Jurus Jitu Indonesia Terhindar Dari Jurang Resesi
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, juru kunci agar Indonesia bisa terhindar dari jurang resesi. Menurutnya pada kuartal ke III Tahun 2020, menjadi kunci untuk terhindar dari resesi, maka diperlukan strategi percepatan penyerapan untuk pertumbuhan.
Caranya dengan tiga strategi percepatan pemerintah, yaitu akselerasi eksekusi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), memperkuat konsumsi pemerintah, dan memperkuat konsumsi masyarakat mengoptimalkan peran belanja pemerintah menjadi penting untuk menstimulasi roda ekonomi.
“Strategi percepatan penyerapan untuk kuartal ketiga ini menjadi sangat kunci agar kita bisa mengurangi kontraksi ekonomi atau bahkan diharapkan bisa menghindari dari technical ressesion yaitu dua kuartal negatif berturut-turut," kata Sri Mulyani saat rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (24/8/2020).
"Meskipun kalau dilihat di kuartal kedua, kontraksi di bidang konsumsi dan investasi cukup menantang untuk memulihkan memang dibutuhkan kerja all out oleh semua pihak,” tambahnya.
Untuk program PEN yang telah ada (existing) dan telah memiliki alokasi DIPA, akan dipercepat penyerapan dan ketepatan sasaran juga terus diperbaiki pada penyaluran tahap berikutnya.
Untuk program baru yang data dan mekanisme penyalurannya tersedia, akan dilakukan percepatan proses penyelesaian regulasi dan revisi DIPA pada program PEN baru agar dapat dieksekusi.
Sementara untuk program usulan baru yang tidak didukung data valid serta membutuhkan perubahan regulasi yang rumit, akan dialihkan untuk penguatan program existing yang implementatif.
“Untuk akselerasi dari program eksisting terus dilakukan percepatan dan tentu karena banyak program mencapai sampai Desember memang ada yang pencairannya per bulan seperti bansos," ungkap Menkeu.
Aktivitas ekonomi dalam tren perbaikan namun masih terbatas dan diliputi ketidakpastian yang tinggi sehingga belanja pemerintah harus diakselerasi sebagai pemantik pertumbuhan ekonomi.
Percepatan belanja pemerintah ini akan mendorong konsumsi dan investasi yang pada kemudian menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi kuartal 3 (Q3) kembali positif.
“Untuk berbagai belanja pemerintah baik belanja pegawai yang di mana pembayaran THR gaji ke-13 sudah direalisasi meskipun jumlahnya lebih sedikit karena tidak termasuk tukin. Untuk belanja barang mungkin ini yang paling menantang karena banyak belanja barang dari K/L adalah dalam bentuk travelling atau perjalanan dinas dan event-event yang sekarang mungkin tidak bisa dilaksanakan melalui kegiatan belanja barang dengan adanya work from home (WFH)," tuturnya.
Selain itu, pemerintah terus bekerjasama dengan LKPP untuk pengadaan barang dan jasa dilakukan relaksasi dan fleksibilitas namun tetap dari sisi akuntabilitas bisa dipertanggungjawabkan dengan BPK mengenai berbagai kemungkinan audit dari seluruh program ini yang luar biasa sangat menantang.
Sementara untuk strategi dalam memperkuat konsumsi masyarakat, maka akselerasi belanja bantuan sosial serta modifikasi belanja perlindungan sosial dimana besaran dinaikkan, frekuensi ditambah, periode diperpanjang dapat dilakukan melalui penambahan indeks program perlindungan sosial yang relatif implementatif (PKH, Sembako, Bansos Tunai, dll).
“Untuk konsumsi masyarakat, bansos diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat terutama untuk kelompok 45% terbawah. Namun, kita berharap untuk kelompok kelas menengah bisa juga mulai memulihkan kegiatan konsumsinya yang sangat tergantung kepada confidence akan adanya penanganan covid secara cepat,” tutup Menkeu.
sumber rri.co.id