Pancasila Menjadi Ideologi Pembebas di Kala Pandemi
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara yang dicetuskan oleh para pendiri bangsa, telah melalui perjalanan panjang. Bahkan, Pancasila menjadi ideologi pembebas saat perang dunia berlangsung. Dalam sejarah perang dunia kedua, Pancasila menjadi pembebas bangsa Indonesia, yang saat itu dihadapkan dengan dua ideologi besar, yakni liberalisme dan komunisme. Kini, saat perang medis melawan Covid-19, Pancasila juga menjadi penunjuk arah bagi bangsa Indonesia terlepas dari wabah yang disebabkan virus SARS-CoV-2 ini.
Kepala
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjelaskan,
nilai inti dari sila-sila Pancasila adalah gotong royong dalam kehidupan
berbangsa. “Kita akan melihat fakta bahwa Pancasila akan berhadapan
dengan perang medis, dalam hal ini melawan Covid-19,” ungkapnya saat
menjadi narasumber dalam webinar Hari Lahir Pancasila yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PANRB), Senin (08/06).
Yudian
menjelaskan, sejak awal Pancasila terbentuk, sudah dihadapkan dengan
banyak konflik. Namun, Pancasila tetap tegak berdiri menyelamatkan
Bangsa Indonesia. Presiden Soekarno tidak memilih untuk mengikuti
ideologi komunisme dan liberalisme yang saat itu tengah bertarung. Sang
proklamator menyaring ideologi dari budaya asli masyarakat Indonesia
yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama.
Ia
menyebut Pancasila sebagai mukjizat ideologi unik. Menurut sejarah,
Pancasila merupakan ideologi alternatif yang ditawarkan Bung Karno saat
dunia dihadapkan pada perang dunia kedua. "Alasannya, karena Pancasila
mampu mempersatukan ideologi yang bertarung, dan bahkan menjadikan
Indonesia terbebas dari perang dunia kedua," jelasnya.
Keunikan
Pancasila ini, dikatakan Yudian, adalah karena sejak 1 Juni 1945,
Indonesia telah mendapatkan ideologi pemersatu dan juga pembebas dari
konflik. Maka ia meyakini bahwa dalam kondisi perang melawan Covid-19
pun, Pancasila bisa mempersatukan dan menyelamatkan bangsa Indonesia
melalui semangat gotong royong.
"Dengan
berbekal Ketuhanan Yang Maha Esa, kita letakkan diri kita sejajar,
turunkan ego, dan kembali pada keputusan bersama yang diwakili
pemerintah. Jika ini bisa kita lakukan, maka Pancasila kembali jadi
mukjizat ideologi yang menyelamatkan Indonesia," tambahnya.
Menguatkan
pendapat Kepala BPIP, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengatakan,
keberadaan Pancasila tidak hanya dipandang sebagai ideologi, tapi juga
sebagai leitstar atau bintang pemimpin yang menuntun arah
tujuan bangsa Indonesia. Sebagai kompas penuntun peradaban bangsa
Indonesia, Pancasila juga menjadi petunjuk arah bagi para pemimpin
bangsa serta masyarakat dalam menghadapi berbagai masa sulit, termasuk
Covid-19 yang saat ini tengah mewabah di Nusantara.
"Pancasila berfungsi sebagai leitstar
dinamis, atau bintang pemimpin yang menjadi kompas kemana arah bangsa
menuju," ujar Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah yang juga menjadi
narasumber dalam webinar tersebut.
Tidak
hanya itu, peran Pancasila sebagai ideologi pun dianalogikan sebagai
meja statis. Artinya, Pancasila menjadi dasar atau tempat berpijak
seluruh elemen bangsa, dimana beragam suku, budaya, maupun agama, semua
berada sejajar di hadapan Pancasila. "Disini semua elemen bangsa berdiri
sejajar, karena bangsa Indonesia mengakui prinsip kesetaraan,"
imbuhnya.
Dalam
sejarah, terjadi beragam pergolakan dalam memperingati Hari Lahir
Pancasila. Kelahiran Pancasila sempat dilarang untuk diperingati di masa
orde baru. Hingga pada era reformasi di saat Presiden Joko Widodo
menjabat, lahirlah Keputusan Presiden (Keppres) No. 24/2016 tentang Hari
Lahir Pancasila.
Sejarawan
yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi
Warman Adam menegaskan bahwa sejarah lahirnya Keppres ini harus
diketahui oleh setiap masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.
"Dengan begitu, kelestarian dan kelanggengan Pancasila bisa terjadi dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,"
pungkasnya.
sumber menpan.go.id