Sepeda Jadul Masih Banyak Diminati Di Masa Pandemi Covid-19
DEMAK – Ditengah kondisi wabah Covid-19 permintaan sepeda tua masih
tetap tinggi diberbagai daerah. Termasuk diwilayah kabupaten Demak
penjualan sepeda tua atau onthel terus berjalan dan tidak terpengaruh
adanya wabah nasional Covid-19. Konsumen sepeda tua tidak hanya dari
kalangan komunitas onthel namun juga dari kolektor pecinta barang tua
atau langka.
Transaksi sepeda tua masih terus berjalan seolah tidak terjadi wabah Corona bahkan harganyapun masih tetap sama, hal ini diungkapkan Adrie Fiets yang menyediakan beragam merk sepeda tua dilapaknya.
” Saat ini masih banyak peminat sepeda tua, peminatnya pun tidak hanya dari dalam kota saja namun juga dari luar kota bahkan luar propinsi. Dalam masa pandemi kurun waktu satu bulan ini sudah ada empat kali transaksi, mereka dari luar kota seperti Kudus, Rembang, Purwodadi dan Magetan Jawa Timur” jelas Adrie pemilik lapak Kauman Vintage.
Ditambahkan Adrie bahwa sepeda tua yang diminati konsumen merupakan produk dari Inggris dan Belanda. Sedangkan produk lokal atau asia kurang diminati dan jarang laku. Hal ini disebabkan kwalitas produk Belanda dan Inggris sangat bagus seperti Gazelle, Simplek, Humber dan Raeligh dengan harga variatif dari 1,5 juta hingga 8 juta per unit.
Gaya jadul di era milineal
Sepeda onthel kuno saat ini mulai banyak digemari masyarakat seiring bertumbuhnya komunitas Onthel diberbagai daerah. Bahkan menjadi trend gaya hidup ala jadul ( vintage ) oleh sebagian orang di era milineal. Selain untuk bergaya jadul, onthel tua dimasa pandemi dapat memenuhi kebutuhan olah raga untuk menjaga kesehatan badan dan membakar kalori pada tubuh.
Seperti yang diungkapkan Sunu Dwi Darsono ketua Organisasi Genjot Lawas Demak ( OGLEK ) mengatakan, ” sekarang banyak berdiri komunitas Sepeda Tua di berbagai wilayah sehingga banyak permintaan sepeda dari para anggota baru. Bahkan anggota yang lama pun turut menambah jumlah koleksinya hingga memiliki 3 sampai 5 unit. Mungkin hal ini menjadi trend dan gaya hidup di era milenial ini, selain itu juga sebagai sarana olah raga dimasa pandemi Corona bisa juga untuk klangenan sore hari jelang buka puasa atau ngabuburit”, jelas Sunu Dwi, Kamis (23/4).
Masih menurut Sunu Dwi yang juga Ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia Demak ( KOSTI) jumlah komunitas sepeda tua dibawah naungan KOSTI Demak sebanyak 10 komunitas yang tersebar di wilayah kecamatan. Adapun jumlah anggotanya mencapai 250 orang, belum lagi para pemilik sepeda tua yang tidak tergabung pada komunitas masih banyak jumlahnya.
Transaksi sepeda tua masih terus berjalan seolah tidak terjadi wabah Corona bahkan harganyapun masih tetap sama, hal ini diungkapkan Adrie Fiets yang menyediakan beragam merk sepeda tua dilapaknya.
” Saat ini masih banyak peminat sepeda tua, peminatnya pun tidak hanya dari dalam kota saja namun juga dari luar kota bahkan luar propinsi. Dalam masa pandemi kurun waktu satu bulan ini sudah ada empat kali transaksi, mereka dari luar kota seperti Kudus, Rembang, Purwodadi dan Magetan Jawa Timur” jelas Adrie pemilik lapak Kauman Vintage.
Ditambahkan Adrie bahwa sepeda tua yang diminati konsumen merupakan produk dari Inggris dan Belanda. Sedangkan produk lokal atau asia kurang diminati dan jarang laku. Hal ini disebabkan kwalitas produk Belanda dan Inggris sangat bagus seperti Gazelle, Simplek, Humber dan Raeligh dengan harga variatif dari 1,5 juta hingga 8 juta per unit.
Gaya jadul di era milineal
Sepeda onthel kuno saat ini mulai banyak digemari masyarakat seiring bertumbuhnya komunitas Onthel diberbagai daerah. Bahkan menjadi trend gaya hidup ala jadul ( vintage ) oleh sebagian orang di era milineal. Selain untuk bergaya jadul, onthel tua dimasa pandemi dapat memenuhi kebutuhan olah raga untuk menjaga kesehatan badan dan membakar kalori pada tubuh.
Seperti yang diungkapkan Sunu Dwi Darsono ketua Organisasi Genjot Lawas Demak ( OGLEK ) mengatakan, ” sekarang banyak berdiri komunitas Sepeda Tua di berbagai wilayah sehingga banyak permintaan sepeda dari para anggota baru. Bahkan anggota yang lama pun turut menambah jumlah koleksinya hingga memiliki 3 sampai 5 unit. Mungkin hal ini menjadi trend dan gaya hidup di era milenial ini, selain itu juga sebagai sarana olah raga dimasa pandemi Corona bisa juga untuk klangenan sore hari jelang buka puasa atau ngabuburit”, jelas Sunu Dwi, Kamis (23/4).
Masih menurut Sunu Dwi yang juga Ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia Demak ( KOSTI) jumlah komunitas sepeda tua dibawah naungan KOSTI Demak sebanyak 10 komunitas yang tersebar di wilayah kecamatan. Adapun jumlah anggotanya mencapai 250 orang, belum lagi para pemilik sepeda tua yang tidak tergabung pada komunitas masih banyak jumlahnya.