Highlight

Vaksinasi Covid-19, Ada Tenaga Kesehatan Takut Disuntik

 Survei internal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) membuktikan, sebanyak 17.96 persen dari tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia belum bersedia divaksin Covid-19. 

Ketua Umum PPNI, Harif Fadhillah menuturkan, keraguan para perawat terkait vaksinasi sebagian besar disebabkan oleh disinformasi terkait vaksin dan ketakutan mereka secara pribadi terhadap jarum suntik. 

"Meski kami sebagai perawat sudah terbiasa menyuntik orang, ada juga yang dirinya sendiri takut disuntik. Karena pengetahuan mengenai vaksin sudah diberikan kepada tenaga kesehatan di semester awal pendidikannya, jadi hanya perlu diberikan pemahaman lebih lanjut untuk meningkatkan keyakinan mereka," ujar Harif, Jumat (9/1/2021).

Survei ini dilakukan terhadap 1.700 responden nakes sejak Desember 2020. Hasilnya, 82.04 persen responden menyatakan bersedia menerima vaksin kelompok pertama yang diprioritaskan oleh Pemerintah, sementara sisanya sebanyak 17.96 belum bersedia.

Selain survei internal, Harif menambahkan bahwa PPNI juga telah mengeluarkan instruksi resmi pada 6 Januari 2021 kepada seluruh anggota yang total jumlah resminya lebih dari 600,000 orang untuk mendukung dan mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan Pemerintah serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk ikut menyukseskan program tersebut sebagai upaya mempercepat berakhirnya pandemi.

Perihal keamanan vaksin yang kerap menjadi sorotan, Harif mengatakan, bahwa nakes selama ini telah menggunakan berbagai macam obat ketika melayani pasien. Padahal nakes sendiri tidak tahu apa kandungan atau bahan obat-obatan tersebut.

"Kita percaya pada obat-obat tersebut dan menggunakannya untuk pasien kita padahal kita tidak tahu bagaimana mereka dibuat, alat dan bahan apa saja yang digunakan, dan seterusnya. Sama saja dengan vaksin ini. Kalau pemerintah sudah mengeluarkan izin edar, saya yakin pemerintah telah menjamin keamanan vaksin tersebut untuk kebaikan rakyat dan tidak akan bertentangan dengannorma yang ada. Saya tidak harus pergi ke Cina untuk melihat pembuatan vaksin misalnya, karena sudah diwakili oleh Badan POM dan para peneliti lainnya. Apalagi yang harus kita ragukan," tuturnya.

Harif sendiri menyatakan bahwa ia siap menjadi perawat pertama yang divaksin di Indonesia. 

"Sebagai perawat, kita bekerja dalam kondisi lingkungan yang sangat membahayakan diri kita. Sebagai antisipasi dan supaya kita tetap bisa memberikan pelayanan kepada publik, kita harus punya proteksi. Vaksin adalah salah satu upaya proteksi tersebut, selain tentunya terus menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan bergizi baik dan istirahat yang cukup," imbuh Harif.

Lebih lanjut Harif menuturkan, vaksinasi tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri namun juga keluarga.

"Karena tugas kita adalah melayani publik, kita harus memastikan kesehatan diri kita sendiri aman dulu, baru kita bisa membantu mengamankan kesehatan pasien kita. Jadi sudah seharusnya kita justru senang dan mendukung sepenuhnya program vaksinasi ini," tutup Harif.