Meninggal Akibat Kecelakaan, Pengemudi Ojol Positif Covid-19
Hasil tes swab atau PCR seorang pengemudi ojek online (Ojol) yang meninggal akibat kecelakaan ternyata positif.
Direktur RSUD dr. Soetomo Surabaya, dr. Joni Wahyuhadi menjelaskan, sebelumnya pasien mengalami kecelakaan dan dibawa ke Rumah Sakit swasta. Namun dokter melakukan pemeriksaan ketat, meski akibat kecelakaan.
"Dilakukan rapid test dan hasilnya nonreaktif. Kemudian dilakukan CTscan," ujarnya, Selasa malam (9/6/2020).
Kemudian dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya, lalu dilakukan tes swab, lantaran yang bersangkutan memiliki tanda tanda gejala klinis, seperti panas. Namun, dalam proses menunggu hasil tes keluar, ternyata sesak nafas makin berat.
"Inilah yang kita khawatirkan, karena 2-3 persen pasien coronavirus apalagi yang rapid testnya negatif, yang berarti belum terbentuk antibodi, itu sangat berbahaya," imbuhnya.
Akhirnya pasien ini meninggal sebelum dilakukan tindakan operasi, karena rencananya akan dilakukan dioperasi. Sebetulnya, kata dr. Joni, keluarga sudah tahu kalau pasien ada coronavirus. Bahwa ini covid tapi PCR-nya belum keluar.
"Kemudian pemulasaraannya tentu mengikuti kaidah pasien yang menderita covid. Terus ada dispute (salah faham, ada yang geruduk) 'gak boleh lawong rapid testnya negatif, rapid negatif gak percaya saya kalau covid'," kata dr. Joni menirukan seorang ojol.
Dr. Joni yang juga Ketua Rumpun Kuratif ini menyampaikan, bahwa orang dengan rapid tes negatif bisa menderita covid. Justru yang rapid negatif itu yang harus kita waspadai karena dia belum terbentuk antibodi.
"Hasil swabnya, tapi diketahui setelah beliau wafat, positif," tandasnya.
Sehingga, pasien perempuan yang merupakan pengemudi ojol berusia 40 tahun tersebut, dinyatakan positif Covid-19. Meskipun sebelumnya, yang bersangkutan dipaksa dimakamkan seperti jenazah biasa.
Perlu diketahui, viral beberapa waktu lalu ratusan pengemudi ojek online memaksa untuk membawa jenazah rekan mereka yang meninggal setelah kecelakaan, karena diyakini bukan karena Covid-19.
Tetapi pihak Rumah Sakit, menangani yang bersangkutan sebagaimana pasien Covid-19. Lantaran, dari pemeriksaan lanjutan ditemukan tanda tanda klinis adanya coronavurus, sehingga dirujuk ke RSUD dr. Soetomo.
sumber rri.co.id
Direktur RSUD dr. Soetomo Surabaya, dr. Joni Wahyuhadi menjelaskan, sebelumnya pasien mengalami kecelakaan dan dibawa ke Rumah Sakit swasta. Namun dokter melakukan pemeriksaan ketat, meski akibat kecelakaan.
"Dilakukan rapid test dan hasilnya nonreaktif. Kemudian dilakukan CTscan," ujarnya, Selasa malam (9/6/2020).
Kemudian dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya, lalu dilakukan tes swab, lantaran yang bersangkutan memiliki tanda tanda gejala klinis, seperti panas. Namun, dalam proses menunggu hasil tes keluar, ternyata sesak nafas makin berat.
"Inilah yang kita khawatirkan, karena 2-3 persen pasien coronavirus apalagi yang rapid testnya negatif, yang berarti belum terbentuk antibodi, itu sangat berbahaya," imbuhnya.
Akhirnya pasien ini meninggal sebelum dilakukan tindakan operasi, karena rencananya akan dilakukan dioperasi. Sebetulnya, kata dr. Joni, keluarga sudah tahu kalau pasien ada coronavirus. Bahwa ini covid tapi PCR-nya belum keluar.
"Kemudian pemulasaraannya tentu mengikuti kaidah pasien yang menderita covid. Terus ada dispute (salah faham, ada yang geruduk) 'gak boleh lawong rapid testnya negatif, rapid negatif gak percaya saya kalau covid'," kata dr. Joni menirukan seorang ojol.
Dr. Joni yang juga Ketua Rumpun Kuratif ini menyampaikan, bahwa orang dengan rapid tes negatif bisa menderita covid. Justru yang rapid negatif itu yang harus kita waspadai karena dia belum terbentuk antibodi.
"Hasil swabnya, tapi diketahui setelah beliau wafat, positif," tandasnya.
Sehingga, pasien perempuan yang merupakan pengemudi ojol berusia 40 tahun tersebut, dinyatakan positif Covid-19. Meskipun sebelumnya, yang bersangkutan dipaksa dimakamkan seperti jenazah biasa.
Perlu diketahui, viral beberapa waktu lalu ratusan pengemudi ojek online memaksa untuk membawa jenazah rekan mereka yang meninggal setelah kecelakaan, karena diyakini bukan karena Covid-19.
Tetapi pihak Rumah Sakit, menangani yang bersangkutan sebagaimana pasien Covid-19. Lantaran, dari pemeriksaan lanjutan ditemukan tanda tanda klinis adanya coronavurus, sehingga dirujuk ke RSUD dr. Soetomo.
sumber rri.co.id