Highlight

Indonesia Masih Dibayangi Kasus Baru Covid-19

Pemerintah melalui Juru Bicara (Jubir) untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengakui terdapat penambahan kasus konfirmasi positif virus COVID-19. Penambahan kasus positif COVID-19 terjadi di provinsi Jawa Timur, yaitu mencapai 502 kasus. Salah satu penyebabnya tak lain adalah karena masih banyak masyarakat tidak mematuhi peraturan  Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan pemerintah.
Yurianto mencontohkan dari kasus penambahan di daerah Jawa Timur itu, yakni selain dengan adanya masyarakat dengan terpaksa keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan di saat menjelang Hari Raya Idul Fitri  1441 Hijriah.
"Provinsi yang nambahnya banyak ada di Jatim, 502 kasus. Karena ya itu, ada yang kerumun buat belanja. Ada juga yang kayak viral kemarin itu. Mobil disuruh putar balik, ternyata pas keluar pakaiannya begitu (pakai gamis, red), melawan lagi saat disuruh putar balik," ungkap Achmad Yurianto, Saat berbincang bersama RRI.co.id di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (21/5/2020).
Jubir COVID-19 yang akrab disapa Yuri itu, juga mengungkap adanya pelanggaran PSBB dan perlawanan terhadap petugas pos penjagaan PSBB. Salah satunya adalah video mobil viral itu terjadi di Surabaya menggunakan pelat nomor kendaraan domisili wilayah Surabaya.
"Mana pelatnya begitu lagi (tidak sesuai wilayah). Kenapa gak pakai pelat saya?," ujarnya lagi dengan gelak tawa.
Penambahan kasus juga terjadi di Provinsi Jawa Barat dengan sebanyak 86 kasus, provinsi DKI Jakarta 65 kasus, provinsi Banten 54 kasus, dan penambahan 34 kasus positif di provinsi Sulawesi Selatan.
Yurianto kembali menegaskan bahwa kasus baru COVID-19 sangat memiliki kerentanan bagi para kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19. Kelompok dengan risiko tinggi itu dikarenakan bahwa dalam perkembangannya. Masyarakat telah terjangkit virus COVID-19 di Indonesia, sulit ditemukan tanpa adanya gejala gejala COVID-19.
"Oleh karena itu, mari kita kembali pada hal yang mendasar bahwa kasus baru ini muncul akibat adanya kelompok rentan. Adanya orang rentan tertular orang lain yang membawa virus ini, membawa penyakit ini. Sementara, kita lihat siapa yang membawa penyakit di tengah kita susah untuk bisa kita dapatkan," pungkasnya.
sumber rri.co.id