Highlight

Masker-Minyak Kayu Putih Dapat Cegah Corona?

 Saat ini masker menjadi penting untuk melindungi kita dari virus corona. Semua orang melakukan berbagai cara agar terhindar dari penularan corona yang ditularkan melalui droplet.

Namun, belakangan ini terdengar kabar jika melapisi masker kain dengan tisu dan mengolesi minyak esensial atau minyak kayu putih dapat membuat fungsi masker lebih efektif bahkan dapat mencegah corona. Benarkah demikian?

Praktisi klinik sekaligus relawan COVID-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan sampai sekarang belum menemukan bukti akurat yang menyatakan pori-pori masker tidak akan berubah jika diberi minyak esensial.

"Kalau masker N95 tidak boleh basah, harus diganti. Rusak pori-porinya soalnya," kata dia.

Semenatara, dari sisi kesehatan laman Healthline menyebut bahwa kebanyakan minyak esensial dihirup baik karena aromanya atau kemampuannya sebagai efek terapi. Bukalah botol minyak esensial dan tarik napas dalam-dalam beberapa kali. 

Tapi jangan sampai biarkan minyak tersebut menyentuh kulit Anda. Karena, minyak esensial saat dioleskan langsung ke kulit dapat menimbulkan efek samping termasuk alergi, iritasi kulit.

Menurut Mayo Clinic, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui adakah efek minyak ini pada anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan bagaimana minyak dapat berinteraksi dengan obat-obatan dan perawatan lain.

Selain itu, ia juga mengatakan melapisi masker dengan tisu tidak perlu dilakukan. Sebab sampai sekarang belum ada studi ilmiah yang meneliti tisu dapat mencegah virus.

"Prof. Wiku (Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19) menyarankan tiga lapis. Dengan kita menutup (pakai masker) dan mengurangi droplet yang keluar, harusnya penularan akan ditekan atau berkurang sampai 85 persen. Sudah banyak data ilmiahnya, bahkan penelitian bilang 90 persen. Sepenting itu memakai masker, asal memakainya benar dan masker yang dipilih benar," kata dia beberapa waktu lalu.

Dari sisi bahan, katun cult direkomendasikan karena memiliki kerapatan 180 benang per inci dan mampu menyaring partikel-partikel halus.

"Bahan yang bagus katun. Kalau katun bagus katun cult yaitu katun dengan kerapatan 180 benang per inci. Dilihat saja katunnya agak tebal. Selain itu, boleh masker sutra karena ada kemampuan untuk mencegah masuknya partikel-partikel halus. Katun dengan sifon juga bagus," kata Fajri.

Hal ini sesuai dengan temuan studi dalam jurnal ACS Nano belum lama ini. Studi menunjukkan, bahan katun yang paling banyak digunakan untuk masker memiliki performa lebih baik pada kerapatan benang dan dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam efisiensi penyaringan.

Dari sisi efisiensi filtrasi atau kemampuan menyaring partikel, masker hibrida (seperti katun-sutra, kapas-sifon, kapas-flanel) yakni lebih dari 80 persen (untuk partikel 300 nm).

Namun, perhatikan pemasangan masker yang tak tepat sehingga menimbulkan celah. Kondisi ini bisa menurunkan efisiensi penyaringan lebih dari 60 persen.

"Memakainya harus dari hidung sampai dagu. Kalau miring-miring, ya percuma," tutup Fajri.