Ratusan Gajah Afrika Mati Misterius, Penyakit Baru?
Ratusan gajah mati dalam kondisi misterius dan mengenaskan di
Botswana Afrika, tempat bagi sepertiga populasi gajah di Afrika yang
terus menurun.
Dr Niall McCann dari National Park Rescue yang bermarkas di Inggris mengatakan bahwa sejawatnya di negara Afrika itu telah melihat lebih dari 350 bangkai gajah di Delta Okavango sejak awal Mei, seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/7/2020).
Para konservasionis lokal pertama kali memberitahu pemerintah pada awal Mei, setelah mereka melakukan penerbangan di atas delta.
"Mereka melihat 169 (ekor) selama penerbangan tiga jam," katanya said. "Dapat melihat dan menghitung sebanyak itu dalam tiga jam penerbangan itu luar biasa."
"Sebulan kemudian, investigasi lanjutan mengindentifikasi lebih banyak bangkai, dengan total lebih dari 350 (ekor)."
"Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dalam banyaknya jumlah gajah yang sekarat pada satu peristiwa yang tidak terkait dengan kekeringan," tambahnya.
Belum ada kejelasan mengapa hewan-hewan ini sekarat, sementara hasil laboratorium dari sampel yang dikirim masih menunggu berminggu-minggu menurut penjelasan pemerintah setempat.
Sementara itu, pemerintah Botswana sendiri mengesampingkan perburuan liar sebagai alasannya - karena kondisi gading yang masih menempel, menurut Phys.org.
Tampaknya ada hal-hal lain yang menunjukkan ada sesuatu selain perburuan liar.
"Ini hanya gajah sekarat dan bukan yang lain," kata Dr McCann. "Jika ini karena sianida yang digunakan pemburu liar, kita bisa memperkirakan kematian lainnya."
McCann juga secara tentatif mengesampingkan keracunan antraks alami, yang menewaskan sedikitnya 100 gajah di Bostwana tahun lalu.
Tetapi mereka tidak mengesampingkan alasan keracunan atau penyakit. Cara hewan-hewan itu tampak sekarat - banyak yang jatuh dengan muka mereka - dan penampakan gajah-gajah lain yang berjalan melingkar menunjukkan sesuatu yang berpotensi menyerang sistem neurologis mereka, menurut Dr. McCann.
Ia menjelaskan, tanpa mengetahui sumber pastinya, tidak mungkin mengesampingkan kemungkinan penyakit ini bisa melintas ke populasi manusia - terutama jika penyebabnya adalah sumber air atau tanah. Dr McCann menunjuk pada pandemi Covid-19, yang diyakini dimulai dari hewan.
"Ya, ini adalah bencana konservasi - tetapi juga berpotensi menjadi krisis kesehatan masyarakat," katanya.
Dr Cyril Taolo, penjabat Direktur Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional Botswana, mengatakan kepada Guardian bahwa mereka sejauh ini mengonfirmasi sedikitnya 280 gajah telah mati, dan sedang dalam proses mengonfirmasi sisanya.
Namun, mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kematian hewan-hewan itu.
"Kami telah mengirim [sampel] untuk pengujian dan kami mengharapkan hasilnya selama beberapa minggu ke depan," katanya.
sumber rri.co.id
Dr Niall McCann dari National Park Rescue yang bermarkas di Inggris mengatakan bahwa sejawatnya di negara Afrika itu telah melihat lebih dari 350 bangkai gajah di Delta Okavango sejak awal Mei, seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/7/2020).
Para konservasionis lokal pertama kali memberitahu pemerintah pada awal Mei, setelah mereka melakukan penerbangan di atas delta.
"Mereka melihat 169 (ekor) selama penerbangan tiga jam," katanya said. "Dapat melihat dan menghitung sebanyak itu dalam tiga jam penerbangan itu luar biasa."
"Sebulan kemudian, investigasi lanjutan mengindentifikasi lebih banyak bangkai, dengan total lebih dari 350 (ekor)."
"Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dalam banyaknya jumlah gajah yang sekarat pada satu peristiwa yang tidak terkait dengan kekeringan," tambahnya.
Belum ada kejelasan mengapa hewan-hewan ini sekarat, sementara hasil laboratorium dari sampel yang dikirim masih menunggu berminggu-minggu menurut penjelasan pemerintah setempat.
Sementara itu, pemerintah Botswana sendiri mengesampingkan perburuan liar sebagai alasannya - karena kondisi gading yang masih menempel, menurut Phys.org.
Tampaknya ada hal-hal lain yang menunjukkan ada sesuatu selain perburuan liar.
"Ini hanya gajah sekarat dan bukan yang lain," kata Dr McCann. "Jika ini karena sianida yang digunakan pemburu liar, kita bisa memperkirakan kematian lainnya."
McCann juga secara tentatif mengesampingkan keracunan antraks alami, yang menewaskan sedikitnya 100 gajah di Bostwana tahun lalu.
Tetapi mereka tidak mengesampingkan alasan keracunan atau penyakit. Cara hewan-hewan itu tampak sekarat - banyak yang jatuh dengan muka mereka - dan penampakan gajah-gajah lain yang berjalan melingkar menunjukkan sesuatu yang berpotensi menyerang sistem neurologis mereka, menurut Dr. McCann.
Ia menjelaskan, tanpa mengetahui sumber pastinya, tidak mungkin mengesampingkan kemungkinan penyakit ini bisa melintas ke populasi manusia - terutama jika penyebabnya adalah sumber air atau tanah. Dr McCann menunjuk pada pandemi Covid-19, yang diyakini dimulai dari hewan.
"Ya, ini adalah bencana konservasi - tetapi juga berpotensi menjadi krisis kesehatan masyarakat," katanya.
Dr Cyril Taolo, penjabat Direktur Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional Botswana, mengatakan kepada Guardian bahwa mereka sejauh ini mengonfirmasi sedikitnya 280 gajah telah mati, dan sedang dalam proses mengonfirmasi sisanya.
Namun, mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kematian hewan-hewan itu.
"Kami telah mengirim [sampel] untuk pengujian dan kami mengharapkan hasilnya selama beberapa minggu ke depan," katanya.
sumber rri.co.id