Buntut Kisruh Kedelai, Importir Sepakat Operasi Pasar
Sekjen Kementerian Perdagangan, Suhanto, menyatakan, sudah melakukan pertemuan dengan para importir kedelai untuk mengatasi kisruh harga kedelai yang memicu aksi mogok para produsen tempe dan tahu tiga hari kemarin.
“Hari ini Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, sudah mengundang importir besar, yang intinya pemerintah minta agar harga kedelai pada para perajin kedelai segera diturunkan, sehingga kenaikan harga tempe tahu di masyarakat juga tidak memberatkan,” kata Suhanto, Selasa (5/1/2021).
Salah satu solusi yang akan ditempuh nanti adalah operasi pasar.
Kenaikan harga kedelai, menurut para perajin tempe, sudah berlangsung selama dua bulan terakhir.
Harga kedelai yang biasanya Rp6.000/ kg naik tajam menjadi Rp9.000-Rp 9.500 per kilogram.
“Kabar gembiranya, dari hasil pertemuan hari ini disepakati selama tiga bulan ke depan para importir menyatakan sanggup melakukan operasi pasar, dengan menjual kedelai melalui Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) setinggi-tingginya seharga 8.500 rupiah per kilogram pada para perajin tempe tahu,” jelas Suhanto.
Dengan kesepakatan harga itu, Kemendag berharap harga tahu tempe akan normal kembali.
Kemendag juga akan memantau pelaksanaan operasi pasar itu mulai besok.
Selanjutnya, kata Suhanto, Kemendag akan melakukan evaluasi.
Jika sebelum tiga bulan harga kedelai sudah kembali turun, operasi pasar tidak diteruskan.
“Masalahnya sekarang, banyak perajin tempe tahu yang belum menjadi anggota koperasi dan membeli kedelai dari pihak lain. Kami mengimbau, para perajin menjadi anggota koperasi, karena operasi pasar dilakukan melalui Gakoptindo agar tepat sasaran,” ucap Suhanto.
Saat ini impor kedelai kebanyakan berasal dari Amerika Serikat.
Meskipun ada juga impor dari sejumlah negara lainnya seperti Brasil dan Jerman.
Pandemi Covid-19 menyebabkan produksi kedelai dari negara asal impor sedang mengalami penurunan, sementara permintaan tinggi, sehingga harga kedelai impor melonjak tinggi.
“Menurut laporan dari para importir saat ini masih ada stok sebanyak 200 ribu ton, dan saat ini sedang dalam perjalanan yang akan masuk sebanyak 250 ribu ton. Artinya untuk kebutuhan dua bulan stok kedelai masih terjaga,” ujar Suhanto.
Sementara itu, Ketua Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (SPTP), Mua’limin, menyatakan, para perajin tempe tidak punya pilihan lain selain melanjutkan produksi meski harus menaikkan harga dan terpaksa mengecilkan ukuran tempe yang dijual ke konsumen, agar tetap mendapatkan keuntungan.
“Harga tempe kami naikkan seribu rupiah. Dengan aksi mogok kemarin, secara tidak langsung kami sudah memberitahu pada para konsumen bahwa harga tempe kami naikkan, jadi konsumen tidak rewel,” ungkap Mua’limin.
Selama ini kata Mu’alimin, para perajin tempe tahu lebih memilih kedelai impor karena kualitasnya lebih bagus untuk membuat tempe dan tahu, dan harganya lebih murah dibandingkan harga kedelai lokal.
Sehingga impor kedelai sangat tinggi.