Highlight

Harga Wajar Tempe Tahu Ditentang Gabungan Koperasi

 Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menilai kebijakan Kementerian Perdagangan membuat patokan harga jual tempe dan tahu setiap bulan bukan langkah yang tepat untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai. 

"Kalau harga wajar diinformasikan setiap bulan malah membuat harga menjadi tidak menentu," tentang Aip pada RRI Pro3, Selasa (12/1/2021). 

Menurut Aip, yang paling membantu pelaku usaha tempe tahu adalah operasi pasar kedelai seperti yang sudah dilakukan beberapa kali belakangan, dengan harga operasi pasar  Rp8.500 per kilogram di tingkat pelaku usaha. 

"Kami hanya ingin harga kedelainya kembali normal. Saat ini kami menaikkan harga tempe tahu dengan sangat terpaksa, karena harga bahan baku kedelainya juga naik," tukas Aip. 

Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menyatakan akan membuat estimasi harga jual tempe tahu setiap bulannya demi mengimbangi harga kedelai jika terus mengalami kenaikan. Kebijakan itu dilakukan agar pelaku usaha tidak merugi, dan harga tempe tahu juga tidak terlalu tinggi.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom INDEF yang membidangi masalah pangan Rusli Abdullah menilai, pemerintah sudah melakukan intervensi yang terlalu jauh, karena produsen atau pelaku usahalah yang paling paham dalam menentukan harga jual tempe dan tahu ke tingkat konsumen.

Justru menurut Rusli, yang sebaiknya dilakukan pemerintah sekarang untuk mengatasi harga kedelai impor yang tinggi, adalah dengan mengkonsolidasikan stok kedelai lokal.

"Stok kedelai lokal dikonsolidasi untuk digunakan para pengrajin di sentra-sentra tahu tempe. Mungkin dari sisi rasa agak kurang jika menggunakan kedelai lokal. Tapi mungkin teknis produksinya bisa dengan dicampur dengan kedelai impor," jelas Rusli.

Sementara itu, harga kedelai yang tinggi diproyeksikan masih akan terjadi hingga bulan Mei mendatang, karena tingkat produksinya masih sedikit sementara permintaannya di pasar internasional sangat tinggi.