Proses Penjamasan Berjalan, Tanpa Berebut Salaman
DEMAK – Pada hari raya Idul Adha tahun ini yang jatuh pada Jumat (31/7/20) warga Demak tidak dapat menyaksikan kemeriahan arak arakan prajurit patang puluhan. Rombongan Prajurit yang berjumlah 40 orang mengawal Adipati Demak dan minyak Jamas dipimpin oleh lurah tamtomo dari pendopo Kabupaten menuju dalem kasepuhan kadilangu. Adapun minyak jamas sebagai sarana penyucian pusaka kanjeng sunan Kalijaga. Arak arakan tradisi sebagai seni budaya khas Demak tidak bisa dilaksanakan ditengah pandemi Vovid -19.
Namun Demikian pihak ahli waris kanjeng sunan tetap melaksanakan prosesi penjamasan pusaka dengan kalangan terbatas. Mereka hanya terdiri keluarga panembahan dan kasepuhan dengan berselang waktu.
Prosesi penjamasan 2 pusaka peninggalan kanjeng sunan yakni keris Kiai Carubuk dan Kutang Ontokusumo hanya dikawsl prajurit abdi dalem dan aparat TNI / Polri. R Krisnaidi salah satu kelyarga ahli waris mengungkapkan, meski masa pandemi covid penjamasan tetap dijalankan meskipun internal tidak kelibatkan unsur pemkab. “ penjamasan atao penuucian bagi keluarga itu wajib. Ini sesuai pesan Eyang Sunan Kalijaga , Nek (aku) wis sedo, rawato agemanku (pusaka keris Kiai Carubuk dan Kutang Ontokusumo)”.
” Meskipun demikian kami menggunakan protokol kesehatan Covid-19,
dengan memakai masker, jaga jarak dan menjaga kebersihan dan tanpa jabat
tangan”. Jelasnya.
Ditambahkan, kebiasaan warga rela berjubel,
berdesakan hanya untuk berjabat tangan kepada ahli waris yang telah
selesai menjamas dan keluar cungkup. Sebab mereka meyakini dengan
bersalaman akan mendapat berkah.
” Namun kali ini tidak ada desak
desakan dan berebut salaman, sebab area penjamasan telah disterilkan
pihak keamanan agar tidak terjadi akumulasi masa.” Jelas R Krisnaidi.