Wujudkan Perdamaian Dunia, Dorong Peran Aktif Santri dalam Diplomasi Jalur Kedua
Dalam mewujudkan perdamaian dunia Pemerintah Indonesia terus melakukan diplomasi antar pemerintah dengan negara-negara di kawasan ASEAN, Asia-Pasifik, maupun dunia. Untuk mendukung upaya pemerintah tersebut, para santri sebagai bagian dari masyarakat Indonesia diharapkan turut berperan aktif menghadapi tantangan perdamaian dunia saat ini.
“Pada tataran non pemerintah, santri Indonesia, sebagai bagian dari warga negara dan bangsa Indonesia yang memiliki potensi dan peduli terhadap masalah perdamaian dunia, tentunya dapat dan perlu memberikan kontribusinya melalui apa yang disebut second track diplomacy atau diplomasi jalur kedua, yang dilakukan oleh aktor-aktor non-pemerintah,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada acara Pembukaan Webinar Internasional Rois Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdatul Ulama (PCINU) Antarnegara yang dilaksanakan secara virtual melalui konferensi video di kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Selasa (15/09/2020).
Pada webinar yang bertemakan “Diplomasi Santri Dalam Muwujudkan Perdamaian Dunia” Wapres mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi global saat ini akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), bahkan International Monetary Fund (IMF) menyebut pandemi ini sebagai crisis like no other. Karena terjadinya krisis kesehatan ini menyebabkan krisis ekonomi yang mendorong terjadinya resesi ekonomi global terburuk dalam 8 dekade terakhir, serta memperlihatkan lemahnya tata kelola kesehatan baik di tingkat nasional, regional maupun global.
“Pandemi ini mengubah potret dunia dan akan mempengaruhi tren dunia pasca pandemi yang ditandai dengan semakin menurunnya kepercayaan terhadap globalisasi, semakin lunturnya nilai-nilai multilateralisme, semakin meningkatnya rivalitas dan kompetisi antar negara besar, serta semakin menebalnya nasionalisme sempit dan populisme,” terang Wapres.
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, di saat dunia masih berjuang melawan Covid-19, umat Islam dunia juga dihadapkan dengan tantangan lainnya. Wapres mencatat setidaknya ada tiga tantangan yakni munculnya persepsi Islam sebagai agama konflik dan kekerasan, meningkatnya tren Islamophobia, serta kondisi sosial dan ekonomi umat Islam yang masih sangat memprihatinkan.
“Berangkat dari tantangan yang kita hadapi bersama tadi, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita memiliki tanggung jawab untuk bersama sama menyerukan dan menjelaskan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu Islam adalah rahmatan lill aalamin, yaitu Islam yang wasatiyah dan tentu Islam yang ahlusunnah wal jama’ah,” ujar Wapres.
Oleh karena itu, Wapres menyebutkan tiga peran santri dalam menghadapi tantangan global tersebut.
Pertama, santri harus terus berperan untuk menjelaskan Islam yang rahmatan lil aalamiin, menanamkan pemikiran yang moderat dan melawan pemikiran yang ekstrim, dan mampu menjelaskan karakter-karakter Islam yang selalu berimbang (tawazun) dan toleran (tasamuh). Kedua, santri dapat dan perlu berperan aktif berkontribusi pada perdamaian dunia untuk memperkuat inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia yang selama ini sangat aktif dalam berkontribusi kepada perdamaian dunia. Ketiga, santri harus mampu menjadi perekat persatuan bangsa karena persatuan adalah kunci bangsa kita untuk maju bersama. Upaya kita untuk berkontribusi lebih banyak terhadap dunia tidak akan pernah terwujud tanpa persatuan.
Wapres pun berpesan kepada santri-ulama nusantara terutama yang tergabung dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU), tetap berpegang pada ajaran dan pemahaman yang moderat, yakni Islam yang berada pada garis tengah, tidak liberal-sekuler dan tidak radikal-ekstrim.
“Dalam konteks hubungan antarwarga, Nahdatul Ulama mengajarkan prinsip persaudaraan, yang meliputi persaudaran umat Islam (ukhuwwah Islamiyyah), persaudaran kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah), maupun persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah),” tutur Wapres.
Menutup sambutannya, Wapres mengucapkan selamat kepada PCINU Malaysia yang telah mengambil inisiatif untuk membahas diplomasi santri menuju perdamaian dunia. Ia berharap acara ini dapat berjalan sukses dan memberikan ide-ide segar dalam kancah pemikiran dan perkembangan Islam.
“Insya Allah, kita semua akan berada di bawah lindungan Allah SWT dan mendapatkan kekuatan untuk mampu keluar dari ancaman krisis kesehatan sekaligus ekonomi yang kita hadapi saat ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Mahfud Budiono dalam laporannya menyampaikan tujuan dari diselenggarakannya webinar adalah untuk menguraikan peran dan kontribusi santri di era milenial.
“Bagaimana mewujudkan peran santri agar lebih maju dan kreatif dalam mempertahankan eksistensinya dengan berjuang mewujudkan perdamaian dunia,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Perwakilan KBRI Kuala Lumpur Agus Badrujamal mengatakan, mengenai peran dan kontribusi santri. Santri diharapkan tidak hanya pintar mengaji tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan dimanapun berada.
“Sebagai warga Nahdatul Ulama diharapkan bisa menjadi pelopor dalam rangka menampilkan Islam yang ramah wajahnya senyum yang rahmatan lil alamin dengan prinsip yang tawasut, tawazun dan tasamuh, diharapkan santri tetap memberikan peran walaupun sekecil apapun kepada lingkungan dimana pun berada,” imbuhnya.
Turut hadir dalam acara tersebut Rois PBNU Miftachul Akhyar, para Rois dan Pengurus Syuriah PCINU seluruh Dunia.