Masyarakat Beri Apresiasi dan Saran untuk Program Belajar dari Rumah di TVRI
Program Belajar dari Rumah yang tayang di TVRI mendapat respons positif
dari masyarakat, baik dari kalangan orang tua, guru, hingga siswa.
Program yang sudah memasuki minggu kedua penayangan ini dianggap menjadi
salah satu solusi dalam pembelajaran jarak jauh untuk mencapai
daerah-daerah yang memiliki akses internet terbatas. TVRI yang memiliki
jaringan hingga ke seluruh Indonesia membuat program Belajar dari Rumah
bisa dinikmati keluarga Indonesia di 34 provinsi.
Tennisia Nur Insana yang merupakan seorang ibu dari siswa SD No. 4 Tuban, Bali, mengatakan program Belajar dari Rumah di TVRI merupakan tayangan yang bagus. "Menurut saya sudah bagus, khususnya materi yang untuk kelas 1-3 SD, yang dalam bentuk cerita, saya lupa nama materinya. Program yang matematika juga lumayan. Anak saya yang kelas 3 bisa langsung menangkap materinya, tapi yang kelas 5 masih harus diberi penjelasan lagi karena tidak langsung mengerti dari menonton tayangan," ujar Tenni di Bali, Rabu (22/4/2020).
Anak ketiganya yang masih usia dini pun menyukai tayangan Jalan Sesama yang ditayangkan sebagai bagian dari program Belajar dari Rumah untuk anak PAUD. "Bagus banget. Anak saya yang umur 3 tahun semangat banget nungguin di depan televisi tiap pagi. Selesai acara dia semangat nyeritain dengan bahasa dia sendiri," tutur Tenni.
Ia menjelaskan, guru di sekolah anaknya, SD No. 4 Tuban, Bali, memberikan tugas kepada siswa untuk menonton program matematika di TVRI. Lalu siswa diminta mengerjakan soal di kertas folio bergaris, kemudian dikirim ke guru melalui aplikasi percakapan daring untuk dikoreksi dan diberikan nilai. Orang tua juga diminta untuk mengirimkan laporan ke guru berupa foto anak-anak saat menonton TVRI sambil belajar. Menurutnya, tayangan Belajar dari Rumah sangat membantu anak-anak dalam pembelajaran di rumah selama pandemi Covid-19. "Karena sebelumnya guru hanya ngasih soal doang tanpa ada penjelasan materi, jadi orang tua harus belajar lagi buat menjelaskan ke anak. Nah, pas ada Belajar dari Rumah di TVRI jadi ngebantu orang tua," katanya.
Namun Tenni mengakui program ini masih memiliki kekurangan, antara lain dalam tayangan tentang belajar matematika. Ia berharap penjelasan yang diberikan bisa diulang sehingga bisa lebih dimengerti anak-anak, karena daya tangkap anak berbeda-beda. "Jadi untuk anak yang di awal belum mengerti, pas diulang penjelasannya bisa lebih ngerti," ujarnya.
Sementara Hidayatin Nangimah, seorang guru di SDN Dukuh 09 Kramat Jati, Jakarta, mengatakan, program Belajar dari Rumah di TVRI membuat ia bisa mendapatkan tambahan materi untuk anak didik selain tugas pembelajaran jarak jauh yang sudah diberikan sebelumnya. "Secara umum, tayangan di TVRI bisa menjadi pilihan tugas juga bagi beberapa guru," ujarnya. Namun ia mengakui masih ada beberapa kekurangan, antara lain materi untuk beberapa kelas kadang tidak sesuai dengan materi atau tema yang sedang diajarkan di kelas.
"Hambatan yang dihadapi kebanyakan berasal dari keluhan anak didik, misalnya tampilan penjelasan yang terlalu cepat dan jam tayang yang durasinya hanya sebentar. Tayangan ini sebenarnya bagus namun sayang, kurang adanya materi. Saran dari saya agar bisa diperbaiki lagi dari segi materi," tutur Hidayatin yang mengajar kelas 6 di SDN Dukuh 09 Kramat Jati, Jakarta.
Tidak hanya sekolah negeri, sekolah swasta pun menggunakan TVRI sebagai media belajar untuk pembelajaran dari rumah. Misalnya di SMP Baitul Izzah Boarding School (BIBS), Cimahi, Jawa Barat. Nita Listiyana, guru mata pelajaran IPS di SMP tersebut menuturkan, program Belajar dari Rumah di TVRI sangat baik dan mengedukasi, khususnya untuk jenjang SMP sederajat. Menurutnya, semua materi dan informasi yang ditayangkan dalam program tersebut dikemas secara apik, menarik, dan informatif, serta sesuai dengan yang dibutuhkan anak didik.
"Untuk program dokumenter sangat baik dan memuat banyak informasi serta wawasan tentang nusantara. Dan itu mewakili beberapa materi mata pelajaran seperti IPS, Bahasa Indonesia, Prakarya, IPA, dan Bahasa Daerah," tutur Nita. Namun ia menyayangkan belum adanya program untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di TVRI. Ia juga memberikan pendapat dan masukan tentang program matematika. Menurut Nita, program Matematika sudah dikemas sangat menarik dan sesuai dengan penerapan kehidupan sehari-hari. "Hanya saja, pembawa acaranya kadang kurang jelas dalam menerangkan, sehingga beberapa rumus agak sulit diikuti anak didik," katanya.
Nita mengatakan, selama pembelajaran jarak jauh, guru di SMP BIBS Cimahi memberikan tugas kepada siswa, salah satunya melalui program Belajar dari Rumah di TVRI. "Saya minta anak-anak untuk menonton tayangan langsung di TVRI, lalu menyimak dan merangkum apa yang ditayangkan serta mencatat pertanyaan yang disampaikan. Kemudian pertanyaan tersebut dijawab, dan jawabannya difoto lalu dikirimkan ke link, kemudian dinilai oleh guru yang bersangkutan," ujar Nita.
M. Ariq Rizki, siswa kelas 8 di SMP BIBS Cimahi, mengaku paling suka program matematika di TVRI yang bertajuk Mantul, Matematika Manfaat Betul, karena matematika adalah pelajaran favoritnya. Ia juga menyukai kegiatan belajar di rumah karena berada dalam jangkauan orang tua dan dekat dengan keluarga. "Dengan belajar di rumah ini udah baik, enak. Hanya kalau belajar di rumah kadang enggak terlalu fokus dengan pembelajarannya. Bawaannya ingin istirahat terus, padahal di rumah juga enggak terlalu banyak aktivitas," tuturnya. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :kemdikbud.go.id
Tennisia Nur Insana yang merupakan seorang ibu dari siswa SD No. 4 Tuban, Bali, mengatakan program Belajar dari Rumah di TVRI merupakan tayangan yang bagus. "Menurut saya sudah bagus, khususnya materi yang untuk kelas 1-3 SD, yang dalam bentuk cerita, saya lupa nama materinya. Program yang matematika juga lumayan. Anak saya yang kelas 3 bisa langsung menangkap materinya, tapi yang kelas 5 masih harus diberi penjelasan lagi karena tidak langsung mengerti dari menonton tayangan," ujar Tenni di Bali, Rabu (22/4/2020).
Anak ketiganya yang masih usia dini pun menyukai tayangan Jalan Sesama yang ditayangkan sebagai bagian dari program Belajar dari Rumah untuk anak PAUD. "Bagus banget. Anak saya yang umur 3 tahun semangat banget nungguin di depan televisi tiap pagi. Selesai acara dia semangat nyeritain dengan bahasa dia sendiri," tutur Tenni.
Ia menjelaskan, guru di sekolah anaknya, SD No. 4 Tuban, Bali, memberikan tugas kepada siswa untuk menonton program matematika di TVRI. Lalu siswa diminta mengerjakan soal di kertas folio bergaris, kemudian dikirim ke guru melalui aplikasi percakapan daring untuk dikoreksi dan diberikan nilai. Orang tua juga diminta untuk mengirimkan laporan ke guru berupa foto anak-anak saat menonton TVRI sambil belajar. Menurutnya, tayangan Belajar dari Rumah sangat membantu anak-anak dalam pembelajaran di rumah selama pandemi Covid-19. "Karena sebelumnya guru hanya ngasih soal doang tanpa ada penjelasan materi, jadi orang tua harus belajar lagi buat menjelaskan ke anak. Nah, pas ada Belajar dari Rumah di TVRI jadi ngebantu orang tua," katanya.
Namun Tenni mengakui program ini masih memiliki kekurangan, antara lain dalam tayangan tentang belajar matematika. Ia berharap penjelasan yang diberikan bisa diulang sehingga bisa lebih dimengerti anak-anak, karena daya tangkap anak berbeda-beda. "Jadi untuk anak yang di awal belum mengerti, pas diulang penjelasannya bisa lebih ngerti," ujarnya.
Sementara Hidayatin Nangimah, seorang guru di SDN Dukuh 09 Kramat Jati, Jakarta, mengatakan, program Belajar dari Rumah di TVRI membuat ia bisa mendapatkan tambahan materi untuk anak didik selain tugas pembelajaran jarak jauh yang sudah diberikan sebelumnya. "Secara umum, tayangan di TVRI bisa menjadi pilihan tugas juga bagi beberapa guru," ujarnya. Namun ia mengakui masih ada beberapa kekurangan, antara lain materi untuk beberapa kelas kadang tidak sesuai dengan materi atau tema yang sedang diajarkan di kelas.
"Hambatan yang dihadapi kebanyakan berasal dari keluhan anak didik, misalnya tampilan penjelasan yang terlalu cepat dan jam tayang yang durasinya hanya sebentar. Tayangan ini sebenarnya bagus namun sayang, kurang adanya materi. Saran dari saya agar bisa diperbaiki lagi dari segi materi," tutur Hidayatin yang mengajar kelas 6 di SDN Dukuh 09 Kramat Jati, Jakarta.
Tidak hanya sekolah negeri, sekolah swasta pun menggunakan TVRI sebagai media belajar untuk pembelajaran dari rumah. Misalnya di SMP Baitul Izzah Boarding School (BIBS), Cimahi, Jawa Barat. Nita Listiyana, guru mata pelajaran IPS di SMP tersebut menuturkan, program Belajar dari Rumah di TVRI sangat baik dan mengedukasi, khususnya untuk jenjang SMP sederajat. Menurutnya, semua materi dan informasi yang ditayangkan dalam program tersebut dikemas secara apik, menarik, dan informatif, serta sesuai dengan yang dibutuhkan anak didik.
"Untuk program dokumenter sangat baik dan memuat banyak informasi serta wawasan tentang nusantara. Dan itu mewakili beberapa materi mata pelajaran seperti IPS, Bahasa Indonesia, Prakarya, IPA, dan Bahasa Daerah," tutur Nita. Namun ia menyayangkan belum adanya program untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di TVRI. Ia juga memberikan pendapat dan masukan tentang program matematika. Menurut Nita, program Matematika sudah dikemas sangat menarik dan sesuai dengan penerapan kehidupan sehari-hari. "Hanya saja, pembawa acaranya kadang kurang jelas dalam menerangkan, sehingga beberapa rumus agak sulit diikuti anak didik," katanya.
Nita mengatakan, selama pembelajaran jarak jauh, guru di SMP BIBS Cimahi memberikan tugas kepada siswa, salah satunya melalui program Belajar dari Rumah di TVRI. "Saya minta anak-anak untuk menonton tayangan langsung di TVRI, lalu menyimak dan merangkum apa yang ditayangkan serta mencatat pertanyaan yang disampaikan. Kemudian pertanyaan tersebut dijawab, dan jawabannya difoto lalu dikirimkan ke link, kemudian dinilai oleh guru yang bersangkutan," ujar Nita.
M. Ariq Rizki, siswa kelas 8 di SMP BIBS Cimahi, mengaku paling suka program matematika di TVRI yang bertajuk Mantul, Matematika Manfaat Betul, karena matematika adalah pelajaran favoritnya. Ia juga menyukai kegiatan belajar di rumah karena berada dalam jangkauan orang tua dan dekat dengan keluarga. "Dengan belajar di rumah ini udah baik, enak. Hanya kalau belajar di rumah kadang enggak terlalu fokus dengan pembelajarannya. Bawaannya ingin istirahat terus, padahal di rumah juga enggak terlalu banyak aktivitas," tuturnya. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :kemdikbud.go.id