Tujuh Kepala Daerah Hadiri Hari Kedelapan Wawancara Inovasi Pelayanan Publik
Beragam inovasi pelayanan publik dari Provinsi Jawa Tengah masih meramaikan Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2020. Memasuki hari kedelapan, sembilan kabupaten dari Jawa Tengah menampilkan terobosannya. Tujuh kepala daerah turut hadir untuk mempresentasikan inovasi dari daerahnya di hadapan para juri independen dan profesional.
Presentasi
diawali oleh inovasi dengan kategori pengentasan kemiskinan dari
Kabupaten Banyumas, yaitu inovasi Gerbang Penyandang Disabilitas Sukses
(Gendis). Inovasi ini merupakan solusi bagi para penyandang disabilitas
pada usia produktif yang ada di Kabupaten Banyumas (sebanyak 1.235 orang
difabel) yang semula tidak mandiri/ketergantungan dengan keluarganya
serta tidak mempunyai keterampilan menjadi difabel yang mandiri dan
memiliki jiwa wirausaha. Awalnya, penyandang disabilitas di Kabupaten
Banyumas banyak yang bekerja sebagai pengemis dan pengamen di jalanan
karena tidak punya keterampilan dan pekerjaan tetap.
Inovasi
yang sudah berjalan sejak tahun 2016 ini dijalankan dengan memberikan
pembinaan dan bimbingan keterampilan agar dapat bekerja sesuai dengan
profesinya. Dengan bekal keterampilan yang memadai para penyandang
disabilitas dapat bersaing dalam peluang pekerjaan. Melalui inovasi
Gendis, para penyandang disabilitas bisa hidup sejajar dan wajar di
masyarakat tanpa adanya perbedaan. “Juga mengubah mindset para difabel dari paradigma lama, yaitu belas kasihan (charitas)
menjadi difabel yang mandiri dan sukses,” ujar Bupati Banyumas Achmad
Husein saat mempresentasikan inovasi Gendis di hadapan Tim Panel
Independen secara virtual, Rabu (08/07).
Inovasi
selanjutnya adalah Strategi Bidik Normal Jurus Cofit (Strategi Bidang
Pendidikan Non-Formal Menuju Wirausaha Berorientasi Profit) dari
Kabupaten Batang. Inovasi ini disampaikan oleh Bupati Batang Wihaji.
Bidik Normal Jurus Cofit merupakan bentuk pendampingan kewirausahaan
untuk membantu peningkatan ekonomi dari berbagai lini kehidupan melalui
bidang menjahit dalam konveksi, kerajinan tangan, agrikultur, boga, dan
juga pengguna jasa desain dan jasa lainnya. Persoalan yang ada, bahwa
pendidikan non-formal dianggap sebelah mata karena alumni yang
dihasilkan dari bidang kursus dan pelatihan tidak terlihat hasil nyata.
Dalam
implementasi inovasi ini, dilakukan berbagai strategi dan langkah,
antara lain mengadakan sosialisasi, lokakarya kewirausahaan dan digital marketing bagi lembaga dan peserta kursus dengan kerja sama pendampingan dari GOOSHI (Google School Indonesia), membuat website www.dibatang.com sebagai marketplace
dimana narahubung langsung adalah pemilik usaha untuk mengurangi
panjangnya rantai pemasaran, serta kerja sama dengan dinas terkait dalam
rangka peningkatan kualitas kewirausahaan yang dihasilkan. Dampak nyata
bagi peserta didik, lembaga pendidikan non formal, dan pemerintah
adalah barang produksi diterima di negara Jepang dan Kuwait, terciptanya
126 wirausaha baru, dan menurunnya angka pengangguran di Kabupaten
Batang.
Presentasi
dilanjutkan dengan inovasi Si Teri Lapar (Sistem Terintegrasi Layanan
Administrasi Pasien Rawat Jalan) RSUD Simo Kabupaten Boyolali.
Dilatarbelakangi oleh lamanya waktu tunggu di loket pendaftaran, budaya
lama pasien dalam pengambilan tiket antrean pagi hari, serta kurangnya
pemahaman masyarakat akan pentingnya nomor rekam medik.
Inovasi
ini mengintegrasikan beberapa sistem untuk memberikan layanan secara
cepat baik daring maupun luring kepada calon pasien serta memberikan
informasi secara real-time. Si Teri Lapar memberikan solusi
terutama dalam menangani tugas administrasi pendaftaran pasien rawat
jalan dengan cara memberikan keleluasaan kepada calon pasien untuk
menentukan hari berkunjung, memilih poliklinik tujuan, dan memilih
dokter poliklinik.
Berikutnya,
inovasi CME (Cengkraman Mata Elang) dari Puskesmas Bonang II Kabupaten
Demak. Inovasi CME mengandalkan kekuatan masyarakat dengan melibatkan
kader kesehatan terlatih yang disebut dengan Kader Mata Elang yang
bertugas sampai ke tingkat RW, memonitor para ibu hamil secara personal
setiap saat dan melaporkan dengan laporan digital berbasis Android/web
dengan Aplikasi CME. Aplikasi ini dapat memunculkan notifikasi apabila
ada ibu hamil resiko tinggi/kegawatdaruratan, maupun Hari Perkiraan
Lahir (HPL).
Dampak
Inovasi CME adanya penurunan signifikan pada Kematian Ibu dan Bayi di
Puskesmas Bonang II. Awal sebelum ada Inovasi pada tahun 2016 kematian
ibu tiga orang dan kematian bayi tujuh orang. Setelah adanya inovasi CME
yang dimulai tahun 2017 ini tidak ada kematian ibu (0) sampai tahun
2019. Sedangkan kematian bayi menurun dari tujuh pada tahun 2016 menjadi
dua pada tahun 2019.
Selanjutnya,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Grobogan hadir dengan
inovasi Pengelolaan Pasca Panen Komoditas Pertanian Melalui Sistem Resi
Gudang (SRG) Kabupaten Grobogan. Dibangunnya Sistem Resi Gudang ini
didasari oleh posisi Kabupaten Grobogan yang merupakan sentra padi
tertinggi Jawa Tengah, tetapi harga padi sering anjlok di tengah panen
raya. Sistem Resi Gudang Kabupaten Grobongan akan digunakan untuk
penyimpanan komoditas hasil panen petani Kabupaten Grobogan diantaranya
komoditas padi dan jagung. Dalam hal ini Sistem Resi Gudang tidak hanya
menyimpan saja, tetapi lebih dari itu, sistem tersebut juga bisa
memproduksi beras dengan kualitas yang bagus dengan merek 'Srikandi
Grobogan'.
Bupati
Grobogan Sri Sumarni mengungkapkan, melalui SRG akan diperoleh beberapa
manfaat, yaitu adanya tunda jual, dimana saat panen raya petani
menyimpan hasil pertanian di gudang dan penjualan dilakukan pada saat
harga komoditas pertanian telah tinggi, meminimalisir penimbunan barang
oleh pedagang pengumpul (tengkulak), adanya Resi Gudang (RG) yang sangat
diperlukan untuk membentuk petani menjadi petani pengusaha dan petani
mandiri, serta memangkas pola perdagangan komoditas pertanian sehingga
petani bisa mendapatkan peningkatan harga jual komoditas. “Sudah ada 740
petani yang terlibat dalam SRG ini, dari yang semula hanya 50 petani.
Serta dampak yang dirasakan langsung oleh petani adalah petani sebagai
penentu harga disaat panen,” jelas Sri.
Presentasi
dan wawancara sesi pertama ditutup oleh Aplikasi Pendaftaran Cepat
Puskesmas Mlonggo Kabupaten Jepara yang dinamai Senyum Si Sakit. Inovasi
ini dilatarbelakangi oleh tingginya kunjungan pasien per hari namun
ditangani dengan pendaftaran konvensional. Sehingga antrean saat proses
pendaftaran lama dan waktu tunggu urutan panggil yang tidak pasti di
poli pelayanan. Oleh karena itu, pada Januari 2018 dikembangkan Smart
Card dan Smart Monitor untuk memberikan kecepatan dan kemudahan bagi
pasien sewaktu proses pendaftaran serta menjamin kepastian urutan
panggilan di poli pelayanan karena bisa dipantau melalui Smart Monitor.
Inovasi
Kampung Garam dari Kabupaten Kebumen membuka presentasi dan wawancara
sesi kedua. Dilatarbelakangi tingginya impor garam nasional dan
Kabupaten Kebumen, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen
menciptakan kampung/kawasan usaha garam untuk dapat memproduksi garam
sendiri (swasembada). Bupati Kebumen Yazid Mahfudz menjelaskan, selain
untuk mencapai ketahanan pangan (swasembada) produksi garam mentah dan
olahan garam (garam konsumsi, garam kesehatan dan garam industri),
Kampung Garam juga dikembangkan untuk penumbuhan destinasi wisata
kampung garam, dan pemberdayaan masyarakat pesisir dengan pendampingan
penguatan kelembagaan kelompok dan koperasi.
Kampung Garam Kebumen menjadi sebuah program dengan keberlanjutannya yang tinggi (high sustainability) karena kegiatan usaha yang menguntungkan, meningkatkan pendapatan, serta tidak merusak lingkungan (zero waste).
“Sesudah adanya inovasi ini produksi garam lebih dari 83 ton dengan
kualitas baik, terbentuk 19 kelompok usaha garam dan 1 koperasi,
terbentuk 3 desa/kampung garam yang menjadi destinasi wisata serta
pemberdayaan masyarakat pesisir yang menyasar rumah tangga miskin dan
perempuan,” ungkapnya.
Kemudian,
inovasi SIPIPA (Sistem Informasi Pelelangan Ikan Pati) untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Juwana Unit II Kabupaten Pati. Sebelum diberlakukannya SIPIPA, pengadaan
lelang dilakukan secara konvensional. Hal ini mengakibatkan mekanisme
dan proses lelang terlalu lama, tidak transparan, rendahnya kualitas
pelayanan, rentan penyimpangan, dan adanya KPLI (Kekurangan Pembayaran
Lelang Ikan) yang mengakibatkan nelayan tidak bisa menerima hasil
penjualan secara utuh dan tidak tepat waktu.
Dari
permasalahan tersebut maka dikembangkan SIPIPA dengan tiga tujuan utama.
Pertama, menghilangkan KPLI dengan cara sebelum dilaksanakan pelelangan
terlebih dahulu pembeli ikan harus di registrasi dan melakukan deposit.
Kedua, menghilangkan praktek kolusi di TPI, dalam melaksanakan
transaksi pembayaran secara non-tunai. Ketiga, meningkatkan Retribusi
TPI langsung bisa terbayarkan dari pembeli ikan yang sudah deposit
dikenakan tambahan 1,14 persen dan nelayan hasil pembayarannya dikurangi
1,71 persen. Implementasi SIPIPA menyebabkan lelang lebih singkat,
mudah, hemat biaya penyelenggaraan dan tenaga kerja serta terhindar dari
kesalahan administrasi,” jelas Bupati Pati Haryanto.
Presentasi
dan Wawancara hari kedelapan KIPP 2020 ditutup oleh Bupati Pekalongan
Asip Kholbihi yang membawakan inovasi Laboratorium Kemiskinan (Jurus
Jitu Pengentasan Kemiskinan Berkearifan Lokal – Kabupaten Pekalongan).
Dikatakan, inovasi ini bertujuan untuk mengatasi persoalan kemiskinan
secara terpadu, tepat program, tepat sasaran serta tepat guna sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik warga miskin. Upaya tersebut
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat, membangun serta mengembangkan
potensi dan sumber daya alam desa merah (kemiskinan tinggi), agar
menjadi desa kuning dan hijau.
Inovasi
ini melibatkan semua pihak (kolaborasi Pentahelix) antara Pemkab,
Pemdes, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan kelompok masyarakat peduli.
Berbeda dengan penanganan kemiskinan sebelumnya yang cenderung berjalan
sendiri-sendiri dan sporadis. Jika penanganan kemiskinan sebelumnya
belum menggunakan data yang valid, intervensi program ini sudah
menggunakan Basis Data Terpadu (BDT) dan dipertajam dengan Participatory Poverty Assesment
(hasil pemetaan kemiskinan yang dilaksanakan bersama masyarakat
miskin). Laboratorium Kemiskinan juga menggunakan pendekatan topografi
wilayah dimana masing-masing topografi mempunyai penyebab kemiskinan
yang berbeda sehingga akan menghasilkan formula kebijakan pengentasan
yang berbeda pula.
sumber menpan.go.id