Highlight

Kepada Ganjar, Petugas Medis Ini Cerita Perjuangannya Lawan Corona



Tenaga medis menjadi pihak yang rentan terpapar virus corona. Seperti yang dialami D, petugas medis di sebuah rumah sakit di Jawa Tengah. D dinyatakan positif Covid-19 setelah tertular dari seorang pasien suspect corona yang dia layani.
Kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, D menceritakan awal mula ia terpapar virus corona. Saat itu ia tengah menjalani tugasnya sebagai tenaga rekam medis di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit tempatnya bekerja.
“Lalu ada seorang pasien yang mendaftarkan diri. Pasien itu sempat batuk-batuk dan tidak memakai masker. Kami kontak selama 15 menit. Saya belum tahu kalau pasien itu suspect corona. Dari surat rujukan yang dia bawa tidak ada gejala pneumonia, jadi ketika saya tanya keluhannya, pasien mengeluh batuk. Dan waktu itu semua petugas medis tidak siap mengenakan alat pelindung diri (APD),” cerita D yang dihubungi Ganjar melalui sambungan telepon.
Pasien tersebut lalu dirawat dan dimasukkan di ruang isolasi. Lima hari kemudian, D mulai merasakan demam tinggi hingga 39,9 derajat. Dia juga merasakan nyeri tenggorokan hingga batuk yang tak tertahankan.
Meski sakit, D tetap berangkat kerja. Setelah 3 hari berjuang melawan gejala yang dialaminya, D pingsan. Setelah pasien yang dia daftarkan diketahui positif Covid-19, D pun dites kesehatannya. Pihak rumah sakit mengambil sampel swap dari belakang rongga hidungnya untuk diperiksa dari laboratorium.
“Setelah dicek, saya dinyatakan positif corona. Sempat syok tapi ya gimana lagi. Saya gak memikirkan nanti saya dijauhi orang apa gimana. Yang saya pikir gimana caranya biar segera sembuh dan sehat,” kisahnya.
Melihat perkembangan kesehatan D yang membaik, dia diperbolehkan kembali ke rumah. Namun D diminta tetap mengisolasi diri.
“Saat diberitahu kalau positif (Covid-19) kondisi saya sudah membaik. Lalu saya dipulangkan untuk karantina di rumah,” imbuhnya.
D juga terpaksa harus menahan rindu pada anak semata wayangnya yang berusia 2 tahun. Anaknya kini dalam pengasuhan mertuanya, adapun D mengisolasi diri di rumah orang tuanya di Temanggung.
“Keluarga tidak ada yang tahu saya sakit. Saya sengaja tidak memberi tahu mereka ketika saya diisolasi. Ketika saya dipulangkan dari rumah sakit, baru keluarga tahu,” katanya kepada Ganjar.
Ganjar yang penasaran pun bertanya, bagaimana reaksi anak D selama ibunya diisolasi. “Setelah tahu saya terpapar dari pasien, saya membatasi kontak dengan anak dan keluarga. Anak tahunya saya kerja. Komunikasi hanya melalui telepon dan video call,” cerita D sambil terisak.
Mendengarkan penuturan D, Ganjar tak bisa menutupi rasa sedihnya. Raut wajahnya yang semula ceria berubah seperti menahan haru dan matanya berkaca-kaca.
“Mbak, segera sehat ya. Semangat terus ya. Sampaikan sama putranya saya pengen gendong,” hibur Ganjar.
“Jaga semangat terus. Banyak teman-teman yang selalu mendoakan tenaga medis seperti njenengan,” imbuh Ganjar.
Meski dirinya terinfeksi corona, D meminta masyarakat tidak terlalu panik menghadapi wabah ini. Dia justru meminta masyarakat meningkatkan kesehatan masing-masing dengan rutin mencuci tangan dan menerapkan jaga jarak dengan orang lain.
“Jaga jarak perlu. Bukan berarti kita menjauhi orang tapi untuk kebaikan kita semua. Seperti saya dan anak saya sampai sekarang tidak bisa ketemu,” kata D.
D juga meminta masyarakat menahan diri untuk bepergian. Tinggal di rumah dan mengisolasi diri ketika sakit adalah cara terbaik untuk mencegah penularan Covid-19.
“Menurut saya mending tinggal di rumah dulu. Rezeki sudah ada yang mengatur. Kalau ini kan namanya mengurangi penyakit, maka ini mending isolasi di rumah saja,” tutup D. 
Sumber jatengprov.go.id