Ponpes Futuhiyyah Launching Buku Biografi Mbah Muslih
Demak – Pondok Pesantren (Ponpes) Futuhiyyah Mranggen melaunching buku biografi KH Muslih bin Abdurrahman. Launching buku dilakukan di sela Haul ke-80 pendiri Ponpes Futuhiyyah KH Abdurrahman bin Qasidil Haq dan keluarga.
Haul digelar sederhana dengan dihadiri para sesepuh dan kiai pengasuh ponpes di Kabupaten Demak.
Pengasuh Ponpes Futuhiyyah KH Hanif Muslih menyampaikan, haul tidak banyak mengundang tamu. Sebab, untuk menghindari kerumunan massa. “Kita tiadakan agenda musafahah (bersalaman) dan kita persingkat ramah tamah,” katanya.
Terkait dengan biografi almaghfurlah KH Muslih, Ketua MUI Demak KH Muhamad Asyiq mengatakan, Mbah Muslih-sapaan akrab KH Muslih- menjadi panutan para kiai.
“Mbah Muslih itu istilahnya pathok gede (panutan utama). Saat itu, panutan utamanya selain KH Muslih juga KH Hamid Pasuruan. Kalau di Demak, panutan berikutnya (pathok cilik) adalah Mbah Kiai Jalal Suyuti dan Kiai Maksum Karanggawang,” terang Kiai Asyiq mengenang sosok KH Muslih.
Sosok Mbah Muslih juga disampaikan, H Anwar Said, tokoh masyarakat di Demak. Menurutnya, Mbah Muslih adalah sosok yang sangat sabar dan tawakal. Kalau sakit tidak pernah mengeluh.
“Saya pernah dengar Mbah Muslih sakit kencing batu, lalu saya sowan. Beliau justru bilang tidak apa-apa. Padahal, batunya sebesar telur ayam,”ujarnya.
Derita sakitnya tersebut sudah dirasakan sejak pulang dari mondok. “Bayangkan, itu berarti sekitar 40 tahun sakit,” kata Anwar Said menceritakan sekelumit perihal pengalamannya mengenal Mbah Muslih.
Anwar menambahkan, Mbah Muslih juga selalu menghargai dan menghormati orang di sekitarnya. Termasuk para tamu yang ada. “Kalau cerita lain yang saya alami adalah, ketika saya sowan Mbah Hamid Pasuruan, beliau bilang Mbah Muslih itu pakunya Pulau Jawa,” katanya.
“Yang saya kagum, Mbah Muslih wafat dan dimakamkan di Ma’la Makkah. Padahal, beliau meninggal di Jedah. Ini menunjukkan bahwa Mbah Muslih bukan sembarang orang. Luar biasa,” tandasnya.