Tatanan Normal Baru Jadi Momentum Pemerintah Terapkan Digital Living
Penggunaan beragam platform berbasis IT selama masa pandemi menjadi hal yang lumrah dilakukan, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah. Sejak memasuki era disrupsi, hampir semua pihak tak lagi bisa melakukan kebiasaan lama dalam bekerja. Perlahan tapi pasti, pemerintah pun didorong untuk melakukan percepatan dalam penerapan teknologi digital dalam melaksanakan tugas kedinasannya.
Guru
Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali
memandang pandemi sebagai proses disrupsi digital yang dipercepat.
Keberadaan dan perkembangan teknologi, nyatanya telah mendorong lahirnya
cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, termasuk dalam
cara birokrasi bekerja.
“Ini adalah pendekatan digital living.
Serba digital, tidak harus tatap muka. Karena itu saya mengajak
teman-teman di jajaran birokrasi pemerintahan untuk mendukung agar kita
hidup di dunia yang offline dan online,” ujarnya saat
menjadi narasumber dalam acara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Mendengar yang digelar secara daring,
Senin (22/06).
Dicontohkan, penerapan offline dan online ini dapat dilakukan pada sistem kerja aparatur sipil negara (ASN). Mendukung konsep flexible work arrangement
(FWA), bekerja lima hari tidak hanya di kantor, kini bisa dilakukan
juga di rumah. Hal tersebut dinilai dapat membantu pelaksanaan aktivitas
sehari-hari dalam memasuki tatanan normal baru saat ini.
Penerapan digital living ini, dikatakan Rhenald, akan berhasil jika dilengkapi dengan beberapa hal. Pertama, digital leadership.
Pemimpinnya tidak hanya harus melek teknologi, tapi juga bisa mendorong
agar penerapan teknologi tersebut dapat memudahkan alur birokrasi
maupun pelayanannya kepada masyarakat.
Kedua, pembangunan digital infrastructure
juga harus dilakukan secara masif. Ketiga, buat aturan-aturan pendukung
dan sesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Keempat, gunakan beragam
pendekatan baru seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI), Super Apps yang menyediakan beragam layanan dalam satu aplikasi, maupun Internet of Things (IoT) dimana transfer data dilakukan melalui jaringan internet tanpa memerlukan interaksi manusia.
Penerapan digital living
tidak serta merta melepas peran komunikasi di dalamnya. Komunikasi
tetap diperlukan, tapi dilakukan dengan cara yang berbeda. Selanjutnya,
gunakan digital signature untuk memudahkan urusan birokrasi dan
juga pelayanan kepada masyarakat. Hal ini juga bisa mengurangi
interaksi antar-manusia guna meminimalisir penyebaran Covid-19.
Terakhir
adalah lakukan spending dengan cepat dan optimal. “Jangan sampai kita
menghambat penyerapan dan menimbulkan resesi,” pungkas Rhenald.
Sementara
itu, Kementerian PANRB sedang menyusun kebijakan terkait manajemen SDM
ASN dalam memasuki tatanan normal baru. Kementerian PANRB Mendengar
menjadi wadah untuk menyerap masukan dari berbagai stakeholder kunci
agar kebijakan yang dirumuskan sejalan dengan kondisi dan situasi saat
ini.