Geliat Inovasi dari Yogyakarta Warnai Presentasi dan Wawancara KIPP Hari Keenam
Tahap presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020 masih berlangsung. Di hari keenam tahap wawancara, sebanyak enam inovasi dari wilayah Yogyakarta dan dua inovasi dari Kepulauan Sumatra saling unjuk kebolehan di hadapan Tim Panel Independen (TPI) secara virtual.
Diawali oleh Provinsi D.I. Yogyakarta dengan inovasi Melintasi Batas Ruang Kelas Bersama Jogjabelajar Class
yang diinisiasi oleh Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga. Gubernur D.I Yogyakarta Sri Sultan
Hamengkubowono menjelaskan bahwa Jogjabelajar Class merupakan
salah satu layanan di portal Jogjabelajar (JB) yang berfungsi layaknya
kelas maya sebagai ruang pembelajaran untuk membantu pemerataan dan
peningkatan mutu pendidikan di wilayah Provinsi D.I Yogyakarta. JB
merupakan layanan pembelajaran daring yang bisa diakses melalui
https;//jogjabelajar.org atau https://jogjabelajar.jogjaprov.go.id yang memuat berbagi konten, seperti JB Media, JB Budaya, JB Tube, JB Radio, serta JB Class.
Awalnya, JB Class
hanya dirancang sebagai suplemen untuk melengkapi pembelajaran
konvensional untuk memfasilitasi tatap muka antara guru dan siswa yang
bisa dipantau secara langsung oleh orang tua. Adanya JB Class
ini juga merupakan adaptasi dari gaya belajar bagi generasi milenial ke
bawah yang serba digital yang dikembangkan agar para guru dan siswa bisa
berkomunikasi di luar jam pembelajaran formal yang dirancang sesuai
dengan kebutuhan. Di tahun 2020 ini, keberadaan JB Class menjadi andalan dalam proses kegiatan belajar mengajar. “Layanan kelas maya melalui Jogjabelajar Class
menjadi penting semenjak pandemi Covid-19 merebak yang tidak
memungkinkan pembelajaran berlangsung secara normal” jelas Sri Sultan.
Masih
dari Provinsi D.I Yogyakarta dengan inovasi Jogjaplan: Perencanaan
Pembangunan D.I Yogyakarta yang ORDINATE (Konsisten, Responsif, Dinamis,
dan Akuntabel) dengan e-Planning. Diinisasi oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) D.I Yogyakarta, inovasi yang masuk ke dalam
kategori Khusus ini telah berjalan sejak 2010 dan masuk sebagai Top
Inovasi pada penyelenggaraan KIPP 2015. Aplikasi Jogjaplan juga telah
mendukung capaian Pemprov D.I Yogyakarta dalam inovasi perencanaan
pembangunan lima tahun terakhir. Keberlanjutan aplikasi ini menjamin
perencanaan pembangunan daerah yang memenuhi prinsip ORDINATE dan
mengintegrasikan perencanaan strategis dengan bisnis proses e-planning
untuk menjamin konsistensi dalam penyelenggaraan RPJMD Provinsi D.I
Yogyakarta.
Jogjaplan
diciptakan untuk membangun instansi publik yang efektif dan akuntabel,
meningkatkan akuntabilitas, meningkatkan transparansi, serta menyediakan
akses informasi untuk perencanaan pembangunan D.I Yogyakarta. Dalam
perjalanannya, Jogjaplan telah mengalami pengembangan untuk memenuhi
kebutuhan perencanaan pembangunan akibat perubahan regulasi dan
kebutuhan publik, seperti dalam merespon kondisi pandemi global saat
ini.
Pemerintah
Kota Yogyakarta juga hadir dengan inovasi Gandeng Gendong yang
merupakan gerakan untuk memberdayakan masyarakat dengan melibatkan
seluruh elemen pembangunan dengan tujuan peningkatan ekonomi masyarakat
dalam penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaannya, inovasi ini
melibatkan sinergi aktor 5K, yakni Kampung, Kampus, Komunitas, Korporat,
dan Pemerintah Kota Yogyakarta. Inovasi ini juga merupakan perwujudan
Segoro Amarto atau Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta
yang berarti semangat Yogyakarta.
Dalam
pemaparannya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan bahwa
konsep yang ditawarkan inovasi ini, mengutamakan pemberdayaan
masyarakat, budaya, dan potensi lokal, sesuai untuk diterapkan di Kota
Yogyakarta sehingga gotong royong menuju kemajuan Yogyakarta yang
merupakan gerakan kemandirian masyarakat dapat meningkatkan
kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat yang sesuai dengan visinya,
yakni Bersama Bersatu Memberdayakan dan Menyejahterakan Masyarakat.
Konsep ini membawa Pemkot Yogyakarta untuk saling bersinergi dan bekerja
sama dengan seluruh stakeholder dalam mencapai kesejahteraan masyarakat
Kota Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan menurunnya jumlah penduduk
miskin di Kota Gudeg ini selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2017,
persentase penduduk miskin sebesar 7,64 persen, tahun 2018 sebesar 6,98
persen dan menjadi 6,84 persen pada tahun 2019.
Gelimasjiwo (Gerakan Peduli Masyarakat Sehat Jiwo)
merupakan inovasi dari Puskesmas Kasihan II di Kabupaten Bantul yang
selanjutnya masuk ke dalam Top 99 KIPP 2020. Inovasi berfokus kepada
pemulihan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat. Melalui Gelimasjiwo, ODGJ dilayani dengan konsep
one for all, dimana sejak saat penemuan, berobat, hingga dapat kembali
produktif dengan kemudahan akses yang didampingi kader serta puskemas.
Gelimasjiwo juga menjadi satu-satunya lembaga kesejahteraan sosial untuk
pendamping disabilitas mental/ODGJ yang mendapat kepercayaan dari
program Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial.
Bupati
Bantul Suharsono mengatakan bahwa inovasi ini juga untuk mengentaskan
pemasungan ODGJ yang kerap kali dilakukan. Keberhasilan dari Gelimasjiwo
juga terlihat dari pemulihan ODGJ melalui rehabilitasi meningkat pesat
sebesar 430 persen sejak inovasi ini berjalan pada 2017, dari hanya 20
orang menjadi 86 orang. Langka sukses ini juga diikuti dengan penemuan
dan penanganan ODGJ yang melampaui target, kenaikan sebesar 80,39 persen
dalam pengobatan ODGJ, serta berjalannya rujukan gawat darurat kejiwaan
24 siaga pada Puskesmas Kasihan II.
Selanjutnya
giliran Kabupaten Kulonprogo dengan inovasi PanganKu yang dilahirkan
oleh Dinas Pertanian dan Pangan. Inovasi ini bertujuan untuk membangun
kepercayaan publik atas potensi yang dimiliki Kabupaten Kulonprogo serta
memberikan nilai tambah bagi petani produsen pangan untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Inovasi ini merupakan transformasi dari inovasi
‘Mengganti Raskin menjadi Rasda’.
Melalui
PanganKu, penyaluran beras, telur, ikan, Sayur dan buah dilakukan oleh
18 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), tiga kelompok Tani, 187 kelompok
Wanita Tani, dan 34 kelompok Ternak kepada 49.184 keluarga penerima
manfaat yang disalurkan melalui 111 e-Warung. Hal ini merupakan
perwujudan slogan Bela Beli Kulonprogo. Dengan begitu, pemberdayaan
masyarakat ini telah mendorong peningkatan ekonomi di masyarakat
Kulonprogo sendiri. “Transformasi inovasi ini telah mampu mempercepat
penurunan angka kemiskinan sebesar 2 persen per tahun, sehingga pada
tahun 2019 jumlahnya menjadi 17,3 persen dan meningkatnya uang yang
beredar di masyarakat hingga mencapai 10 miliar rupiah per bulan,” papar
Bupati Kulonprogo Sutedjo.
Gelang Si
Cantik atau Gerakan Literasi Mengangkat Prestasi dengan Membaca,
Menulis, dan TIK dari Kabupaten Sleman menjadi inovasi terakhir dari
wilayah Yogyakarta pada sesi presentasi dan wawancara hari ini. Inovasi
ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dengan membaca, menulis, dan
pemanfataan teknologi informasi dalam berliterasi sehingga diharapkan
siswa menjadi literat dan berprestasi. Inovasi yang lahir di SMP Negeri 4
Pakem pada tahun 2016 ini telah menjadikannya sekolah rujukan terkait
dengan Gerakan Literasi Sekolah. Bupati Sleman Sri Purnomo menceritakan
bahwa gerakan literasi ini telah mengantar SMP Negeri 4 Pakem ini
memiliki prestasi dibidang yang berkaitan dengan literasi hingga kancah
internasional dan telah menghasilkan buku-buku karya siswa serta guru
dari SMP Negeri 4 Pakem.
Beralih
ke Kepulauan Sumatra, Pemerintah Kota Jambi hadir dengan inovasi Bangkit
Berdaya. Merupakan akronim dari Bangun Kelurahan secara Intensif dan
Terpadu yang Berazaskan Swadaya, Wakil Wali Kota Jambi Maulana
menjelaskan bahwa inovasi ini mampu mengakselerasi pembangunan sehingga
ketimpangan infrastruktur antarwilayah di Kota Jambi berkurang dengan
meningkatkan gotong royong di masyarakat Kota Jambi. Partisipasi
masyarakat dilakukan dalam membangun sarana prasarana, utilitas publik,
dan fasilitas sanitasi dimana Pemkot Jambi hanya memberikan stimulus
yang berupa bahan material dan bangunan.
Program
yang tersebar di setiap kelurahan di Kota Jambi ini telah menghasilkan
fasilitas umum yang semakin membaik. Karena dibangun berdasarkan gotong
royong, maka kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas publik dan
lingkungannya pun semakin tinggi. Hal ini juga kemudian berdampak pada
peningkatan perekonomian masyarakat. Selain itu, inovasi ini diklaim
telah berhasil untuk efisiensi APBD sebesar 45 persen.
Menutup
pada sesi presentasi dan wawancara hari, Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni
Suprapti menjabarkan inovasi Si Beres Natuna yang diinisiasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Natuna. Dengan inovasi Siap Bersalin Terima Bersih,
Praktis, dan Ringkas di Natuna ini, pemerintah memberikan kemudahan
untuk meningkatkan minat ibu hamil untuk melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan. Dilatarbelakangi dengan masih maraknya stigma
negatif mengenai persalinan yang menakutkan di fasilitas kesehatan,
biaya yang mahal, serta jarak yang jauh, Si Beres Natuna hadir dengan
memberikan pelayanan bersalin secara cuma-cuma yang diikuti dengan
berbagai layanan gratis lainnya untuk meningkatkan minat melahirkan
sesuai dengan prosedur.
Dengan
layanan Si Beres Natuna ini, diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu/Bayi (AKI/AKB) serta meningkatkan derajat kesehatan bagi ibu dan
bayi. Hal ini dilakukan dengan antar jemput pasien, kunjungan rutin ke
rumah, serta kemudahan pelayanan administrasi. Prinsip yang digunakan
untuk mengkampanyekan hal ini adalah dengan pelayanan paripurna, yakni
pelayanan yang maksimal, menguntungkan pasien dan negara, merapikan
administrasi kependudukan, serta memberikan rasa nyaman dan aman bagi
pasien. “Dengan adanya layanan ini, telah terjadi peningkatan signifikan
dari masyarakat yang bersalin di Puskemas Ranai, yakni hanya sebesar
90,57 persen di tahun 2016, menjadi 97,44 persen pada tahun 2019,”
pungkas Ngesti.
SUMBER menpan.go.id