Dampak Covid-19 Angkutan Sepi Penumpang
DEMAK – Wabah Covid-19 berdampak pada semua lini
kehidupan karena penularannya yang sangat mudah. Termasuk angkutan umum yang biasa
beroperasi melayani penumpang. Keberadaan angkutan di masa pandemi Covid-19
sangatlah berkurang. Hal tersebut dipicu oleh himbauan pemerintah kepada
masyarakat untuk tetap di rumah kecuali bepergian untuk hal yang sangat
penting.
Para awak bus sangat merasakan dampak yang yang besar dari sepinya penumpang yang malakukan perjalanan, karena hal tersebut jelas sangat mengurangi bahkan menghilangkan penghasilan mereka. Seperti yang dirasakan oleh Suparto (46) seorang sopir bus angkutan umum jurusan Jepara – Semarang yang akan pulang ke garasi sebelum jam trayek berakhir. “Sebenarnya kami ingin tetap bekerja, tapi penumpang sangat sepi untuk saat-saat ini, sehingga kami enggan untuk nrayek. Penghasilan kami selalu habis di jalan hanya untuk membeli BBM. Kami sering pulang lebih awal, karena sepinya penumpang.” Keluhnya.
Di sisi lain penumpang juga merasakan sulitnya mendapatkan angkutan umum untuk bepergian, terutama bagi yang harus tetap masuk kerja. Salah satunya adalah Tutik (32) seorang karyawati sebuah pabrik di kawasan Kalikondang. Dia merasa kesulitan mendapatkan angkutan umum baik berangkat maupun pulang kerja. “Belum tentu saya bisa mendapatkan bus setelah menunggu dalam waktu 20 menit. Saat sekaramg ini jarang sekali bus yang lewat. Kalau pun ada saya naiki, pasti lama sampai tujuannya, karena sering ngetem untuk mencari penumpang.” Ungkap Tutik.
Bus yang melaju dari Semarang menuju Jepara tersebut hanya membawa lima penumpang dengan kecepatan 40 – 60 km / jam pada Selasa (5/5). Melihat kondisi tersebut, tentu menggambarkan betapa lesunya angkutan umum di tengah pandemi covid-19 saat ini. Dari gambaran tersebut pemerintah melalui Dinas terkait mungkin bisa memberikan solusi terbaik. Sehingga masyarakat baik penumpang maupun awak bus tetap merasa nyaman dalam menjalankan semua aktivitas.
Para awak bus sangat merasakan dampak yang yang besar dari sepinya penumpang yang malakukan perjalanan, karena hal tersebut jelas sangat mengurangi bahkan menghilangkan penghasilan mereka. Seperti yang dirasakan oleh Suparto (46) seorang sopir bus angkutan umum jurusan Jepara – Semarang yang akan pulang ke garasi sebelum jam trayek berakhir. “Sebenarnya kami ingin tetap bekerja, tapi penumpang sangat sepi untuk saat-saat ini, sehingga kami enggan untuk nrayek. Penghasilan kami selalu habis di jalan hanya untuk membeli BBM. Kami sering pulang lebih awal, karena sepinya penumpang.” Keluhnya.
Di sisi lain penumpang juga merasakan sulitnya mendapatkan angkutan umum untuk bepergian, terutama bagi yang harus tetap masuk kerja. Salah satunya adalah Tutik (32) seorang karyawati sebuah pabrik di kawasan Kalikondang. Dia merasa kesulitan mendapatkan angkutan umum baik berangkat maupun pulang kerja. “Belum tentu saya bisa mendapatkan bus setelah menunggu dalam waktu 20 menit. Saat sekaramg ini jarang sekali bus yang lewat. Kalau pun ada saya naiki, pasti lama sampai tujuannya, karena sering ngetem untuk mencari penumpang.” Ungkap Tutik.
Bus yang melaju dari Semarang menuju Jepara tersebut hanya membawa lima penumpang dengan kecepatan 40 – 60 km / jam pada Selasa (5/5). Melihat kondisi tersebut, tentu menggambarkan betapa lesunya angkutan umum di tengah pandemi covid-19 saat ini. Dari gambaran tersebut pemerintah melalui Dinas terkait mungkin bisa memberikan solusi terbaik. Sehingga masyarakat baik penumpang maupun awak bus tetap merasa nyaman dalam menjalankan semua aktivitas.