Highlight

Ini Cara Pengusaha Surabaya Hadapi Covid-19 dan Pulihkan Ekonomi

Virus corona atau Covid-19 membuat perekonomian negara-negara di dunia, termasuk Indonesia mengalami kontraksi.
Dr Ir Jamhadi, MBA, selaku Founder Jamhadi Center sekaligus Ketua Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) perwakilan Jawa Timur ini, memberikan sejumlah catatan terkait dampak ekonomi saat dan pasca pandemi ini.

"Covid-19 ini telah datang tiba-tiba yang menyebabkan dynamic effect system perekonomian semua negara di dunia berubah drastis termasuk Indonesia," ujar Jamhadi yang pernah jadi Ketua Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Surabaya selama 2 periode ini, Selasa, (28/4/2020).

Jamhadi menilai, lebih dari 90 persen negara di dunia telah menguras devisa untuk mengurangi sebaran Covid-19 dan juga meng-cover kebutuhan pokok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Kebanyakan ekonomi negara-negara di dunia terdisrupsi Covid-19, bahkan pertumbuhan ekonomi mereka bakal turun hingga minus. Misalnya China yang tahun lalu ekonominya tumbuh 8%. Dari penilaian Jamhadi, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi China bisa minus 5%.

Tidak hanya China. Indonesia, kata Jamhadi, yang tahun lalu pertumbuhan ekonomi 5,02%, di tahun ini bisa tumbuh 2% jika Covid-19 berlangsung hingga akhir tahun.

"Kami apresiasi langkah cepat Pemerintah untuk mengurangi dan menghentikan penyebaran Covid-19. Jika kita semua disiplin dalam mendukung Pemerintah, maka Insya Alloh pada Juli 2020 suasana bisa normal kembali," kata CEO PT Tata Bumi Raya ini.

Setelah pandemi ini mereda, Jamhadi mencatat ada beberapa poin yang perlu dilakukan agar ekonomi Indonesia segera bangkit lagi.

Pertama ialah membeli produk lokal buatan industri Indonesia. Kedua, kebutuhan industri termasuk industri makanan dan minuman terhadap bahan baku harus dipenuhi dari bahan baku lokal.

Ketiga, banyaknya Unicorns di Indonesia turut mendukung digital economi termasuk delivery system.

"Keempat ialah business scale sector industry saat ekonomi normal, dalam kelompok besar hanya 0,14%. Skala menengah hanya 2,4%, sedangkan 97% lebih mayoritas usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dan kelima ialah sektor UMKM sudah menikmati delay payment hingga 6 bulan untuk perpajakan. Juga ada banyak stimulus ekonomi MBR, seperti bantuan langsung tunai (BLT), gratis dan diskon listrik, dan lain-lain. Itu bisa jadi trigger ekonomi" jelas Dewan Pembina Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Jatim ini.

Poin keenam yang disampaikan Jamhadi ialah pemberlakukan interest rate yang reasonable sekitar 7% hingga beberapa tahun ke depan oleh Perbankan. Sehingga ekonomi riil nyata bergerak.

"Lalu ketujuh, sektor medis dan industri pertanian harus lebih digiatkan. Perusahaan-perusahaan harus menyiapkan business plan jangka pendek, menengah, dan panjang. Saatnya kita bangkit kembali dan social decision harus dilaksanakan pengusaha besar dalam menjaga stabilitas lingkungan," pungkas Jamhadi.
sumber rri.co.id