Koreografer Budoyo Tunggal Jiwo Telah Berpulang
Masyarakat Demak telah kehilangan tokoh seni dan budaya yang telah
berjasa mengharumkan nama Demak di dunia seni tari. Purwani Styaningsih
yang dikenal sebagai koreografer tari bedoyo tunggal jiwo telah
berpulang menghadap sang khalik dan dimakamkan di TPU sekitar tempat
tinggalnya di pucanggading.
Sebelumnya almarhum Ningsih yang lahir di desa tempuran Demak, dirawat di puskesmas sebelum dirujuk di rumah sakit Elisabet Semarang. Hal ini disampaikan adik almarhum Dian wahyuningsih, Selasa ( 7/7). ” Kakak kami meninggal di rumah sakit Elizabeth setelah menjalani perawatan selama 2 hari akibat penyakit jantung yang dideritanya pada Sabtu (3/7) petang dan dimakamkan disekitar tempat tinggalnya diPucanggading” Jelas Dian.
Ditambahkan Dian, almarhum saat meninggal masih berstatus kepala SMPN 2 Guntur , juga termasuk aktivis pramuka di Demak.
Terpisah, kepala dinas kominfo Demak Endah Cahyarini, atas nama pemerintah kabupaten maupun pribadi menyampaikan rasa duka yang mendalam. ” Turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya beliau mbak Ning, dan terima kasih atas jasa nya dalam mengharumkan nama Demak di dunia seni budaya. Mbak Ning adalah mitra kerja pemjab dalam hal seni budaya dan wisata edukasi didemak” kata Endah.
Sedangkan Tari bedoyo tunggal jiwo yang diciptakan selalu ditampilkan pada perayaan budaya gerebeg besar di bulan dzulhijah. Tarian ini dilakukan oleh 9 wanita cantik untuk menyambut kehadiran kanjeng adipati demak bintoro atau bupati demak dalam acara sakral penyerahan minyak jamas kepada lurah tamtomo pimpinan prajurit patang puluhan untuk membawa minyak tersebut ke kasepuhan kadilangu sebagai pelengkap pencucian pusaka kanjeng Sunan Kalijaga.
Diciptakan 30 tahun lalu , dan ditampilkan pertama kali pada tahun 1989 pada masa pemerintahan H. Sukarlan. Tarian yang memiliki makna bersatunya masyarakat dengan pemimpin dalam memajukan daerah ini masih terus tampil, hingga 2019 tahun lalu saat tradisi grebeg besar digelar.
Sebelumnya almarhum Ningsih yang lahir di desa tempuran Demak, dirawat di puskesmas sebelum dirujuk di rumah sakit Elisabet Semarang. Hal ini disampaikan adik almarhum Dian wahyuningsih, Selasa ( 7/7). ” Kakak kami meninggal di rumah sakit Elizabeth setelah menjalani perawatan selama 2 hari akibat penyakit jantung yang dideritanya pada Sabtu (3/7) petang dan dimakamkan disekitar tempat tinggalnya diPucanggading” Jelas Dian.
Ditambahkan Dian, almarhum saat meninggal masih berstatus kepala SMPN 2 Guntur , juga termasuk aktivis pramuka di Demak.
Terpisah, kepala dinas kominfo Demak Endah Cahyarini, atas nama pemerintah kabupaten maupun pribadi menyampaikan rasa duka yang mendalam. ” Turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya beliau mbak Ning, dan terima kasih atas jasa nya dalam mengharumkan nama Demak di dunia seni budaya. Mbak Ning adalah mitra kerja pemjab dalam hal seni budaya dan wisata edukasi didemak” kata Endah.
Sedangkan Tari bedoyo tunggal jiwo yang diciptakan selalu ditampilkan pada perayaan budaya gerebeg besar di bulan dzulhijah. Tarian ini dilakukan oleh 9 wanita cantik untuk menyambut kehadiran kanjeng adipati demak bintoro atau bupati demak dalam acara sakral penyerahan minyak jamas kepada lurah tamtomo pimpinan prajurit patang puluhan untuk membawa minyak tersebut ke kasepuhan kadilangu sebagai pelengkap pencucian pusaka kanjeng Sunan Kalijaga.
Diciptakan 30 tahun lalu , dan ditampilkan pertama kali pada tahun 1989 pada masa pemerintahan H. Sukarlan. Tarian yang memiliki makna bersatunya masyarakat dengan pemimpin dalam memajukan daerah ini masih terus tampil, hingga 2019 tahun lalu saat tradisi grebeg besar digelar.