ANTARA RASA DAN LOGIKA
Demak, 24 Januari 2020 hari Jum'at Pukul 06.05 WIB.
Manusia terlahir dengan rasa dan logika dua kekuatan yang dalam keberfungsiannya terkadang tidak bisa berjalan bersamaan. Kadang rasa yang dominan kadang pula logika yang lebih dominan. Dan pada masyarakat kita telah melekat bahwa rasa itu erat dengan wanita dan logika erat dengan laki-laki. Namun dalam perjalanan waktu tidak jarang wanita sekarang dominan menggunakan logika daripada rasa begitupun sebaliknya.
Apapun jika berjalan beriringan dan seimbang pasti akan indah untuk dipandang begitupun dengan rasa dan logika. Rasa erat hubungannya dengan emosi dan logika erat hubungannya dengan pikiran. Untuk itu banyak orang menganggap bahwa wanita cenderung emosional dan baperan daripada laki-laki. Karena wanita selalu mendahulukan rasanya sehingga apa-apa dimasukkan dihati hingga akhirnya banyak wanita yag mudah sakit hati.
Tapi tak selamanya orang yang baperan itu tak baik lho karena tipe orang yang demikian biasanya memiliki empati dan simpati yang tinggi. Orang yang dominan rasanya ketika menilai sesuatu lebih peka dan jeli tidak serta merta berdasarkan penglihatan panca indra. Berbeda dengan orang yang dominan logikanya mereka dalam melihat sesuatu hanya sepintas lalu dan cenderung instan karena hanya menghandalkan logikanya saja.
Orang yang perasa cenderung memiliki EQ yang tinggi sedangkan orang yang dominan logika cenderung IQnya yang lebih tinggi. Seperti orang-orang jaman millennial sekarang ini kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang dominan IQnya karena mereka memiliki cara berpikir yang instan tanpa mau berpikir panjang dan cenderung acuh tak acuh.
Fenomena seperti ini mungkin juga sering kita lihat dilingkungan sekitar misalkan melihat orang lain terbebani atau mendapat musibah orang yang perasa akan langsung mendekat dan mengerahkan pikiran dan tenaganya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Beda dengan orang yang dominan logika mereka akan melihat hal tersebut seperti hal yang biasanya dan itu memang sudah takdir Tuhan tanpa mau mengulurkan tangan untuk meringankan beban saudaranya itu.
Logika dan rasa sebenarnya dua hal yang sama penting adanya karena logika dan rasa keberadaannya saling melengkapi.. Ketika kita hanya mementingkan logika saja bagaikan makan tapi tanpa merasakan sehingga yang ada yang penting perut kenyang, sebaliknya jika kita hanya mementingkan rasa bagaikan kita membayangkan makanan yang enak tapi tak ada wujudnya. Dua kondisi tersebut tentunya sama tidak enaknya. Beda ketika keduanya bisa berperan makan makanan enak ada wujudnya dan rasanyapun juga terjamin.
Untuk itu selalulah latih agar rasa dan logikamu berjalan beriringan sehingga hidupmu menjadi berimbang .
Oleh Nur Chasanah, S.Psi, MM, M.Si, P.Si
Manusia terlahir dengan rasa dan logika dua kekuatan yang dalam keberfungsiannya terkadang tidak bisa berjalan bersamaan. Kadang rasa yang dominan kadang pula logika yang lebih dominan. Dan pada masyarakat kita telah melekat bahwa rasa itu erat dengan wanita dan logika erat dengan laki-laki. Namun dalam perjalanan waktu tidak jarang wanita sekarang dominan menggunakan logika daripada rasa begitupun sebaliknya.
Apapun jika berjalan beriringan dan seimbang pasti akan indah untuk dipandang begitupun dengan rasa dan logika. Rasa erat hubungannya dengan emosi dan logika erat hubungannya dengan pikiran. Untuk itu banyak orang menganggap bahwa wanita cenderung emosional dan baperan daripada laki-laki. Karena wanita selalu mendahulukan rasanya sehingga apa-apa dimasukkan dihati hingga akhirnya banyak wanita yag mudah sakit hati.
Tapi tak selamanya orang yang baperan itu tak baik lho karena tipe orang yang demikian biasanya memiliki empati dan simpati yang tinggi. Orang yang dominan rasanya ketika menilai sesuatu lebih peka dan jeli tidak serta merta berdasarkan penglihatan panca indra. Berbeda dengan orang yang dominan logikanya mereka dalam melihat sesuatu hanya sepintas lalu dan cenderung instan karena hanya menghandalkan logikanya saja.
Orang yang perasa cenderung memiliki EQ yang tinggi sedangkan orang yang dominan logika cenderung IQnya yang lebih tinggi. Seperti orang-orang jaman millennial sekarang ini kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang dominan IQnya karena mereka memiliki cara berpikir yang instan tanpa mau berpikir panjang dan cenderung acuh tak acuh.
Fenomena seperti ini mungkin juga sering kita lihat dilingkungan sekitar misalkan melihat orang lain terbebani atau mendapat musibah orang yang perasa akan langsung mendekat dan mengerahkan pikiran dan tenaganya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Beda dengan orang yang dominan logika mereka akan melihat hal tersebut seperti hal yang biasanya dan itu memang sudah takdir Tuhan tanpa mau mengulurkan tangan untuk meringankan beban saudaranya itu.
Logika dan rasa sebenarnya dua hal yang sama penting adanya karena logika dan rasa keberadaannya saling melengkapi.. Ketika kita hanya mementingkan logika saja bagaikan makan tapi tanpa merasakan sehingga yang ada yang penting perut kenyang, sebaliknya jika kita hanya mementingkan rasa bagaikan kita membayangkan makanan yang enak tapi tak ada wujudnya. Dua kondisi tersebut tentunya sama tidak enaknya. Beda ketika keduanya bisa berperan makan makanan enak ada wujudnya dan rasanyapun juga terjamin.
Untuk itu selalulah latih agar rasa dan logikamu berjalan beriringan sehingga hidupmu menjadi berimbang .
Oleh Nur Chasanah, S.Psi, MM, M.Si, P.Si