Highlight

Betul Masker Anda Efektif? Fakta Ini Mengejutkan

 Pelonggaran PSBB terhadap sejumlah kantor, sekolah, pusat bisnis, dan tempat hiburan telah memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Meski demikian, pandemi virus corona tidaklah kemana-mana.

Karena itu, salah satu cara menahan agar virus ini tidak menyebar luas adalah pemilihan masker yang tepat.

Sekelompok peneliti di School of Medicine Duke University menciptakan teknik sederhana untuk menganalisis keefektifan berbagai jenis masker yang telah menjadi komponen penting dalam menghentikan penyebaran virus.

Dalam studi yang diterbitkan Jumat (7/8/2020), para peneliti dari departemen fisika Duke mendemonstrasikan melalui penggunaan metode sederhana. Timnya menggunakan sinar laser dan ponsel untuk mengevaluasi efisiensi masker dengan mempelajari transmisi tetesan pernapasan selama percakapan biasa.

"Kami menggunakan kotak hitam, laser, dan kamera," kata Martin Fischer, salah satu peneliti studi tersebut, seperti dikutip dari CNN, Minggu (9/8/2020). 

"Sinar laser diperluas secara vertikal untuk membentuk lembaran tipis cahaya, yang kami pancarkan melalui celah di kiri dan kanan kotak."

Di bagian depan kotak ada lubang di mana pembicara dapat berbicara ke dalamnya. Kamera ponsel ditempatkan di bagian belakang kotak untuk merekam cahaya yang tersebar ke segala arah oleh tetesan pernapasan yang menembus sinar laser saat mereka berbicara.

Algoritma komputer sederhana kemudian menghitung tetesan yang tampak di video.

Hasilnya tampak cukup mengejutkan, karena para peneliti menemukan bahwa beberapa masker secara harfiah tidak berguna.

Peneliti menguji 14 masker yang umumnya tersedia termasuk masker N95 yang digunakan untuk profesional, biasanya disediakan untuk petugas kesehatan. Pertama-tama pengujian dilakukan dengan pembicara berbicara tanpa memakai topeng. Kemudian pembicara melakukannya lagi saat memakai masker. Setiap masker diuji 10 kali.

Masker yang paling efektif adalah N95. Masker bedah tiga lapis dan masker katun, yang diproduksi banyak orang di rumah, juga berkinerja baik.

Buff atau masker bulu adalah yang paling tidak efektif. Faktanya, mengenakan masker bulu ini menghasilkan jumlah tetesan pernapasan yang lebih tinggi karena bahan tersebut tampaknya memecah tetesan yang lebih besar menjadi partikel yang lebih kecil yang lebih mudah terbawa udara.

Bandana lipat dan masker rajutan juga tampil buruk dan tidak memberikan banyak perlindungan.

"Kami sangat terkejut menemukan bahwa jumlah partikel yang diukur dengan masker bulu melebihi jumlah partikel yang diukur tanpa memakai masker apa pun," kata Fischer. 

"Kami ingin menekankan bahwa kami benar-benar mendorong orang untuk memakai topeng, tapi kami ingin mereka memakai topeng yang benar-benar berfungsi."

sumber rri.co.id