Manfaat Bagi Masyarakat, Bukti Keberhasilan Reformasi Birokrasi
Reformasi
birokrasi yang dijalankan instansi pemerintah harus dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, tidak sekadar menjamin bahwa program-program
tersebut terlaksana. Lebih dari itu, Presiden Joko Widodo pun
menekankan pentingnya menciptakan birokrasi yang berorientasi hasil,
tidak semata berorientasi pada prosedur, proses, dan rutinitas yang
monoton.
Demikian
disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo saat memberikan materi pada peserta
Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LX Tahun 2020 Lembaga
Ketahanan Nasional (Lemhanas RI) secara online, di Jakarta, Selasa
(28/04). “Reformasi birokrasi adalah pilar utama untuk menciptakan
profile birokrasi yang diinginkan. Selama kurang lebih satu dasawarsa
berjalan secara nasional, telah banyak kemajuan dan perbaikan yang
dihasilkan,” jelasnya.
Kemajuan
tersebut setidaknya terlihat dari adanya peningkatan Indeks Reformasi
Birokrasi Nasional, kemudian hasil survei persepsi masyarakat terhadap
kualitas pelayanan publik pemerintah dan sikap anti korupsi pemerintah,
dan hasil survei kapasitas organisasi pemerintah, baik K/L, maupun
pemerintah daerah (Pemda).
Namun
demikian reformasi birokrasi masih dianggap oleh sebagian pihak sebagai
proyek dan formalitas belaka, reformasi birokrasi yang masih dikerjakan
secara fragmented dan silo tidak terintegrasi antara satu
sektor dengan sektor lainnya, serta fungsi pengawasan yang kurang
optimal. Oleh karena itu, pengelolaan reformasi birokrasi perlu terus
diperbaiki secara simultan.
Disampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81/2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi Nasional, saat ini Indonesia akan memasuki babak
baru reformasi birokrasi, yaitu fase ketiga. Fase ketiga atau fase
terakhir dari reformasi birokrasi ini diharapkan dapat menciptakan
birokrasi berkelas dunia, yaitu birokrasi yang baik dan bersih (good and clean bureaucracy).
Dalam
Roadmap Reformasi Birokrasi fase ketiga, pengelolaan reformasi birokrasi
dirancang dengan mengutamakan empat asas utama yaitu fokus, prioritas,
implementatif, dan kolaboratif. Disamping guna memastikan pengelolaan
reformasi birokrasi dilakukan secara akuntabel dan terukur, pihaknya
telah menetapkan tujuan dari reformasi birokrasi 2020-2024 yakni
terciptanya pemerintah berkelas dunia yang baik dan bersih. Tujuan ini
memiliki 4 indikator impact yaitu Ease of Doing Business, Corruption Perception Index, Government Effectiveness Index, dan Trust Barometer.
“Selain
indikator yang bersifat global, ukuran keberhasilan reformasi birokrasi
juga diukur dengan melibatkan perspektif masyarakat dan organ eksternal
pemerintah, yaitu dengan menetapkan Indeks Persepsi Anti Korupsi,
kemudian Indeks Pelayanan Publik, dan Opini BPK sebagai indikator
sasaran setiap tahunnya,” katanya.
Menteri Tjahjo juga menyebutkan bahwa pihaknya juga meminta setiap instansi pemerintah untuk menetapkan quickwins. Quickwins
dalam kerangka strategi pengelolaan reformasi birokrasi merupakan
program percepatan dalam bentuk inisiatif kegiatan yang menggambarkan
percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi oleh instansi pemerintah, dan
tidak sekedar pemenuhan kewajiban. Quickwins juga harus
menyasar langsung ke jantung permasalahan reformasi birokrasi, serta
harus menyangkut dengan pelayanan kepada masyarakat/stakeholder penerima layanan.
Kemudian
strategi terakhir yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan reformasi birokrasi adalah dengan melakukan evaluasi
pelaksanaan reformasi birokrasi setiap tahunnya kepada seluruh instansi
pemerintah. Tujuan untuk assess (memetakan kemajuan) dan assist (memberikan bimbingan) atas pelaksanaan reformasi birokrasi oleh setiap instansi pemerintah.
“Evaluasi
ini akan menjadi salah satu barometer yang akan mengukur kecepatan
pelaksanaan reformasi birokrasi instansi pemerintah,” ungkapnya.
Pada
kesempatan tersebut Menteri Tjahjo juga mengingatkan kepada para peserta
menjaga Kesehatan, baik diri sendiri maupun keluarga. Semua elemen
masyarakat harus berkontribusi untuk menghadang dan melawan penyebaran
Covid-19 dengan cara meningkatkan imunitas diri, makan yang bergizi,
sabar dan tenang, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir, tetap di rumah, dan tetap produktif.
“Momentum
bulan Ramadan adalah kesempatan yang sangat baik untuk mengendalikan
diri, meningkatkan bantuan sosial, semangat gotong royong, dan
kemandirian warga. Selain itu, saya juga mengingatkan untuk selalu
mengikuti anjuran pemerintah yaitu bekerja dari rumah, belajar dari
rumah, dan beribadah di rumah,” ungkapnya.
Program
pendidikan di Lemhannas RI berfungsi untuk mempertajam dan meningkatkan
kapasitas dan efektivitas kepemimpinan para peserta. Kepemimpinan yang
dimaksud adalah pada tingkat strategis melalui kompetensi
memformulasikan kebijakan nasional terkait, yang diperlukan secara
fungsional melalui pembulatan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan juga memberi penyegaran dan investasi untuk memperkaya
kapasitas saat nanti peserta kembali setelah lulus pendidikan Lemhannas
RI.
SUMBER menpan.go.id