Highlight

Swab Lewat Hidung Miliki Keakuratan 63 Persen

 Virus Covid-19 bisa saja berkurang atau hilang dalam satu kali 24 jam, jika kondisi tubuh orang yang terpapar benar-benar prima. Maka tak heran, jika status positif bagi salah satu konstestan Pilkada di Kabupaten Dompu, setelah dinyatakan positif, dalam swab kedua yang dilakukan tiga kali 24 jam, tiba-tiba hasilnya negatif.

Ahli Penyakit Dalam, dr Wayan Sudiharta, Sp.PD, mengatakan hasil swab kedua kepada salah satu kontestan Pilkada yang menunjukkan negatif di swab kedua, bisa jadi memang benar. 

"Pengambilan sample swab melalui hidung sesuai protap, hanya memiliki tingkat keakuratan mencapai 63 persen," kata Wayan.

Namun untuk lebih akurat, lanjut Wayan, pengambilan sample dilakukan langsung ke paru-paru. Sebab, pengambilan sample langsung dari paru-paru ini, memiliki tingkat keakuratan mencapai 90 persen.

"Penanganan pasien atau orang yang terpapar Covid-19, harus diperlakukan khusus. Meskipun pada swab kedua dinyatakan negatif, isolasi dengan pengawasan dokter spesialis penyakit dalam, wajib dilakukan," jelasnya.

Namun demikian, ujarnya, sesuai protap penanganan Covid-19, meski sudah dinyatakan negatif, pasien tersebut wajib menjalani isolasi selama 10 hari, jika tanpa gejala.

"Namun jika gejala itu muncul, maka isolasi sesuai Permenkes RI, akan ditambah 3 hingga 4 hari," tambahnya. 

"Pihak yang berwenang menyatakan pasien Covid sembuh itu adalah ahli medis yang memiliki disiplin ilmu tentang penyakit dalam," pungkasnya.

sumber rri.co.id