Highlight

Jaga Keseimbangan Kesehatan dan Ekonomi dengan Inovasi

Masa transisi menuju tatanan normal baru menuntut proses adaptasi melalui penerapan protokol kesehatan di dalam melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Untuk itu, diperlukan inovasi dan kreativitas di dalam pelaksanaannya guna menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi.
“Di saat ini juga perlu dilakukan inovasi-inovasi, perlu ada kreasi. Menjaga dua hal ini jangan sampai kita mementingkan ekonomi, kemudian kesehatan menjadi terkorbankan. Kemarin kita mementingkan kesehatan, kemudian ekonominya menurun. Karena itu kita coba hidup menjaga dua keseimbangan. Ini memang tidak mudah,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam kunjungan kerjanya di SMAN 4 Kota Sukabumi, Rabu (08/07/2020).
Lebih lanjut Wapres mengatakan bahwa hal ini dikarenakan pada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) banyak aktivitas yang dihentikan termasuk pendidikan, dimana dilakukan sekolah secara online (daring) tanpa tatap muka langsung. Namun pelaksanaannya menjadi kurang optimal, terlebih di beberapa daerah tidak dapat dilakukan karena belum ada jaringan internet.
“Karena itu pada saat ini bagaimana mengembalikan mereka ke kelas dengan tatap muka akan tetapi kondisi belum memungkinkan karena ada daerahnya kita itu kalau nasional ada merah, oranye, kuning, hijau,” terang Wapres.
Bahkan di Jawa Barat, lanjut Wapres, memiliki enam warna [zona] dan lebih banyak variasinya. Sehingga tidak semua daerah bisa dibuka, hanya zona hijau yang diberikan izin dan dibutuhkan inovasi dalam pelaksanaannya.
“Sekarang alhamdulilah untuk daerah hijau bagi mereka yang ingin membuka tentu dipersilahkan. Karena itu Saya memberi apresiasi kepada SMAN 4 [Sukabumi] di zona hijau,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap pada suasana saat ini, kita harus terus mencari cara yang lebih baik lagi. Perlu adanya pengembangan inovasi, dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain, terutama di daerah zona hijau yang ingin membuka kembali sekolahnya.
“Yang kita harapkan ada inovasi-inovasi untuk bagaimana supaya pendidikan dibuka di daerah hijau tapi kesehatan tetap terjaga, protokol kesehatan tetap dipelihara. Bagaimana inovasi dilakukan penyelenggaranya,” tegas Wapres.
Wapres pun menilai inovasi juga perlu dilakukan di pasar tradisional karena banyak terjadi penularan Corona Virus Disease (Covid-19). Juga di terminal atau di tempat berkumpul orang banyak.
“Itu harus ada inovasi supaya mencegah penularan, sebab penularan ini belum berhenti. Kita juga belum tahu kapan mau berhenti bagaimana menjaga mengawal supaya tidak terjadi seperti yang oleh pemerintah untuk tetap gunakan masker, jaga jarak, mencuci tangan, kemudian menjaga imunitas tubuh ini terus kita jaga supaya tidak tertular,” ujar Wapres.
Pada kesempatan tersebut, Wapres juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap upaya yang dilakukan Gubernur Jawa Barat dan Wali Kota Sukabumi dalam pengendalian penyebaran Covid-19 di daerahnya.
“Saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Pak Gubernur yang bisa mengendalikan Jawa Barat sehingga R0 (angka reproduksi dasar)-nya itu bisa di bawah satu. Itu bukan hal yang mudah. Dan Saya apresiasi ke Pak Wali Kota yang bisa menjadikan Kota Sukabumi sebagai zona hijau,” ucapnya.
Menutup sambutannya, Wapres berharap agar kunjungan kerja pertamanya sejak pandemi Covid-19 ini dapat menjadikan Kota Sukabumi sebagai contoh yang baik dalam penanganan daerah menjadi zona hijau, penyelenggaraan pendidikannya, maupun inovasi yang dilakukan. Untuk itu diperlukan konsistensi dalam menjaga zona hijau di semua lokasi kegiatan.
“Bagaimana jaga konsistensi, istilahnya agama bagaimana kalau sudah hijau jangan balik. Bagaimana menjaga istiqomahnya, mencapai tentu sulit tetapi empertahankan juga tidak mudah. Karena itu Saya berharap mudah-mudahan hijau, sekali hijau tetap hijau. Jangan jadi kuning biru apalagi merah,” tandasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan laporan mengenai kesiapan Jawa Barat, khususnya Sukabumi dalam membuka kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Setelah 3 bulan lama Jawa Barat melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan jumlah penduduk hampir 50 Juta jiwa, lima langkah/prinsip yang menjadi pedoman dalam penanganan Covid-19 yakni pro aktif, transparan, ilmiah, kolaboratif dan inovatif,” jelasnya.
Menurut kajian epidemiologis, tambahnya, Jawa Barat memerlukan PSBB Skala Provinsi, di mana dilakukan penutupan terhadap 27 kota/kabupaten. Hal ini mampu menurunkan tingkat infeksi rata-rata R0 dari skala 4 menjadi sekitar dibawah skala 1.
“Insha Allah terkendali hingga hari ini. Kemudian untuk kasus aktif, Jawa Barat saat ini turun peringkat disusul Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Untuk ukuran penduduk 50 juta menurut definisi WHO, Jawa Barat masuk kategori terkendali,” tuturnya.
Kang Emil, demikian ia disapa, mengatakan Jawa Barat menjadi provinsi yang siap menghadapi Covid 19 dengan berbekal berkumpulnya industri high technology. Sehingga mampu memproduksi alat ventilator sendiri, alat PCR (Polymerase Chain Reaction) atau swab, dan rapid test (dengan spesifikasi mendeteksi antigen), surgical mask, surplus APD (Alat Pelindung Diri) yang mampu ekspor ke Afrika dan Eropa.
“Setelah persiapan alat-alat penanganan ini siap, Jawa Barat masuk kepada rating epidemiologi yakni hitam, merah, kuning, biru dan hijau. Hal sudah dan sedang kami sinkronisasi dengan tim gugus tugas pusat. Per hari ini, Sukabumi menjadi kabupaten yang mendapatkan penilaian zona hijau, sisa nya masih di rating zona kuning dan biru, tetapi sudah tidak ada lagi dengan rating zona hitam dan merah,” paparnya.
Ia berpendapat Sukabumi sudah siap dengan proses selanjutnya yaitu fase tatanan normal baru. Salah satu nya adalah bidang pendidikan, dengan tetap mengutamakan keselamatan, maka diberlakukan siswa belajar dalam kelas dari semula 36 orang menjadi 18 orang.
“Dengan memperhatikan protokol kesehatan, selain penggunaan masker dan face shield akan dipertimbangkan pembuatan kotak plastik. Kami juga tidak memaksakan kehadiran dalam kelas kepada siswa dan orang tua, proses pendidikan di dalam rumah juga menjadi pilihan. Diperhitungkan bahwa sekitar 30% siswa berdomisili pada zona kuning atau biru, oleh karena itu bagi siswa siswa tersebut belum diperkenankan kehadiran dalam kelas,” katanya menjelaskan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menekankan penerapan protokol kesehatan dan mengutamakan keselamatan dalam pelaksanaan kembali pendidikan tatap muka di sekolah yang berada di zona hijau. Ia berharap pembukaan ini dapat dijalankan secara bertahap dan hanya pada kabupaten yang telah ditetapkan sebagai zona hijau, dengan tingkatan SMA lebih dahulu penerapan social distancing.
“Kepala Sekolah harus mempunyai mindset dan pola pikir yang mengutamakan kesehatan demi keamanan siswa dan keluarganya, tidak semata kelengkapan pendukung protokol kesehatan yang telah memadai. Saya mengapresiasi SMAN 4 Sukabumi dan sekolah sekolah lainnya yang pro aktif mengambil langkah-langkah yang lebih aman dengan menerapkan kegiatan belajar mengajar mengutamakan kesehatan dan keselamatan,” ujarnya.
Kemudian, acara dilanjutkan pembahasan internal dan kunjungan Wapres ke Pondok Pesantren Asshabariyah yang menjadi rangkaian kegiatan kunjungan kerjanya di Kota Sukabumi dalam memonitoring kesiapan menuju tatanan normal baru.
Turut hadir mendampingi Wapres, Menteri Agama Fachrul Razi, Walikota Sukabumi Achmad Fahmi, dan Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar.
sumber kominfo.go.id