Sejarah Kelam, Berikut Sinopsis Singkat Film G30S/PKI
Peringatan G30S/PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) tahun 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
G30S PKI merupakan peristiwa sejarah kelam bagi Indonesia yang diperingati setiap tanggal 30 September. Peristiwa tersebut pun sudah diangkat menjadi film, film ini diproduksi pada 1984, yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer, dengan produser G Dwipayana.
Beberapa hari lalu, sebuah stasiun televisi swasta SCTV akan menayangkan film G30S/PKI yang sempat disinggung oleh mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Direktur Program SCTV David Suwarto mengatakan, walaupun masih adanya perdebatan soal film G30S/PKI ini, SCTV memiliki pertimbangan tersendiri untuk menayangkan film tersebut.
"Kita sebetulnya memang sudah dari tahun lalu kita juga menayangkan (film G30S/PKI). Jadi memang SCTV itu sering sekali, atau kita mungkin dikenal sebagai TV yang paling sering menayangkan film-film Indonesia," kata David saat dihubungi, Jumat (25/9/2020).
SCTV akan menayang film G30S/PKI pada Minggu, 27 September 2020. SCTV juga memiliki pertimbangan mengapa menayangkan film tersebut bukan saat 30 September.
"Memang bukan di tanggal 30-nya. Tapi, ya, kita pikir kenapa di hari Minggu? Supaya banyak orang yang di rumah, mungkin udah kangen nonton film ini, setahun sekali, gitu, jadi bisa nonton, semoga bagus," pungkasnya.
Sinopsis film G30S/PKI
Film G30S/PKI sendiri mengisahkan peristiwa kudeta seputar 30 September 1965 yang dilakukan oleh Kolonel Untung, Komandan Batalyon Cakrabirawa.
Film ini berlatar belakang peristiwa, rencana kudeta, serta penculikan para jenderal. Dalam peristiwa G30S/PKI, 7 jenderal terbunuh, salah satunya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.
30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Mereka mengepung dengan membawa senjata laras panjang. Sang pemilik rumah, seorang perwira TNI Angkatan Darat yang saat itu sedang berada di sebuah kamar di lantai 2 terlihat biasa saja.
Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan berkaca ke sebuah cermin di lemari besar.
Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut. Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai satu rumah. Tembakan pun dilepaskan.
Beberapa perabot rumah jadi sasaran tembakan. Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.
Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di lantai satu, yaitu Albert dan Viktor terkena tembakan. Namun DI Pandjaitan tetap tenang.
Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah perlahan. Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.
Saat sudah berada di hadapan para tentara, Pandjaitan diminta untuk segera naik ke truk yang akan mengantarkannya ke Istana.
Mereka mengatakan bahwa Jenderal berbintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno karena kondisi darurat.
Sebelum itu Pandjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang menyebabkan para tentara semakin marah.
Seorang tentara memukulkan popor sentaja, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum menghantam wajahnya. Tentara yang lain marah.
Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak. DI Pandjaitan pun tewas.
Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi. Darah dari pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.
Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine. Setelah gerombolan tentara pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.
Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah. Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhiatan G30S PKI. Bagian kedua film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.