Cerita Jubir Covid-19 tentang Perjuangan Tenaga Kesehatan
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan,
para tenaga kesehatan baik dokter, perawat, farmasi, hingga ahli
laboratorium telah berjuang mati-matian untuk menangani pandemi Covid-19
di tanah air.
Yuri menceritakan, dirinya telah melihat sendiri bagaimana para tenaga kesehatan bekerja tanpa mengenal lelah, seperti saat dirinya berkesempatan mengunjungi Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran.
"Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Rumah Sakit Darurat Covid di Wisma Atlet. Kita lihat bagaimana saudara-saudara kita, tenaga kesehatan di sana bekerja tanpa mengenal lelah," ungkap Yuri di Graha BNPB Jakarta, Senin (25/5/2020).
Lebih lanjut Yuri menceritakan saat dirinya mengunjungi Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan di Jakarta, dan menyaksikan sendiri bagaimana para ahli laboratorium medik bekerja secara bergiliran selama 24 jam tanpa henti.
"Saya melihat bagaimana teman-teman ahli teknologi laboratorium medik yang terhimpun di Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, Patelki, bekerja nonstop dengan shift mulai jam 9 pagi sampai jam 3 sore, salah satunya, dan nanti akan dilanjutkan oleh berikutnya demikian seterusnya 24 jam," jelas Yuri.
Tak hanya itu, Yuri juga melihat bagaimana para tenaga medis itu harus bekerja berhadapan virus mematikan selama enam jam, dengan balutan Alat Pelindung Diri (APD) yang melekat pada tubuhnya, sehingga untuk makan dan minum hingga buang air saja harus mereka tahan.
"(Mereka) Harus berhadapan langsung dengan virus selama 6 jam, dengan menahan keinginan untuk ke kamar kecil, menahan keinginan untuk minum, untuk makan, dan seterusnya nonstop," kata Yuri.
Yuri pun berterima kasih dan menaruh hormat kepada mereka, para tenaga kesehatan yang senantiasa mengorbankan waktu, energi, tenaga, keringatnya dan mendedikasikan pengetahuannya untuk sesama.
"Kami hormat dan berterima kasih atas dedikasi rekan-rekan sekalian dari Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Karena Anda memiliki peran yang luar biasa di dalam kaitan dengan penanganan COVID-19 ini. Ini yang harus kita apresiasi, dan kita yakini mereka adalah pekerja yang profesional, yang tidak mengenal hari libur, yang terus melayani kita semuanya," tuturnya.
Lebih lanjut Yuri mengimbau kepada masyarakat untuk mulai memperbaiki perilaku, mengubah pandangan dan menjaga diri, serta selalu mematuhi aturan dari pemerintah untuk selalu menegakkan protokol kesehatan. Sebab, hanya itu yang dapat menjadi cara untuk memutus rantai penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, sekaligus meringankan beban para tenaga kesehatan.
"Mari kita betul-betul mampu mengubah diri, menjaga diri, agar kasus tidak semakin banyak," ujar Yuri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo juga menekankan bahwa benteng pertahanan terakhir adalah para tenaga kesehatan, dan yang menjadi garda terdepan adalah masyarakat.
"Selalu saya sampaikan bahwa tenaga medis adalah benteng pertahanan paling akhir untuk menangani COVID-19. Dalam hal ini, garda terdepan adalah masyarakat," kata Doni.
Oleh sebab itu, Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, mengimbau agar masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan menaati aturan yang dianjurkan pemerintah.
"Masyarakat sangat memegang peran penting dan menjadi kunci keberhasilan dari upaya memutus penyebaran COVID-19 di Tanah Air," pungkasnya.
sumber rri.co.id
Yuri menceritakan, dirinya telah melihat sendiri bagaimana para tenaga kesehatan bekerja tanpa mengenal lelah, seperti saat dirinya berkesempatan mengunjungi Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran.
"Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Rumah Sakit Darurat Covid di Wisma Atlet. Kita lihat bagaimana saudara-saudara kita, tenaga kesehatan di sana bekerja tanpa mengenal lelah," ungkap Yuri di Graha BNPB Jakarta, Senin (25/5/2020).
Lebih lanjut Yuri menceritakan saat dirinya mengunjungi Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan di Jakarta, dan menyaksikan sendiri bagaimana para ahli laboratorium medik bekerja secara bergiliran selama 24 jam tanpa henti.
"Saya melihat bagaimana teman-teman ahli teknologi laboratorium medik yang terhimpun di Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, Patelki, bekerja nonstop dengan shift mulai jam 9 pagi sampai jam 3 sore, salah satunya, dan nanti akan dilanjutkan oleh berikutnya demikian seterusnya 24 jam," jelas Yuri.
Tak hanya itu, Yuri juga melihat bagaimana para tenaga medis itu harus bekerja berhadapan virus mematikan selama enam jam, dengan balutan Alat Pelindung Diri (APD) yang melekat pada tubuhnya, sehingga untuk makan dan minum hingga buang air saja harus mereka tahan.
"(Mereka) Harus berhadapan langsung dengan virus selama 6 jam, dengan menahan keinginan untuk ke kamar kecil, menahan keinginan untuk minum, untuk makan, dan seterusnya nonstop," kata Yuri.
Yuri pun berterima kasih dan menaruh hormat kepada mereka, para tenaga kesehatan yang senantiasa mengorbankan waktu, energi, tenaga, keringatnya dan mendedikasikan pengetahuannya untuk sesama.
"Kami hormat dan berterima kasih atas dedikasi rekan-rekan sekalian dari Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Karena Anda memiliki peran yang luar biasa di dalam kaitan dengan penanganan COVID-19 ini. Ini yang harus kita apresiasi, dan kita yakini mereka adalah pekerja yang profesional, yang tidak mengenal hari libur, yang terus melayani kita semuanya," tuturnya.
Lebih lanjut Yuri mengimbau kepada masyarakat untuk mulai memperbaiki perilaku, mengubah pandangan dan menjaga diri, serta selalu mematuhi aturan dari pemerintah untuk selalu menegakkan protokol kesehatan. Sebab, hanya itu yang dapat menjadi cara untuk memutus rantai penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, sekaligus meringankan beban para tenaga kesehatan.
"Mari kita betul-betul mampu mengubah diri, menjaga diri, agar kasus tidak semakin banyak," ujar Yuri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo juga menekankan bahwa benteng pertahanan terakhir adalah para tenaga kesehatan, dan yang menjadi garda terdepan adalah masyarakat.
"Selalu saya sampaikan bahwa tenaga medis adalah benteng pertahanan paling akhir untuk menangani COVID-19. Dalam hal ini, garda terdepan adalah masyarakat," kata Doni.
Oleh sebab itu, Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, mengimbau agar masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan menaati aturan yang dianjurkan pemerintah.
"Masyarakat sangat memegang peran penting dan menjadi kunci keberhasilan dari upaya memutus penyebaran COVID-19 di Tanah Air," pungkasnya.
sumber rri.co.id