 3 sumber pencetus resiliensi  yaitu; i have, i am dan i can. Ketiganya saling berinteraksi dan menentukan bagaimana resiliensi individu kemudian.
a. I Have
I have adalah sumber resiliensi yang berhubungan dengan besarnya dukungan sosial yang diperoleh dari sekitar, sebagaimana dipersepsikan atau dimaknai  oleh individu. Mereka yang memiliki kepercayaan rendah terhadap lingkungannya cenderung memiliki sedikit jaringan sosial dan beranggapan bahwa lingkungan sosial hanya memberikan sedikit dukungan kepadanya.
b. I Am
I am adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi dalam diri individu. Sumber ini mencangkup perasaan, sikap dan keyakinan pribadi.
c. I Can
I can adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam memecahkan masalah menuju keberhasilan dengan kekuatan diri sendiri. I can berisi penilaian atas kemampuan diri yang mencangkup kemampuan menyelesaikan persoalan, keterampilan sosial dan interpersonal.
Sedangkan factor dari resiliensi sendiri meliputi: emosi, empati, self efficacy, reaching out dan causal analysis. Resiliensi ini memiliki korekasi yang erat dengan kesehatan. Menurut salah satu hasil penelitian  mencatat bahwa individu yang resilien memiliki karakteristik yang secara psikologis lebih sehat, seperti sifat optimistik, dinamis, bersikap antusias terhadap berbagai hal yang ditemuinya dalam hidup, terbuka terhadap pengalaman baru, dan memiliki emosionalitas yang positif.
Resiliensi ini erat kaitannya dengan adversity question atau kecerdasan berdasan pada kondisi yang sulit. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa orang yang memiliki AQ tinggi pasti dia memiliki resiliensi yang tinggi.Musim pandemi seperti sekarang ini orang memiliki resiliensi sangatlah dibutuhkan keberadaanya agar tetap mampu bertahan dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Selain membuat orang mampu bertahan hidup dibawah kondisi tekanan ekonomi juga membuat kesehatan mampu terkontrol setiap hari karena mereka memiliki self kontrol terhadap emosi yang memadai.
sumber NUR CHASANAH, S.Psi